“Selamat pulang pa..”
“Makasih sayang.. ada apa sih? Kok ceria amat kayanya..”
“Hihihi.. sini deh aku bisikin”
…
…
…
…
…
…
“Pa… Sonya bakal jadi ibu”
“Y-yang b-benar sayang?” Kataku terkejut.
“Iya.. pah… nih coba pegang perut Sonya.. gede kan pa?” aku memegang perutnya. Buncit?? Sejak kapan?? tubuhku terasa bergetar.
“gede kan pa??” dan kurasa tubuhku semakin berguncang.
“pa…..”
“pa……… papa…”
“pa, bangun pa… udah pagi….” Perlahan semua menjadi terang, aku terjaga,
ku lihat putriku berada di sisiku mengguncang-guncang tubuhku untuk
membangunkanku.
“Akhirnya… bangun juga, susah amat nih bangunin papa.. gara-gara kecapekan main tadi malam yah pa? hihi..” godanya.
“Hmmm… sayang.. udah lama kamu
bangunnya?? Hoooaammmh..” Aku masih mengantuk berat, mungkin karena
permainan kami tadi malam. Tunggu dulu, kejadian barusan itu mimpi?
Berarti dia belum hamil? Aku coba memperhatikan tubuhnya terutama bagian
perutnya memastikan kalau yang ku lihat tadi memang benar sebuah mimpi,
dan ternyata memang benar sebuah mimpi. Dia belum hamil, syukurlah.
“Napa pa? liatin badan Sonya kaya gitu?
Hmm.. papa nafsu yah?” godanya. Selepas melakukannya tadi malam kami
memang melanjutkan tidur tanpa mengenakan pakaian, sehingga kini aku dan
dia sama-sama bugil.
“Siapa sih yang gak nafsu liatin kamu
kaya gini?” Aku sengaja tidak memberitahukannya tentang mimpiku dan apa
yang ku pikirkkan barusan.
“Dasar.. mesum” katanya manja sambil
merobohkan diri di atasku dan memelukku. Pagi itu kami melakukannya
lagi, persetubuhan terlarang antara ayah dan anak kandung hingga
akhirnya kami harus berhenti karena kami punya kegiatan masing-masing.
Dia harus ke sekolah sedangkan aku masih punya perkerjaan di kantor.
“Sayang.. mau papa antar gak?” tanyaku padanya saat kami asik menikmati sarapan.
“Hmm.. tumben, tapi boleh tuh, lagian Sonya juga lagi malas bawa motor”
setujunya. Setelah itu kamipun berangkat menggunakan mobilku,
mengantarnya ke sekolahnya terlebih dahulu sebelum menuju kantorku.
“Ih.. papa tangannya kemana tuh? Bukannya ke perseneling malah ke paha Sonya..”
“gak papa dong.. hehe”
“ihh.. mesum” katanya namun tetap mengabulkan permintaanku mengangkat
rok smanya hingga ke pangkal pahanya memperlihatkan pahanya yang mulus.
“Tapi tetap hati-hati nyetirnya pa.. jangan keenakan gitu.. hihi”
“iya-iya..” kataku tetap berusaha fokus sambil asik sesekali mengelus pahanya yang putih mulus
menggoda.
“mesum ih, apa lagi nih permintaan mesum papa yang lain?” katanya menggoda.
“hehe.. apa yah sayang, gini deh.. sekolah kamu kan masih jauh nih, kamu telanjang dong..hehe” pintaku mesum kepadanya.
“hah? Telanjang? Di dalam mobil gini?? Gak ah.. ntar ada yang liat bisa brabe..”katanya berusaha menolak permintaanku.
“Gak bakal nampak dari luar kok sayang… “
Memang seluruh jendela ataupun kaca mobil dilengkapi dengan kaca film
gelap yang cukup tebal sehingga tidak akan kelihatan dalam mobil dari
luar, kecuali harus mengintip dengan menempelkan hidung agar dapat
melihat ke dalam.
“mau yaahh??”
“Ih.. aneh-aneh aja nih maunya… iya deh..” dia akhirnya mulai membuka
seragamnya yang tadi sudah rapi melekat di tubuhnya. Dia mulai dari
membuka kancing kemejanya satu demi satu.
“hmm.. beneran gak nampak dari luar kan pa?” tanyanya meminta kepastian lagi.
“Iya.. gak bakal nampak kok, kecuali orang itu ngintip, tapi siapa juga
yang bakal ngintip, mobil kan lagi jalan” sepertinya dia masih cemas,
aku juga merasakan demikian. Tentu saja, walaupun tidak kelihatan dari
luar, tapi kan tetap saja ini di tengah jalan yang ramai kendaraan, tapi
justru itu yang membuat aku semakin merasa gak karuan. Dia akhirnya
menarik kemejanya sehingga kini hanya menyisakan branya.
“branya juga dong sayang.. cepetan dong.. ntar keburu sampai nih ke sekolah kamu”
“iya.. tapi deg-deg kan banget nih pa” katanya. Dia lanjutkan melepaskan
branya, kemudian membuka rok smanya dan menariknya ke bawah. Kini dia
tinggal mengenakan celana dalamnya saja. Tapi mobil kami sampai ke lampu
merah, membuat darahku dan Sonya makin berdesir karenanya. Disekitar
mobil kami banyak kendaraan lainnya dan disini anak gadisku hampir
telanjang. Bahkan tepat di samping pintu tempat duduk Sonya ini ada
pengendara motor yang berhenti, kalau saja dia mengintip tentu akan
terlihat bagaimana keadaan Sonya ini. Lampu merah masih menunjukkan
angka mundur 100, masih cukup lama.
“Sayang, itu celana dalam kamu masih ada tuh.. buka juga dong..”
“Ihh.. iya deh, Sonya buka” katanya segera mengangkat pinggulnya dari
tempat duduk dan menarik celana dalamnya, akhirnya kini dia sudah
telanjang bulat di dalam mobil.
“Sayang, papa mau ngerokok nih, jendelanya papa buka yah.. biar asapnya keluar” kataku.
“Hah?? Jangan pa, papa ngerokoknya ntar aja abis antarin Sonya” jawabnya.
“Dikit aja kok sayang.. lagian kan di jendela papa, bukan jendela sebelahmu.. gak apa kan??”
“bodo..” katanya dengan wajah bete. aku kemudian menekan tombol untuk
menurunkan kaca jendela, sehingga kini jendela di sampingku sedikit
turun, sekitar seperempatnya.
“Udah hijau pah” katanya memberi tahuku.
Aku lihat kedepan ternyata lampu memang sudah hijau, namun ku iseng
menekan kembali tombol untuk menurunkan kaca jendela di sebelahku
sehingga kini lebih dari setengahnya terbuka, lalu ku injak gas pedal.
“Ih.. pa kok d buka segitu sih.. turunin dong.. kalau gitu kan bisa nampak sama orang-orang”
“gak nampak kok kalau gak ada yang ngelihat ke sini, hehe..” mobil kami
terus berjalan melewati jalanan yang semakin ramai ke arah sekolahnya.
Aku kini bahkan membuka seluruhnya jendela di sebelahku namun jendela di
sebelah Sonya masih aku biarkan saja tertutup. Aku pikir begini saja
sudah sangat nekat dan sangat membuatku deg-degkan.
Ketika hampir tiba disekolahnya aku
naikkan kembali kaca mobil disampingku namun Sonya belum ku perkenankan
memakai kembali seragamnya. Kuberhentikan mobilku di dekat gerbang
sekolahnya.
“Sayang.. kita gituan yukk.. hehe” pintaku.
“hah?? Disini? Ini udah sampai di depan sekolah Sonya loh pa?? lagian ntar dandanan Sonya jadi kusut lagi”
“Bentar aja kok sayang.. 3 menit cukup, papa udah nahan dari tadi nih, bentar juga keluar.. hehe” pintaku lagi.
“hmm.. iya deh.. cepetan yah pa.. ntar
bel masuk keburu bunyi lagi..” katanya menyetujui. Akupun menyetubuhinya
disana, diatas mobilku yang terparkir di dekat gerbang sekolahnya,
dimana dia masih telanjang bulat sedangkan aku hanya mengenakan atasan.
Mobilku bergoyan-goyang karena aksi kami, tentu saja sedikit
mencurigakan mobil berkaca gelap terparkir disana dan bergoyang-goyang.
Anak-anak sma tampak ramai menuju pintu gerbang tersebut melewati
mobilku. Jika mereka penasaran, mereka bisa saja mengintip ke dalam,
untung saja tidak ada yang melakukannya. Benar-benar keadaan yang
membuat jantungku berdegub kencang, pastinya Sonya juga merasakan hal
yang sama.
“Hmm.. sayang, papa sampai..” kataku yang sudah tidak tahan.
“Iya pa.. keluarin aja di dalam” katanya, namun aku punya ide lain.
“Sayang, papa semprotin ke rambut kamu yah??” pintaku.
“ih.. gak ah.. ada-ada aja, masa ke rambut Sonya, ntar lengket-lengket kan.. lagian pake apa mau dibersihkan?”
“Kamu jalan aja cepat-cepat ke toilet.. hehe, bersihkan disana, lama dikit bersihinnya gak papa lah.. mau ya??” pintaku lagi.
“ ihh.. ya udah deh.. dasar mesum” katanya berusaha menjongkok ke bawah
jok, aku sendiri sedikit berdiri di atas jok supaya penisku tepat berada
diatas rambutnya.
“Hmpph.. sayang papa keluar..”
“Crooot.. crooot” Spermaku memancar
mengenai rambutnya, menggumpal disana. Terlihat beberapa tetes turun
sehingga makin luas area rambutnya yang tergenang spermaku.
“Ih.. dasar.. jorok, piktor..” katanya dengan wajah yang
dicemberut-cemberutkan, membuat wajahnya tampak imut menggemaskan.
Akhirnya dia dengan cepat mengenakan seragamnya kembali, merapikan
seragamnya dengan rambut yang sedikit kusut karena ulahku barusan. Aku
iseng mengambil celana dalamnya dan menyuruhnya masuk ke sekolah tanpa
mengenakan celana dalam.
“Nanti siang papa jemput ya sayang..” katanya yang telah turun dari mobil dan akan menutup pintu.
“Iya pa.. Sonya masuk dulu yah..”
pintupun tertutup dan dia segera bergegas masuk kedalam sekolah karena
takut bila ketahuan bahwa di atas rambutnya ada ceceran sperma, sambil
menjauh dari mobilku sesekali dia menoleh ke belakang melihatku sambil
tersenyum manis. Sejenak aku perhatikan dia sebelum aku jalankan
mobilku. Dia terlihat risih dengan rambut kena sperma dan tanpa
menggunakan celana dalam di balik rok sma nya.
Tidak lama setelah dia melewati gerbang
depan,ada beberapa perempuan yang mendekatinya, sepertinya itu
teman-temannya. Namun Sonya berusaha menghindar dan sedikit berlari,
entah apa yang dia katakan pada teman-temannya tersebut, karena
sepertinya teman-temannya sudah menyadari ada cairan putih diatas
rambutnya. Setelah itu kembali ada seorang cowok yang mendekatinya, ku
perhatikan sejenak cowok itu, itu Rahman, pacar anakku. Kali ini juga
Sonya berusaha menghindar darinya. Tentu saja.. kalau sampai ketahuan di
atas rambutnya ada ceceran sperma, entah apa yang akan dipikirkan
teman-teman dan pacarnya itu. Kini dia sudah hilang dari padanganku, ku
lajukan mobilku menuju kantorku. Beberapa saat setelah itu ada sms
masuk, ku perhatikan bahwa Sonya yang mengirim sms itu, ku ambil hpku
dan kubaca isi smsnya.
“Ih, tu kan pa.. hampir ketahuan tadi
tuh.. tadi juga repot banget tuh bersihin pejunya papa..
lengket-lengket..” aku tertawa membaca isi smsnya dan ku balas smsnya.
“Hehe.. gak papa sayang.. ayo sana belajar yang rajin.. muachhh :*” isi balas smsku. Tidak lama datang balasannya.
“Muach juga papa ku :*”
**
**
**
Siangnya aku kembali menjemput Sonya dari sekolahnya. Sesampainya disana ku lihat Sonya sudah menunggu di depan gerbang.
“Lama amat sih pa? cape nungguin dari tadi”
“Iya.. iya.. sorry sayang.. jalanan rame.. oh ya, kali ini kamu yang bawa ya..”
“ha?? Kok tumben malah nyuruh Sonya yang bawa, biasanya Sonya gak dibolehin karena gak punya sim..”
“Kali ini boleh kok sayang.. hehe”
“Ih.. aneh, pasti papa ada maunya nih..” akhirnya kini dia yang menyetir
mobil sedangkan aku duduk disebelahnya. Awal-awal tidak ada hal aneh
yang ku lakukan padanya, namun lama-lama mulai juga keisenganku.
“Ih.. pa, apa-apan sih..” katanya yang mana aku sedang meraba-raba badannya yang masih berpakain lengkap itu.
“Fokus aja nyetirnya sayang.. ntar ketabrak loh..” kataku tertawa mesum.
“Iya… tapi.. geli pa.. risih nih.. papa ngapain sih”
“Sayang.. buka seragam kamu ya.. biar papa bantu, kamu tetap aja fokus
nyetirnya” aku mulai membuka kancing bajunya, kemudian mulai melepaskan
pakaian di tubuhnya hingga telanjang. Itu semua aku lakukan saat dia
sedang fokus menyetir, tentu saja tidak bisa ngebut saat aku melepaskan
pakaiannya.
“Dasar.. ada ada aja nih..” akhirnya
kini dia berkendara sambil telanjang, yang mana kadang aku iseng
meraba-raba badannya saat dia fokus menyetir. Bahkan saat dia menyetir
aku membuka celanaku dan menaikkan badanku berdiri diatas jok dan
menyuruhnya mengulum penisku. Jadilah aku menyetubuhi mulutnya namun
dengan dia masih dengan pandangan lurus ke depan fokus nyetir hingga
kami sampai di rumah. Benar-benar gila.
Malam harinya sebelum tidur kami
bersetubuh lagi. Aku masih takut untuk kembali mengeluarkannya di dalam
karena aku khawatir apa jadinya kalau dia hamil, sehingga untuk sekian
kali aku hanya mengeluarkannya di perut anakku. Sonya sepertinya
merasakan sesuatu, dia seperti membaca pikiranku.
“Kenapa pa?”
“Papa takut kamu hamil…” Dia tersenyum mendengar omonganku.
“Kalau papa ingin punya anak dari Sonya, gak papa kok pa..”
“Tapi kan kamu masih SMA, terus nanti gimana dengan sekolahmu? Terus apa kata orang liat kamu hamil gini tapi belum nikah?”
“Gak usah mikirin apa kata orang pa.
Biar ini kita berdua aja yang merasakan karena kita yang mengalaminya,
bukan mereka, jadi papa gak usah khawatir kalau nanti Sonya hamil, dan
juga Sonya rela berhenti sekolah dan melayani papa layaknya seorang
istri seutuhnya. Apa papa keberatan?” tanya Sonya menatap lurus ke dalam
mataku, meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“kamu yakin sayang?” tanyaku balik
padanya. Dia membalas dengan anggukan disertai senyuman manisnya. Kini
kudapatkan keyakinan itu, aku tidak gusar lagi memikirkan masalah
kehamilannya kelak setelah mendapatkan persetujuan darinya seperti itu
karena di satu sisi aku ingin mempunyai anak darinya, putriku sendiri.
“Jadi gimana pa, mau lanjut gak??” tanyanya lagi dengan gaya imut khasnya itu.
“oke.. siapa takut”
“sampai hamil ya pa.. gak usah takut takut lagi hamilin putri papa ini.
Sonya siap kok mengandung anak dari papa sendiri.. hihi” pintanya
menggoda gairahku lagi yang tadi sempat turun.
“Dasar kamu.. awas, ntar papa bikin kamu gak bisa jalan baru tahu rasa kamu..”
“Hihihi.. mau dong.. suka-suka papa deh.. ” godanya lagi. Aku semakin
tidak tahan, akhirnya dia ku libas kembali siang itu, menyetubuhinya
sesuka hatiku sepanjang sisa malam tersebut namun mulai malam itu dan
seterusnya aku tidak ragu lagi untuk mengeluarkannya di dalam rahimnya.
Semakin hari aku merasa ingin sesuatu
yang lebih, memuaskan nafsu serta fantasi sex kami yang semakin gila dan
menjadi-jadi. Aku merasa ingin melakukan hal gila dengannya lagi yang
belum pernah kami lakukan sebelumnya, setan incest benar-benar telah
menguasai kami. Beberapa hari kemudian, hari minggu siang, aku hanya
menghabiskan waktuku menonton televisi.
“Pa…” tiba-tiba Sonya datang menemuiku, dia mengenakan pakaian yang biasa dia kenakan di rumah, baju kaos dan celana pendek.
“Ya sayang??”
“hmmmm…” Dia seperti ingin menyampaikan sesuatu, namun sepertinya dia malu untuk mengatakannya.
“ada apa sih?”
“hmmm… pa”
“iya..ngomong aja sayang..”
“gak bosan nih pa?” aku paham maksudnya. Dia ingin aku melakukan hal mesum padanya lagi.
“bosan?? Gak tuh…” aku mencoba menggodanya terlebih dahulu, memancingnya
dan membuatnya memohon padaku untuk ku lakukan hal mesum padanya.
“Ihh… pa…”
“Apa sih sayang??” Dia mendekat kepadaku
dan menarik tanganku, seperti ingin menarikku beranjak
dari kursi yang
dari tadi cuma asik menonton tv.
“….” Dia hanya terdiam, tidak tahu apa yang ingin diungkapkannya.
“kamu ngomong dong.. mana papa tau kamu maunya apa..” kataku semakin menggoda dan memancingnya.
“Pliss lakuin hal mesum pada Sonya lagi
pa! Sonya mau lebih pa.. Sonya gak tau kenapa Sonya jadi merasa
begini..” Pintanya dengan suara lantang kepadaku. Ya.. anakku kini
seperti budak seks saja, yang meminta hal liar dan mesum untuk dilakukan
padanya, sama dengan yang terjadi dengan ibunya dulu yang kini entah
dimana rimbanya.
“Pliss pa.. lakukan hal mesum lagi ke
Sonya.. yang lebih liar pa… Sonya mohon, Sonya budaknya papa” Dia
meracau seperti orang gila. Aku dan anak gadisku kini sudah semakin
gila, tidak mempedulikan batas-batas dan norma lagi. Di luar, kami
mungkin kelihatan seperti bapak anak yang sangat bahagia, tapi di dalam
rumah aku memperlakukan Sonya sebagai pemuas nafsuku.
“Kali ini Papa turutin deh.. bentar” Aku
meninggalkannya sebentar dan kembali membawa sebuah kalung anjing dan
rantainya. Aku kalungkan kalung itu di lehernya dan memegang rantai itu
ditanganku.
“Kamu jadi anjing papa yang baik ya hari ini.. itu mau kamu kan?”
“Hihi.. iya pa..” katanya sambil tersenyum dengan imutnya. Rasanya
bertolak belakang sekali wajahnya yang imut itu dengan kondisinya yang
dirantai anjing ini sekarang. Sebuah sisi Sonya yang tidak pernah
diketahui teman-temannya dan orang-orang disekitar kami. Seorang ayah
yang menjadikan anak gadisnya yang begitu cantik dan imut sebagai budak
seksnya.
“Ngomongnya jangan gitu dong..”
“Ouppss.. sorry pah.. guk guk.. waw.. waw.. hihi”
“Dasar kamu.. yuk jalan-jalan..” ajakku menarik rantai itu membuatnya
jadi ikut tertarik.
Kamipun berkeliling di dalam rumah dengan kondisi
Sonya yang seperti itu. Aku juga sesekali menyuruhnya perintah-perintah
layaknya seekor anjing seperti berguling dan lain-lain, yang anehnya
dilakukannya dengan suka rela.
0 komentar:
Posting Komentar