Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Dalam kehidupan Val ada beberapa pria, tetapi hanya tiga yang
membuatnya berkesan. Di antara yang tiga ini, adalah Arya, seorang pria
Indonesia dengan sedikit darah Belanda di tubuhnya (ayahnya
Ambon-Belanda, dan ibunya seorang Jawa).
Mereka bertemu ketika masih sama-sama kuliah di Bedford, Inggris.
Pada awalnya mereka cuma berteman, dan Val menyukai Arya yang jauh lebih
easy going dibanding teman-teman Asia lainnya. Selain itu, Arya bisa
bermain piano, sesuatu yang selalu menjadi kekaguman Val.
Selama kuliah, hubungan mereka tidak pernah lebih dari teman. Baru
setelah keduanya lulus, hubungan itu agak berubah. Kebetulan Val
mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan Inggris yang memiliki kantor
cabang di Indonesia, dan Arya pernah pula bekerja paruh waktu di kantor
yang sama.
Mereka sering bepergian berdua, dan akhirnya memutuskan untuk tinggal
bersama dalam 1
apartemen. Sejak itulah, hubungan seksual menjadi
bagian dari persahabatan mereka. Hanya saja, persahabatan itu tak pernah
berkembang lebih jauh. Keduanya tidak pernah saling mengucap cinta, dan
keduanya tahu bahwa masing-masing punya orang-orang lain yang dicintai.
Arya adalah pria Asia satu-satunya yang bercinta dengan Val, dan bagi
Val ia adalah sesuatu yang sangat istimewa. Tetapi Val juga tahu,
perbedaan budaya keluarga mereka berdua sangatlah besar untuk
dijembatani dengan sesuatu yang lebih jauh dari persahabatan. Maka
jadilah hubungan keduanya sebagai hubungan persahabatan dan seksual
belaka.
Beberapa kali mereka pernah mencoba melihat peluang untuk
meningkatkan hubungan, tetapi sekian kali pula mereka merasa tidak
menemukan persamaan.
Tidak berapa lama setelah Val mendapat kedudukan manajer dan dikirim
ke Indonesia untuk mewakili perusahaannya, Arya mendapat pekerjaan di
Amerika Serikat. Perasaan duka menyelimuti keduanya ketika kenyataan itu
tiba. Setelah hampir dua tahun hidup bersama, sulit juga rasanya
berpisah.
Walaupun tidak menangis, Val merasa sebuah kekosongan terjadi dalam
hidupnya ketika mereka berpisah di Heathrow Airport di London. Mereka
berjanji akan terus berhubungan, karena toh Arya masih memiliki orang
tua di Jakarta dan sesekali akan datang menjenguk Val.
Ketika pesawat British Airways yang membawanya ke Indonesia sudah
berada 10.000 kaki di atas permukaan bumi, Val menghela nafas panjang,
dan tiba-tiba menyadari bahwa kedua matanya ternyata agak basah oleh air
mata.
Begitulah akhirnya Val dan Arya dipisahkan oleh Lautan Pasifik.
Kantor Arya ada di Boston, dan Val di Jakarta. Tetapi untunglah ada
e-mail yang bisa menjadi media bertukar berita di antara mereka. Dan
setelah dua bulan, keduanya menjadi sama-sama sibuk dan perlahan-lahan
semakin jarang bertukar berita. Pada bulan keenam di Indonesia, Val
sudah hampir tak pernah mengirim dan menerima e-mail dari Arya, dan
kesibukan membuatnya tidak terlalu merasa kehilangan.
Sampai suatu hari, di bulan September, sembilan bulan setelah mereka
berpisah, Val mendapat sepotong berita pendek dari Arya ..will visit my
old folks in this Thursday, see you there.. Val terpana memandang layar
PC-nya, seperti tak percaya bahwa ternyata ia akan segera bertemu Arya
lagi. Dari tak percaya, perasaannya segera berubah gembira, dan ia
mengangkat kedua tangan sambil berteriak,
“Yess!”, membuat sekretarisnya
terkejut.
“I’m okay, Evi..” ucap Val sambil tertawa kecil melihat sekretarisnya melongo, “I’m more than okay, actually..”
“Shall I write it down?” jawab Evi menggoda, karena ia memang sedang
bersiap menerima dikte dari boss wanitanya ini. Val pun tambah keras
terbahak.
Arya tiba malam hari dan langsung menuju rumah orang tuanya. Dari
sana ia menelpon Val, dan membuat janji untuk bertemu Sabtu siang ini.
Dengan kaos t-shirt merah tua yang ketat dan rok jean Levi’s, Val datang
ke rumah orang tua Arya untuk menjemputnya. Kedua orang tua Arya telah
mengenal Val dengan baik, dan keduanya memaksa Val untuk makan siang,
yang tentunya tak bisa ditolak.
Sebetulnya, makan siang itu enak sekali: ayam panggang bumbu rujak,
gado-gado dan udang goreng kering. Tetapi Val dan Arya merasa tidak
lapar. Sejak bertemu, yang ada di dalam diri mereka cuma gejolak rindu
bercampur birahi. Bagi Val, inilah pertama kali di Indonesia ia
merasakan gejolak seperti itu.
Ia begitu ingin segera memeluk Arya yang kini tampak lebih putih
dengan rambut dicukur rapi. Ia ingin segera bercumbu dengan pria yang ia
tahu sangat hangat di ranjang ini. Tetapi, di depan kedua orang tuanya
dan dua adik perempuannya, Val menjaga diri sekuat hati. Untunglah Arya
membantunya dengan juga bersikap menahan diri. Kalau tidak ada keluarga
Arya, mereka pasti sudah bergumul dan bercumbu saat itu juga.
Setelah tiga jam yang sangat menyiksa Val dan Arya, setelah minum
kopi yang disediakan ibu, barulah mereka berdua bisa keluar rumah.
Mereka bilang ingin jalan-jalan berdua, dan kedua orang tua Arya
mengangguk mahfum, tanpa banyak tanya lagi. Maka setelah berbasa-basi
mengucapkan permisi, keduanya pun melesat menuju apartemen Val di
bilangan Kebayoran Baru. Arya yang memegang setir, dan Val duduk
rapat-rapat.
Sepanjang jalan, Val meremas-remas paha Arya, menggeser-geserkan
payudaranya yang sintal ke lengan Arya, membuat Arya was-was takut
menabrak mobil di depannya. Val sudah sangat bergairah ingin bercumbu,
dan badannya terasa hangat seperti bara yang siap berkobar menjadi api.
Untunglah jalan-jalan tidak terlalu ramai di Sabtu sore ini, sehingga
akhirnya mereka tiba di apartemen Val sebelum matahari terbuka.
Cepat-cepat mereka keluar dari mobil dan bagai dua remaja berlarian
menuju lobby.
Sesampai di kamar apartemennya, Val terburu-buru ke kamar mandi.
Cepat-cepat diloloskannya celana dalam yang sudah agak basah di bagian
bawahnya. Lalu ia masuk ke bath-tub dan mengambil sabun wangi. Diusapnya
seluruh kewanitaanya dengan busa-busa sabun, lalu dibasuhnya dengan air
hangat. Ia ingin agar kewanitaannya harum menggairahkan malam ini,
karena ia tahu Arya akan memberikan sesuatu yang selama ini menjadi
favorit Val: lidahnya yang panas dan cekatan!
Keluar dari kamar mandi, Val melihat Arya sudah ada di kamar tidur,
membuka kaos dan jeans-nya, sehingga hanya bercelana dalam. Dengan mata
bergairah, dipandangnya tubuh yang kokoh dan atletis itu. Val sangat
mengagumi tubuh Arya yang coklat kehitaman, tidak seperti tubuhnya yang
baginya terlalu putih. Sebuah denyut birahi terasa di kewanitaannya
setiap kali Val memandang tubuh lelaki itu. Cepat-cepat dibukanya
t-shirt, beha dan roknya, lalu ia segera menyusul Arya ke kamar tidur.
Sejak dari rumah Arya tadi, Val sudah dilanda birahi. Ia ingin segera
bermain cinta dengan lelaki menggairahkan ini. Terakhir kalinya ia
bertemu Arya hampir setahun lalu, itu pun dalam sebuah permainan cinta
yang terburu-buru, karena mereka sedang sama-sama sibuk. Kejadiannya
juga di sebuah motel kecil di Bedford, sesaat sebelum Val berangkat ke
Indonesia dan Arya bertugas ke Amerika Serikat.
Tanpa basa-basi, Arya mendorong tubuh Val ke kasur, menyebabkan gadis
pirang yang seksi ini terjerembab di kasur empuk. Keduanya sudah
seperti diburu-buru oleh nafsu yang bergejolak tak tertahankan. Arya
menerkam tubuh putih mulus yang sintal dan padat itu dengan penuh
gairah. Val menjerit manja menyambutnya. Mereka berguling-gulingan
saling berciuman, saling meremas, saling menindih. Sprei dan bantal
segera berantakan dibuatnnya.
Arya segera mengambil inisiatif kala tubuh mereka sudah terasa panas
bergejolak. Didorongnya Val dengan lembut agar tidur menelentang.
Setengah dari badannya terletak di luar ranjang, sehingga kedua kakinya
yang indah menggantung di pinggir ranjang. Lalu Arya berjongkok di
antara kedua kaki Val, dan Val dengan tegang menunggu layanan istimewa
kekasihnya.
Inilah permainan pembukaan yang selalu dinantinya dengan penuh
antisipasi. Belum apa-apa, Val sudah bergidik menahan geli yang akan
segera datang. Arya pun menciumi paha yang mulus ditumbuhi bulu-bulu
halus itu, membuat Val mengerang pelan. Apalagi kemudian Arya mulai
menjilati pahanya, menelusuri bagian bawah lututnya. Val menggelinjang
kegelian.
Val merasa pahanya bergetar lembut ketika lidah Arya mulai menjalar
mendekati selangkangnya. Panas dan basah rasanya lidah itu, meninggalkan
jejak sensasi sepanjang perjalanannya. Val menggeliat kegelian ketika
akhirnya lidah itu sampai di pinggir bibir kewanitaannya yang telah
terasa menebal.
Ujung lidah Arya menelusuri lepitan-lepitan di situ, menambah basah
segalanya yang memang telah basah itu. Terengah-engah, Val mencengkeram
rambut Arya dengan satu tangan, perlahan menekan, memaksa pria itu
segera menjilatnya di daerah yang paling sensitif.
Dengan satu tangan lainnya, Val menguak lebar bibir-bibir basah di
bawah itu, memperlihatkan liang kemerahan yang berdenyut-denyut, dan
sebuah tonjolan kecil di bagian atas yang telah mengeras.
Lidah Arya menuju ke sana, perlahan sekali. Val mengerang, “Come on..
come on..”, bisiknya gelisah. Rasanya lama sekali, membuat Val bagai
layang-layang yang sedang diulur pada saat seharusnya ditarik. Val mati
angin. Tak berdaya, tetapi sekaligus menikmati ketidakberdayaan itu.
Arya akhirnya menjilat bagian kecil yang menonjol itu, menekan-nekan
dengan ujung lidahnya, memutar-mutar sambil menggelincirkannya. Val
menjerit tertahan, kedua tangannya melayang lalu jatuh mencengkram
sprei. Geli sekali rasanya, ia sampai menggeliat mengangkat pantatnya,
menyorongkan lebih banyak lagi kewanitaannya ke mulut Arya. Serasa
seluruh tubuhnya berubah menjadi cair, menggelegak bagai lahar panas.
Arya kini menghisap-hisap tonjolan yang seperti sedang lari
bersembunyi di balik bungkus kulit kenyal yang membasah itu. Tubuh Val
berguncang di setiap hisapan, sementara mulutnya tak berhenti mengerang.
Terlebih-lebih ketika satu jari Arya menerobos liang kewanitaannya,
lalu mengurut-urut dinding atasnya, mengirimkan jutaan rasa geli
bercampur nikmat ke seluruh tubuh Val. Kedua kakinya yang indah terbuka
lebar, terkuak sejauh-jauh mungkin, karena Val ingin Arya menjelajahi
semua bagian kewanitaannya. Semuanya!
Maka Arya pun melakukannya. Ia tidak hanya menjilat dan menghisap,
tapi juga menggigit pelan, memutar-mutarkan lidahnya di dalam liang yang
panas membara itu, mendenguskan nafas hangat ke dalamnya, membuat Val
berguncang-guncang merasakan nikmat yang sangat.
Dua jari Arya kini bermain-main di sana, keluar-masuk dengan
bergairah, menggelitik dan menggosok-gosok, menekan-nekan dan mengurut.
Cairan-cairan hangat memenuhi seluruh kewanitaan Val, mulai membasahi
bibir dan dagu Arya.
Jari-jari yang keluar-masuk itu pun telah basah, menimbulkan suara
berkecipak yang seksi. Val menggelinjang tak tahan lagi, merasakan
puncak birahi melanda dirinya. Matanya terpejam menikmati sensasi yang
meletup-letup di sela-sela pahanya, di pinggulnya, di perutnya, di
dadanya, di kepalanya, di mana-mana!
Arya merasakan kewanitaan Val berdenyut liar, bagai memiliki
kehidupan tersendiri. Warnanya yang merah basah, kontras sekali dengan
rambut-rambut pirang di sekitarnya, dan dengan tubuhnya yang putih
seperti pualam. Dari jarak yang sangat dekat, Arya dapat melihat betapa
liang kewanitaan Val membuka-menutup dan dinding-dindingnya
berdenyut-denyut, sepertinya jantung Val telah pindah ke bawah.
Arya juga bisa melihat betapa otot-otot di pangkal paha Val menegang
seperti sedang menahan sakit. Kedua kakinya terentang dan sejenak kaku
sebelum akhirnya melonjak-lonjak tak terkendali. Arya terpaksa harus
memakai seluruh bahu bagian atasnya untuk menekan tubuh Val agar tak
tergelincir jatuh. Begitu hebat puncak birahi melanda Val, sampai dua
menit lamanya perempuan yang menggairahkan ini bagai sedang dilanda
ayan. Ia menjerit, lalu mengerang, lalu menggumam, lalu hanya
terengah-engah.
Arya bangkit setelah Val terlihat agak tenang. Berdiri, ia melepas
celana dalamnya. Kelaki-lakiannya segera terlihat tegak bergerak-gerak
seirama jantungnya yang berdegup keras. Val masih menggeliat-geliat
dengan mata terpejam, menampakkan pemandangan sangat seksi di atas
hamparan sprei satin mewah berwarna biru muda.
Tangan Val mencengkram sprei bagai menahan sakit, kedua pahanya yang
indah terbuka lebar, kepalanya mendongak menampakkan leher yang mulus
menggairahkan, rambut pirangnya terurai bagai membingkai wajahnya yang
sedang berkonsentrasi menikmati puncak birahi. Arya menempatkan dirinya
di antara kaki Val, lalu mengangkat kedua paha Val, membuat
kewanitaannya semakin terbuka.
Val tersadar dari buaian orgasmenya, dengan segera menuntun
kejantanan Arya memasuki gerbang kewanitaannya. Tak sabar, ia menjepit
pinggang Arya dengan kedua kakinya, membuat pria itu terhuyung ke depan,
dan dengan cepat kelaki-lakiannya yang tegang segera melesak ke dalam
tubuh Val.
Bagi Arya, rasanya seperti memasuki cengkraman licin yang panas
berdenyut. Bagi Val, rasanya seperti diterjang batang membara yang
membawa geli-gatal ke seluruh dinding kewanitaannya.
Belum apa-apa, Val
sudah terlanda gelombang puncak birahinya yang kedua. Begitu cepat!
Gerakannya ganas, seperti hendak
meluluh-lantakkan tubuh putih Val yang sedang menggeliat-geliat kegelian
itu. Tak kenal ampun, kejantanan Arya menerjang-nerjang, menerobos
dalam sekali sampai ke dinding belakang yang sedang berkontraksi
menyambut orgasme. Val menjerit-jerit nikmat, menyuruh Arya lebih keras
lagi bergerak, mengangkat seluruh tubuh bagian bawahnya, sehingga hanya
bahu dan kepalanya yang ada di atas kasur.
Arya mengerahkan seluruh tenaganya untuk memenuhi permintaan Val.
Otot-otot bahu dan lengannya kelihatan menegang dan berkilat-kilat
karena keringat. Pinggangnya bergerak cepat dan kuat bagai piston
mesin-mesin di pabrik. Suara berkecipak terdengar setiap kali tubuhnya
membentur tubuh Val, ramai sekali di sela-sela derit ranjang yang
bergoyang sangat keras.
Val tak lagi sadar sedang berada di mana. Ia berteriak bagai
kesetanan merasakan kenikmatan yang ganas dan liar. Seluruh tubuhnya
terasa dilanda kegelian, kegatalan yang membuat otot-otot menegang.
Kewanitaannya terasa kenyal menggeliat-geliat, mendatangkan kenikmatan
yang tak terlukiskan. Setiap kali kejantangan Arya menerobos masuk, ia
merasa bagai tersiram berliter-liter air hangat yang memijati seluruh
tubuhnya.
Setiap kali Arya menariknya keluar, Val merasa bagai terhisap pusaran
air yang membawanya ke sebuah alam penuh kenikmatan belaka. Dengan mata
terus terpejam, Val menjeritkan penyerahan sekaligus pengesahan atas
datangnya puncak birahi yang tak terperi. Arya merasakan kejantanannya
bagai sedang dipilin dan dihisap oleh sebuah mulut yang amat kuat
sedotannya.
Ia pun tak tertahankan lagi, memuncratkan seluruh penantian
panjangnya, memuntahkan seluruh rasa terpendamnya, bercipratan
membanjiri seluruh rongga kewanitaan Val yang sedang megap-megap dilanda
orgasme. Val mengerang merasakan siraman birahi panas yang seperti
hendak menerobos setiap pori-pori di tubuhnya.
Val mengerang dan mengerang lagi, sebelum akhirnya terjerembab dengan
tubuh bagai lumat di atas kasur. Arya menyusul roboh menimpa tubuh
putih yang licin oleh keringat itu. Nafas mereka berdua tersengal-sengal
bagai perenang yang baru saja menyelesaikan pertandingan di kolam
renang.
“Oh, kamu ganas sekali, Arya. Betul-betul ganas..” kata Val akhirnya, setelah ia berhasil mengendalikan nafasnya yang memburu.
Arya cuma menggumam, menenggelamkan kepalanya di antara dua payudara Val yang besar dan lembut itu.
Setelah beberapa saat, Val bertanya, “Berapa lama kamu di sini, Arya?”
“Aku harus berangkat kembali Senin pagi”, jawab Arya diwarnai keengganan. Val terdiam.
Singkat sekali pertemuan ini, pikirnya. Sambil memeluk Arya, ia menggumam,
“Kalau begitu kamu harus menginap di sini.”
“Bagaimana kalau aku tidak mau..” jawab Arya menggoda.
“Kalau begitu, aku yang menginap di rumah orang tuamu..” sahut Val cepat-cepat.
Arya tertawa,
“Kalau begitu, sebaiknya aku menginap di sini!”
Dengan gemas Val berguling menindih tubuh Arya, menggigit bahunya
cukup keras sehingga Arya tersentak dan membalasnya dengan menggulingkan
kembali tubuh Val. Mereka berdua tertawa-tawa seperti anak-anak
bermain gulat. Cairan-cairan cinta mereka berjatuhan menimpa sprei,
melekat di tubuh mereka berdua, sebuah perpaduan tubuh putih mulus dan
tubuh coklat.
Malam itu mereka bercumbu tak henti-hentinya sampai pagi. Bagi Val,
inilah percumbuan terpanjangnya dengan Arya, dan justru terjadi saat
mereka tak lagi tinggal bersama!
Selasa, 06 Juni 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar