Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Terlebih dulu kuperkenalkan dahulu siapa diriku. Namaku Nunu,
seseorang mahasiswa semester pertama di kampus di kota P serta nama
pacarku Rirrie, sekolah di SMU kelas III di kota P juga. Berwajah cantik
meskipun tidak secantik bintang sinetron, manis tepatnya. Miliki alis
mata yang hitam tidak tipis yang begitu kontras dengan kulitnya yang
putih.
Dengan hidung yang mungil lucu plus bibir “dower” yang senantiasa
merah serta dihiasi dengan gigi yang sedikit tidak teratur namun malah
giginya itu sebagai daya tarik intinya. Tingginya sekitaran 155 cm,
berat 47 kg. Tubuhnya mungil namun montok. Bahu yang datar serta tubuh
yang tegap dihiasi dengan sepasang payudara indah memiliki ukuran 32B
yang seimbang sekali dengan badannya.
Pantat yang terbentuk rapi dibarengi sepasang kaki yang indah,
terlebih betisnya. Pinggang yang ramping, perut yang datar serta pinggul
yang tidaklah terlalu besar. Namun sungguh, dengan kondisi badan
seperti itu, tak ada pria yang dapat menahan napsunya bila memandangnya
tengah telanjang bulat. Sudah pasti.
Peristiwa ini kualami bila tak salah hari Kamis Agustus lalu. Saya
barus saja menjemputnya pulang sekolah jam setengah dua siang. Umumnya
sich dia bawa motor sendiri, hanya hari itu tak tahu mengapa dia pergi
sekolah naik becak. Jadinya waktu pulang sekolah dia menelponku minta
dijemput. Panas sekali hari itu. Waktu hingga di rumahnya saya tidak
langsung pulang.
Saya singgah sesaat buat sebatas menyingkirkan rasa haus. Saya duduk
di ruangan tamu, di sofa yangpanjang, sesaat dia ganti pakaian
sekolahnya dengan gaun enjoy. Tak tahu jenis apa pakaiannya, yang pasti
dia menggunakan kaos dengan celana pendek yang memiliki bahan kaos juga.
Dia terlihat seksi sekali dengan dandanan seperti itu.
Dia balik sembari membawa satu gelas sirup dingin dan lalu tiduran di
sofa dengan posisi kepalanya
di pangkuanku. Kami juga berbasa-basi,
sama-sama bertanya berita masing-masing. Lantaran memanglah kita telah
lama tidak ketemu. Saya baru saja pulang dari Jogja, tinggal disana
sekian hari.
Dia orangnya memanglah mudah sekali kangen sama pacarnya.
Ditinggal beberapa hari saja telah seperti satu bulan hebohnya. Serta
bila dia tengah kangen, rugi saya bila tak ada di sisinya. Tau
tujuannya kan? Lalu kami mulai menceritakan mengenai aktivitas kami
masing-masing selama ini sembari sesekali sama-sama mencumbu, berciuman
serta berpagutan mesra. Sama-sama memainkan lidah. Kubiarkan mulutnya
melumat bibirku. Kubiarkan giginya menggigit lembut bibirku.
Kurasakan lidahnya menari-nari didalam mulutku. Napasnya yang lembut
menimpa wajahku. Oh ya, saya paling sukai “kissing” dengannya waktu dia
tengah makan coklat. Rasa-rasanya jadi lebih enak. Serta seperti biasa
bila kami tengah berasyik masyuk, kedua iris tanganku senantiasa
menari-nari di badannya. Senantiasa! Orang dirinya sendiri yang minta
buat dijamah.
“Pokoknya bila anda tengah mencumbuku, sekalian dech tangan anda
ngerjain badanku. Agar tak
nanggung. Namun mesti dibagian yang peka.
Seperti di daerah sini, sini serta disini! ” tuturnya kepadaku suatu
waktu sembari tangannya menunjuk leher, dada serta bawah perutnya. Enak
tuturnya.
Akunya sich oke-oke saja. Siapa yang akan menolak ditawarin kerjaan
seperti itu. Awalilah pekerjaanku. Kudekatkan kepalaku ke lehernya,
kukecup perlahan-lahan leher itu lalu kugigit perlahan-lahan. Dia
mendongakkan kepalanya sinyal dia terasa kegelian. Kucium daerah
telinganya serta kukulum bagian telinga yang menggelambir.
Dia mendesah perlahan-lahan serta lalu melingkarkan kedua tangannya
ke leherku. Tangan kananku juga berupaya menyokong punggungnya supaya
badannya sedikit tegak serta tangan kiriku selekasnya kumasukkan ke
balik pakaiannya, menyebabkan kaosnya terangkat hingga ke perut.
Tanganku menyentuh kulitnya yang halus. Menyusup ke punggungnya untuk
melepas tali BH-nya.
Serta awalilah tanganku menjelajahi bukit barisan itu. Kuremas
payudaranya, merasa lembut sekali, diapun merintih. Kupilin putingnya,
dia mengerang. Kutarik puting itu serta diapun mendesah.
“Ahh..! ”
Kuputar-putar jariku di sekitaran puting itu “Sshhh..! ” Dia mengerang
rasakan kesenangan itu.
Kuremas-remas buah dada itu berkali-kali, kucubit bukit itu.
Rasa-rasanya kenyal sekali. Tidak bakalan jemu meskipun setiap hari saya
diminta menyentuhnya. Lantas tanganku juga turun menyusuri perutnya,
menuju rimba tropis. Masuk kedalam celana dalamnya yang terbuat dari
kain satin dengan sedikit renda di bagian vaginanya.
Kutemukan tumpukan kecil daging yang ditumbuhi rambut-rambut halus.
Kugunakan jari telunjuk serta jari manisku untuk membelah labianya yang
masihlah merasa lihat sesaat jari tengahku kumasukan sedikit kedalam
liang senggamanya. “Mmhhh…” Dia kegelian. Kedua kakinya terlihat
terjulur lurus, sedikit menegang. Kucari seonggok daging kecil
diantaranya.
Bagian yang dapat mengantarkan seseorang wanita rasakan apa makna
hidup yang sebenarnya. Sesudah kutemukan mulai tanganku memainkannya.
Kusentuh klitoris itu lembut sekali, tetapi mengakibatkan sungguh
mengagumkan. Badannya menggelinjang hebat dengan kedua kaki terangkat ke
atas menggapai-gapai di udara.
Dia melenguh dengan mata terpejam serta lidah yang menjilati
bibirnya. Segera kulumat mulutnya. Dia juga membalas dengan ganas.
“Uuhhhh…” Lalu tangan kiriku berupaya menarik klitorisnya, kupencet,
kusentil, kupetik, kugesek dengan jari tengahku. Dia memanglah paling
sukai disentuh
klitorisnya. Serta bila telah disentuh, bisanya seperti
orang sakau.
Mendesah, mengerang, serta menggigil. Pernah suatu saat saya ditelpon
agar datang ke rumahnya hanya untuk “memainkan” klitorisnya. Ya,
ampuun… sesudah senang bermain api, kami juga mencari air untuk
menyiramnya. Ehh.. sorry, ngelantur. Selang beberapa saat dia mengajakku
ke lantai dua.
“Mas, naik ke atas yuk? ” “Mo ngapain? ” tanyaku. “Ke kamarnya Mbak
Dian, disini panas. Ada AC disana. ” “Boleh! ” saya sepakat. Kami juga
naik ke lantai dua. Satu persatu anak tangga itu kami lalui serta kami
juga masuk ke kamar Mbak Dian. Saya segera tiduran ditempat tidur,
sesaat dia menyalakan AC-nya. Lantas dia rebah di sampingku.
Kami menceritakan lagi serta bercumbu lagi. Kesempatan ini kulepas
kaosnya, setumpuk daging fresh menggunung di dadanya yang tertutup BH
semi transparan seakan menginginkan melompat keluar. Waw, menantang
sekali serta lalu dengan kasar kusentakkan BH itu sampai lepas, lalu
terhamparlah panorama alam. Terlihat Sindoro Sumbing yang berjejer rapi.
Bergelanyut manja di dadanya.
Putingnya yang berwarna coklat kemerahan kokoh tegak ke atas
mengerling ke arahku menantang untuk kunikmati. Payudaranya benar-benar
indah memiliki bentuk, terbungkus kulit kuning langsat tanpa ada cacat
sedikitpun, yang terlihat membias bila terserang sinar, yang
mengisyaratkan payudara itu masihlah begitu kencang.
Maklum payudara perawan yang rajin menjaga badan. Tetapi dengan
payudara seperti itu, jangankan menyentuh, hanya dengan memandangnya
saja kita bakal selekasnya tahu bila payudara itu diremas bakal merasa
begitu lembut di tangan. Kudekatkan wajahku ke dadanya. Mulutku kubuka
untuk nikmati kedua payudaranya.
Bau harum khas badannya semerbak merasuk kedalam hidungku. Kuhisap
satu diantara putingnya, kugigit-gigit kecil. Lidahku bergerak memutar
di sekitaran puting susunya. Dia mengejang kegelian. Menjambak rambutku
serta diutamakan kepalaku ke dadanya. Wajahku tenggelam disana. Kugigit
sedikit bagian dari bukit itu serta kusedot agak keras.
Nampaklah sinyal merah disana. Senang kunikmati dadanya, awalilah ada
keinginan yang menuntut untuk berbuat lebih. Terlihat juga di muka
Rirrie. Matanya menatapku sayu. Berwajah memerah serta napasnya memburu.
Bila dia dalam kondisi seperti ini, bisa di pastikan dia tengah
terangsang berat.
Serta saya meyakini kemaluannya tentu telah basah. Saya ajukan
pertanyaan kepadanya, “Rie,
sekali-kali kita ngewek yuk! ” “Ah, tidak
ingin ah! ” dia menampik. “Kenapa? ” tanyaku. “Aku malu, ” jawabnya.
“Malu sama siapa? ” tanyaku lagi. “Aku malu dilihat bugil. Saya malu
kamu lihat anuku. ” terangnya.
“Lho, kamu ini aneh. Saat hampir setiap hari kupegang memek anda,
hanya ngeliat jadi tak bisa? ” tanyaku keheranan. “He.. ” dia tertawa
manja. Otakku bekerja mencari akal. “Atau gini saja, diambil selimut
buat nutupin badan anda. Nanti kita mencari style yang buat memek anda
tidak keliatan, ” usulku asal-asalan, tidak taunya dia sepakat.
“Iya dech Mas” Saya girang setengah mati. Lantas dia juga turun ke
bawah mengambil selimut. Selang beberapa saat dia telah ada dihadapanku
lagi dengan satu selimut batik di tangannya. Lantas selimut itu
diserahkannya kepadaku. “Nah, saat ini anda terlepas semuanya pakain
kamu! ” perintahku.
Dia juga selekasnya melepas semuanya bajunya. Sungguh anggun langkah
dia melepas baju. Perlahan-lahan tetapi tentu. Terlebih waktu dia
mengangkat kedua tangannya untuk melepas penjepit rambut yang
mengakibatkan rambutnya terurai indah menutupi beberapa pundaknya. Oh,
cantik sekali dia. Berdiri telanjang tanpa ada sehelai benang juga
menutupi badannya.
Seperti seseorang bidadari. Dengan payudara yang kencang mengantung
indah, dengan bulu halus yang teratur rapi menghiasi bagian bawah
perutnya. Serta saat sadar dianya telanjang bulat, secepat kilat dia
merampas selimut yang ada di tanganku serta digunakanya untuk menutupi
badannya. Kusuruh dia untuk naik ke atas tempat tidur dalam posisi
merangkak membelakangiku.
Saya segera melepas semua bajuku. Dia menengok ke belakang serta
tidak berniat memandang penisku yang telah tegang berat serta segera
memalingkan muka. Jengah. Sembari merajuk manja. “Ihhh…” Meskipun kami
kerap bercumbu namun kami belum pernah sama-sama mempertontonkan alat
vital semasing.
Bila sama-sama pegang atau sebatas nyentuh sich sering. Maka dari itu
janganlah heran bila dia jengah saat lihat penisku. Serta lagi dia itu
orangnya pasif. Penginnya “dikerjain” terus-terusan, namun bila diminta
“ngerjain” sukai ogah- ogahan. Walau sebenarnya dia suka sekali bila
diminta memegang penisku.
Namun itulah dia, dia yang seseorang Rirrie yang penuh dengan sinyal
bertanya. Yang saya juga masihlah sukai bingung untuk ikuti jalan
fikirannya. Saya juga selekasnya mendekat membawa semua amunisi yang
kupunya. Siap dalam duel berdarah. Kuangkat sedikit selimut yang
menutupi pantatnya serta harum birahi yang sangat kusukai dari vaginanya
menebar.
Tanganku juga masuk ke balik selimut itu. Mencari daerah jajahan yang
perlu dikuasai. Meraba-raba hingga pada akhirnya kutemukan gundukan
itu. Merasa benar bulu kemaluannya di jariku.
“Aowww… iiihhh! Mas nakal!
” Dia memprotes saat saya berupaya mencabut sebagian helai bulu
kemaluannya.
Terlebih dulu buat beberapa pembaca, saya lakukan ini semuanya tanpa
ada lihat ke arah vaginanya. Pikirkan, bagaimana sulitnya. Soalnya saya
belum pernah memandang langsung vagina sekarang ini. Mulai kupusatkan
perhatianku di daerah selangkangannya. Vaginanya merasa basah. Tentu dia
sangatlah terangsang.
Serta kucari letak lubangnya dengan jariku. “Ah, geli Mas! ” dia
tersentak saat tidak berniat tanganku menyentuh klitorisnya. “Hore
ketemu…!!! ” saya teriak kegirangan. Pada akhirnya kutemukan lubang itu.
Kumasukkan seperempat jari telunjukku kedalam vaginanya. Sebentar
kuputar-putar di sana. Pinggulnya bergerak-gerak sinyal dia kegelian.
Lalu kutarik kembali serta saat ini pelan-pelan kusorongkan rudalku
untuk coba menembus dimensi itu. Waktu pertama penisku menyentuh
vaginanya, dengan cara refleks dia mengatupkan kedua kakinya. “Dasar
perawan.. ” kataku didalam hati. Lantas perlahan-lahan kucoba
merenggangkan kakinya. Merasa ada penolakan halus di sana.
“Ayo dong sayang, direngganging sedikit kakinya. Tuturnya ingin di
entotin. ” Dia nurut,
perlahan-lahan dia mulai mengangkangkan kedua
kakinya. Rudalku juga kembali mencari sasarannya. Mulai melekat di bibir
vaginanya. Merasa hangat di situ. “Aduh Mas, saya deg-degan nich” “Udah
kamu tenang saja dech! ” Perlahan-lahan tanganku berusaha untuk buka
tabir itu. Kugunakan jemari tanganku untuk menguak vagina itu.
Sedikit terbuka. Serta kucoba memasukkan penisku. “Bless! ” Kepala
rudalku mulai masuk, bikin Rirrie mengerang kesakitan, membuatnya
sedikit tidak nyaman. “Aduh, Mas, sakit nich! ” dia merintih. Kepalanya
mendongak ke atas dengan mimik menahan rasa sakit. “Tahan sebentar ya
sayang! Sakitnya paling hanya sesaat kok. ” Kasihan juga sich lihat dia
demikian.
Namun untuk kesenangan apa itu bisa buat. Tetapi waktu kepala rudalku
mulai menguak masuk vaginanya, merasa ada daya yang begitu kuat dari
dalam vaginanya berusaha untuk menyedot penisku supaya masuk kedalam
vagina itu. Hingga pinggulku tertarik maju bikin semua penisku melesak
kedalam lubang itu.
“Sleep…” “Ah, Mas sakit nich! ” “Tapi kok enak ya Mas? ” “Makanya
jika ingin lebih enak janganlah ribut terus! ” kataku. “Enak namun kok
aneh ya Mas? Seperti ada yang ngganjel, ” dia ngomong sekenanya. Saya
juga tertawa. “Kamu enjoy saja dong, janganlah tegang gitu. ” Dia
menuruti perintahku.
Serta sensasi yang belum pernah kami rasakan mulai meresap di diri
kami. Penisku rasa-rasanya seperti diremas-remas lembut sekali oleh satu
benda asing yang hangat serta basah tidak di kenal, disedot-sedot oleh
vaginanya. Duh.. enaknya mengagumkan. Mataku hingga nanar menahan
kesenangan itu. Lembab tetapi merasa begitu nyaman.
Mulai kugerakkan maju mundur pinggangku, kugenjot penisku
perlahan-lahan serta lalu sedikit untuk sedikit kupercepat genjotanku,
terkadang kupelankan sembari kubenamkan sedalam- dalamnya ke lubang
vaginanya hingga dia menjerit, “Mas.. Mas aduh yang ini sich enak
banget.. tusuk lagi dong yang keras Mas! ” Rirrie memohon.
Segera saja kuturuti permintaannya. penisku bergesekan dengan dinding
vaginanya yang menghasilkan kesenangan sendiri untuk kami. Menyebabkan
bunyi berdecak yang menemaniku menuju sejuta kesenangan. Selang beberapa
saat Ririe mendesah hebat sembari tubuhnya bergerak kesana-kemari,
cepat sekali, tubuhnya meliuk-liuk, tangannya meremas- remas sprei
tempat tidur sampai berantakan.
“Uuuhh.. enak sekali Mas.. pelanin dong nyodoknya, ” rintih Rirrie.
Kuturuti kemauanya. “Uh! ” sangat nikmat rasa-rasanya. Kupompa perlahan
sembari kunikmati kesenangan yang menyebar ke semua badanku.
Sebentar-sebentar dia menggoyangkan pinggulnya, seakan-akan menginginkan
supaya penisku juga rasakan kesenangan itu. Kedua belah tanganku
bergerak ke sana kemari menjelajahi sisi belakang badannya.
Kujambak rambutnya serta kudongakkan kepalanya. Kubungkukan tubuhku
lantas kuciumi punggungnya. Kujilati leher itu. Kutampar perlahan-lahan
pantat Rirrie. Dia menjerit kecil. Tanganku juga menghadap ke depan
menyambar payudaranya yang menggelantung tidak berdaya. Manggut- manggut
ikuti gerakan tubuhnya. Membuatku makin horny.
Payudaranya merasa lebih keras dari biasanya. Mungkin saja lantaran
dia tengah dalam keadaan terangsang puncak. Kuremas-remas dengan kasar.
Kupilin-pilin putingnya serta, “Plop…” ya ampun puting itu lepas.
Rambutnya yang panjang melambai-lambai ikuti irama genjotanku. Matanya
tampak sangat sayu serta sebentar- sebentar terpejam.
Sampai akhirnya… “Adduuhh.. Rirrie tidak kuat lagi Mas.. ” “Rirrie
ingin pipis.. ” “Masss.. aaakhh..
” Kurasakan dia menghimpit vaginanya
sedalam mungkin saja sembari menggoyang- goyangkan pinggulnya serta
mengatupkan kedua kakinya yang bikin penisku makin keras terjepit.
Tetapi sungguh, perbuatannya malah semakin memberi nikmat gesekan yang
kurasakan.
Badannya tersentak serta berdiri tegak membelakangiku. Kepalanya
disandarkan di bahuku. “Masss.. enak sekalii.. Hmmm.. ” Lantas kulihat
kepalanya mendongak ke atas serta kedua bola matanya membalik seperti
orang kesurupan. Tangannya bergerak ke belakang memeluk badanku. Serta
menghimpit kuat badanku seakan menginginkan menjadikan satu dengan
badannya.
Intensitas denyutan vaginanya makin tinggi serta kemampuan
menyedotnya juga jadi tambah besar. Yang mengakibatkan penisku merasa
makin tertarik di liang senggamanya. Kupercepat lagi genjotanku. Serta
akhirnya… “Ohhh… aaakhhh.. ouch… Mas enak! ” Teriakannya keluar
bersamaan orgasme yang diraihnya.
“Seerrr…” cairan bening juga keluar membasahi liang senggamanya.
Banjir. Kurasakan suhu di
sekitaran situ jadi tambah panas. Demikian
lama berlalu namun Rirrie masihlah selalu memejamkan matanya serta
menghimpit kuat pinggulnya. Menggerak-gerakannya kekiri serta kekanan.
Berusaha untuk menyerap semua kesenangan yang baru pernah dirasakanya.
Dia meracau tidak karuan. Waktu orgasme yang dirasakannya selesai,
dia juga terkulai lemas. Menjatuhkan badannya diatas tempat tidur dengan
mata terpejam. Dalam posisi nungging. penisku lepas dari vaginanya.
Badannya bermandikan keringat. Makin memberi pesona kecantikan badannya.
Tidak berniat saya lihat daerah selangkangannya.
Nyatanya bentuk vaginanya sangat bagus. Vaginanya yang berwarna merah
jambu terlihat merekah sedikit monyong serta labia minora-nya terlihat
sedikit menjorok keluar. Mungkin saja lantaran tadi rudalku
berulang-kali membombardir pertahanannya. Vagina itu berdenyut-denyut
serta berkilat terserang sinar. Sedikit darah keluar dari dalam
vaginanya perlahan-lahan turun mengalir ke pahanya.
Nyatanya dia masihlah betul-betul perawan. Kubiarkan dia untuk
mengatur detak jantungnya. Supaya dapat mengumpulkan kembali daya yang
dengan cara mendadak dikeluarkannya. Kelihatannya dia agak shock.
Maklum, pengalaman pertama. “Mas… yang baru saja itu enak sekali. ” Dia
berbisik sembari menatapku dengan senyum kecil di pojok bibirnya.
Senyum penuh kenikmatan. Lantas kurebahkan badannya hingga dia dalam
posisi tengkurap tidur, saya juga merebahkan badanku menindih
punggungnya. Tanganku bergerak kembali pada arah selangkangannya. Becek
sekali disana. Kucari kembali letak liang senggama itu.
“Ayo sayang buka kembali surga kamu, ” pintaku. Perlahan-lahan dia
mengangkangkan kembali kedua kakinya. Serta saat ini giliranku untuk
menuai kemenangan itu. Demikian lihat Rirrie buka sedikit saja
selangkangannya, semangatku segera membara lagi. Kuambil ancang-ancang
untuk memasukkan kembali penisku. Satu.. dua.. tiga.. dan,
“Bleess…” dengan mudahnya penisku menembus vaginanya. Tanpa ada
permisi serta lantaran telah tidak sabar segera kugenjot dengan
kecepatan tinggi. Tidak lama kemudia kurasakan semua urat nadiku
menegang serta darah mengalir ke satu titik. Saya bakal meraih orgasme.
“Rie, Mas ingin keluar nich.. ” “Gantian Ya? ” “Iya Mas, dienak-enakin
lho! ” Rirrie berkata sembari kembali mengatupkan kedua kakinya.
Merasa dia sedikit mengejan untuk berikan kemampuan di daerah
perutnya yang menyebabkan otot-otot di sekitaran vaginanya kembali
mencengkeram kuat. Makin kupacu genjotanku serta pada akhirnya ketika
bakal berlangsung titik kulminasi kuangkat badanku serta kutarik penisku
keluar dari vaginanya serta segera kubalikan badan Rirrie serta kuraih
tangan kanannya lantas kusuruh dia mengocok penisku.
Kutarik kepalanya mendekati penisku. Penisku seperti dipompa hingga
bocor. Air maniku juga menyembur kencang dalam genggaman tangannya.
Tentang berwajah. Saya melenguh. Kulihat air maniku menetes di sprei
tempat tidur. Air maniku kelihatannya tidak ingin berhenti.
Tanganya yang lembut selalu mengurut penisku dengan cepat,
mengusap-usap kepala rudalku dengan ibu jarinya. Hingga air mani paling
akhir menetes di tangannya. Saya rasakan kesenangan yang mengagumkan.
Hingga merasa ke tulang sumsum. “Enak Mas? ” bertanya Rirrie. Saya
mengangguk.
“Belum pernah saya rasakan yang se. pertii.. ini, ” jawabku
terbata- bata.
Saya terasa badanku capek sekali. Lemas tidak berdaya. Rirrie
mendekatkan berwajah ke rudalku, serta dengan bebrapa begitu lembut
dikecupnya kepala rudalku berulang-kali sembari berkata,
“Kamu benda
kecil namun dapat buat orang gede kepayahan. ” Saya tersenyum mendengar
ucapannya. Rirrie memandangku dengan mesra sembari menyebarkan senyum
penuh pesona.
Saya segera rubuh diatas badannya. Menindih badannya. Kugigit
perlahan-lahan lehernya. Kujilat dagunya. Kukecup lembut bibirnya.
Rirrie memeluk saya sembari mengecup lembut pundakku. “Mas kapan-kapan
kita ngewek lagi ya Mas? ” pintanya. “Iya sayang. Satu waktu kita akan
ngewe lagi.. Kita mencari style yang lain, ” jawabku perlahan-lahan.
“Sekarang Mas ingin bobo dahulu. Mas kecapean nich, ” saya memohon.
“Iya dech Mas, ” balasnya.
“Mas.. Rirrie lebih sayang dech sama Mas. ”
Serta saya juga memperoleh ciuman paling hangat di bibir dalam sejarahku
bersamanya. Lantas tangannya turun ke bawah memegang penisku yang telah
lembek serta meremas-remasnya dengan lembut hingga dia terlelap.
Lalu kupeluk badannya, kukecup keningnya lembut dengan berjuta
perasaan yang ada. Dengan sisa kemampuan yang ada, kuangkat tubuhku
serta balik posisi tubuhku sampai kepalaku ada diantara selangkangannya.
Kukecup lembut vagina itu. Kujilat sedikit lendir yang membasahinya.
Kunikmati sebentar pesona vaginanya dengan mulutku. Lalu akupun
memejamkan mata. Kami juga tertidur meninggalkan senyum kenikmatan di
bibir kami.
Senin, 22 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar