Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Kisah ini bermula dari pesta perkawinanku di tahun 2010. Sebut saja
namaku William Wijaya, aku berumur 25 tahun ketika kisah ini terjadi.
Aku menikah dengan pasanganku, sebut saja dia Revina Krisnatriani, di
sebuah hotel berbintang 5 di kota “Y” (nama kota kusamarkan). Aku ingat
ketika pesta berlangsung, undangan begitu banyak yang hadir, suasana
begitu meriah. Suatu ketika tanpa sengaja mataku menangkap sesosok
wRevina Krisnatriani yang sangat menarik. Wajahnya cantik, rambut
disemir sedikit warna pirang sehingga kulitnya yang putih semakin
kelihatan mencolok di antara undangan yang lain. Ditunjang dengan bentuk
badan yang padat serta proposional dan dibalut pakaian yang seksi,
mataku seakan tak bisa lepas darinya. Tentu saja aku memperhatikannya
secara diam-diam. Belakangan aku sadar bahwa dia datang bersama
suaminya. Sesudah pesta berakhir aku mendapatkan kesempatan untuk
melihatnya dari dekat ketika para undangan bersalaman dengan kami.
Wajahnya memang cantik dengan senyum menawan dan tatapan matanya sangat
menggoda. Daya tariknya yang dipancarkan dari wajahnya sangat kuat
sehingga pikiranku melantur seketika.
Pukul 21.30 semua undangan sudah pulang, kami bersantai dengan
saudara-saudara di kamar hotel sambil menceritakan pengalaman-pengalaman
lucu di hari yang istimewa ini. Pukul 23.00 semua saudara-saudara pamit
ke kamar masing-masing dan memberikan kami kesempatan untuk
beristirahat. Sambil menunggu Revina Krisnatriani membersihkan diri, aku
membuka amplop sumbangan satu-persatu sampai suatu ketika aku
memperhatikan ada sebuah kartu nama dengan catatan samar-samar di
belakangnya, “Call me: 081-xx-xx”. Tentu saja kartu nama tersebut
kusimpan secara khusus agar tidak terlihat oleh Revina Krisnatriani.
Setelah semua amplop sumbangan kukumpulkan, aku menyusul Revina
Krisnatriani yang sedang mandi dan kami pun mandi bersama.
Malam itu dan beberapa malam berikutnya kami habiskan dengan penuh
gelora asmara. Kami bercinta dengan berbagai macam variasi, dengan
tempat yang berbeda-beda, di sofa, kamar mandi, ruang tamu, dapur dan
semua tempat yang memungkinkan di kamar hotel tersebut. Kami memang
menginap di Honeymoon Suite yang menyediakan kamar tidur, ruang tamu,
dapur dan ruang santai.
Dua minggu setelah pesta penikahan kami, aku baru teringat dengan kartu
nama yang kuselipkan di dompetku. Dengan rasa penuh penasaran aku pun
menghubungi nomor di balik kartu nama tersebut. Setelah beberapa kali
nada panggil, panggilanku diterima. Aku mulai bicara,
“Hallo, apakah saya berbicara dengan nona Silvia?”.
Suara wanita di seberang sana menjawab dengan lembut,
“Ya, saya sendiri. Siapa ini?”
“Saya William Wijaya, saya yang menikah 2 minggu lalu dan saya
mendapatkan kartu nama anda dengan catatan khusus di belakangnya,”
godaku.
Silvia tertawa renyah dan tanpa terasa obrolan pun mengalir dengan
lancar seolah kami sudah berteman lama. Dari obrolan di telepon selama
hampir 30 menit aku pun mengetahui bahwa Silvia adalah wRevina
Krisnatriani yang selalu kuperhatikan secara khusus waktu pesta dulu.
Silvia merupakan seorang eksekutif yang bekerja di sebuah perusahaan
asing di kota “S” dan dia baru berusia 25 tahun. Perusahaan tempatnya
bekerja sering mengadakan promosi di kotaku, dan Silvialah yang
ditugaskan untuk hal itu. Kami pun berjanji untuk saling menelepon dan
bertemu jika Silvia ditugaskan di kotaku.
Seminggu setelah telepon pertamaku handphone-ku berbunyi.
Silvia menelepon dan mengabarkan bahwa dia sedang berada di kotaku untuk
3 hari promosi. Silvia baru tiba di sebuah hotel dan akan mulai bekerja
pukul 14.00 siang ini juga. Aku memberanikan diri untuk bertanya apakah
aku bisa menemuinya sebelum jam 14.00. Silvia berkata bahwa dia tidak
keberatan dan ingin segera bertemu. Aku pun segera berangkat ke hotel
tersebut dan menemui Silvia yang sudah menungguku di coffe shop hotel.
Silvia mengenakan rok mini hitam dipadu dengan blazer sewarna serta
kemeja warna putih tipis sehingga menampakkan bayang-bayang BH-nya yang
berwarna hitam. Kami berbincang dengan akrab dan Silvia menawarkan untuk
mengunjungi kamarnya di lantai 2 hotel tersebut.
Sampai di kamar Silvia melepaskan blazernya sehingga yang terlihat
olehku adalah sosok tubuh wRevina Krisnatriani yang sangat menggiurkan.
Sebagai gambaran Silvia tingginya 165 cm dengan berat seimbang. Badannya
padat, dengan payudara 36B. Tanpa sadar hal itu membuat batang
kemaluanku berdiri seketika. Kami duduk berdampingan di ranjang yang
berukuran king size. Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya dan
mengambil kesempatan pertama untuk mencium pipinya untuk melihat
reaksinya. Ternyata Silvia tidak menunjukkan reaksi menolak dan aku pun
mulai berani. Kami berciuman bibir dan aku terkejut karena secara
agresif dia mengeluarkan kemampuannya dengan French Kiss.
Kami saling memasukkan lidah kami ke mulut masing-masing dan tanganku
mulai menjalar ke bagian tubuhnya yang menonjol. Aku meraba payudaranya
perlahan-lahan. Diawali satu tangan dan disusul tangan satunya lagi.
Silvia mulai mendesah, apalagi setelah tanganku menaikkan rok mininya
dan meraba bagian luar kemaluannya. Aku mulai melepaskan pakaiannya dan
dengan perlahan mencopot BH hitamnya disusul dengan rok mininya sehingga
yang telihat olehku sekarang adalah pemandangan yang sangat luar biasa.
Kemolekan seorang wRevina Krisnatriani yang dianugerahi kulit putih
bersih, payudara yang kencang dan montok dengan puting kemerahan
Celana dalamnya warna hitam dengan bahan transparan sehingga terlihat
samar bulu kemaluannya yang tipis rapi. Aku segera menjulurkan lidahku
ke puting payudaranya, bergantian kanan dan kiri, bermain di seputar
aerola-nya, membasahi putingnya yang kemerahan itu. Putingnya mengeras
sehingga membuatku semakin bernafsu. Tanganku perlahan menurunkan celana
dalamnya dan aku mengusap bibir kemaluannya yang sudah basah secara
hati-hati karena takut menyakitinya. Jari tengahku kutekan di
tengah-tengah antara bibir kemaluannya sehingga sewaktu bergerak naik
turun menyentuh klitorisnya. Dia menggelinjang nikmat dengan desahan
panjang dan tangannya menarik dan mengacak-acak rambutku.
Aku menurunkan lidahku dari puting payudaranya, perlahan menyusuri
bagian perutnya, bermain sebentar di sekitar pusarnya sehingga membentuk
garis basah seperti aliran sungai. Kedua tanganku bermain di
payudaranya, memilin halus puting yang sudah sangat keras tersebut.
Sekarang wajahku sudah menghadap kemaluannya yang ternyata bulunya sudah
dicukur habis dengan hanya menyisakan sedikit saja di atas klitoris dan
itupun dicukur halus. Bibirku menjelajahi bagian luar kemaluannya dan
dengan lidahku aku berusaha menerobos di antara bibir kemaluannya.
Silvia menggelinjang merasakan kenikmatan. Dengan jari-jari tanganku,
aku membuka bibir kemaluannya dan aku pun membenamkan wajahku di sana.
Lidahku menjelajahi setiap milimeter bagian kemaluannya yang sudah
basah. Aku memainkan bagian klitorisnya dengan lembut dengan ujung
lidahku yang bergerak membentuk lingkaran. Jari tangan kananku kubasahi
dengan air liurku dan kubiarkan bermain di lubang anusnya. Ketika Silvia
merasakan orgasme menghampirinya, ia menarik-narik rambutku, mendesah
nikmat “Aaahh..” aku pun memasukkan lidahku ke liang kemaluannya,
membenamkan ke dalamnya, maju mundur teratur dan ujung hidungku
menggosok klitorisnya setiap kali aku memaju mundurkan lidahku. Jari
tanganku kumasukkan sedikit ke lubang anusnya. Sampai suatu saat Silvia
tidak mampu menahan arus orgasmenya, ia menjerit keras sambil menarik
rambutku dan membenamkan wajahku lebih dalam lagi ke liang kemaluannya.
“Aaahh, William Wijaya.. enakk, ahh..”
Setelah arus orgasmenya mereda Silvia berbalik menindih tubuhku
(tinggiku 177 cm dengan berat 75 kg), ia menciumi bibirku, memainkan
lidahnya dalam mulutku sambil tangannya melucuti semua yang kukenakan.
Lidahnya menyusuri bagian leherku, bermain di telingaku, turun ke puting
susuku dan bergerak melingkar di bagian tersebut. Aku merasakan geli
yang luar biasa yang membuat perutku serasa kejang. Tangannya memainkan
batang kemaluanku yang berukuran 16 cm dengan kepala batang kemaluan
berbentuk seperti jamur. Dengan gerak yang sangat cepat ia menurunkan
wajahnya dan memasukkan kepala kemaluanku ke dalam mulutnya. Ia membuat
gerakan naik turun dan tetap menggunakan lidahnya untuk memainkan batang
kemaluanku.
Kadang-kadang Silvia menghisap dengan keras kepala batang kemaluanku
sambil melirikku untuk melihat reaksiku. Tatapan matanya sungguh seksi
saat itu. Beberapa kali ia memasukkan semua kemaluanku ke dalam mulutnya
sehingga aku bisa merasakan ujung kemaluanku seperti menekan
tenggorokannya sementara lidahnya berputar-putar.
Aku hanya bisa mendesah nikmat dan tanganku menekan kepalanya untuk
memainkan irama. Silvia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya dan
digantikan tangannya yang membuat gerakan naik turun di batang
kemaluanku yang basah karena air liurnya sementara kedua kakiku
diangkatnya sehingga membentuk huruf V dan ia pun memainkan lidahnya di
sekitar lubang anusku. “Aaahh..” aku mendesah keras ketika lidahnya
pertama kali menyentuh lubang anusku. Aku belum pernah merasakan rasa
nikmat dan geli seperti ini. Setelah itu ia kembali memainkan
kemaluanku, lidahnya menjulur mengikuti batang kemaluanku, naik turun
berirama, dan turun ke “telur”-ku yang dihisap pelan olehnya.
Setelah beberapa saat kami pun berganti posisi, kali ini kami mencoba
posisi 69 dengan Silvia di bagian bawahku. Aku membuka bibir
kemaluannya dengan jari-jariku dan memainkan lidahku di klitorisnya.
Silvia memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya dan membuat gerakan naik
turun dengan cepat. Sampai suatu ketika ia mendadak menekan pinggulnya
ke wajahku dengan kuat karena orgasmenya kembali. Basah wajahku karena
cairan yang keluar dari kemaluannya tak kuhiraukan.
Aku pun mempercepat gerakanku karena kurasa spermaku sudah mendesak
untuk dikeluarkan. “Aku hampir keluar.. ahh..” Silvia seperti tidak
mendengarkanku dan tetap memaju-mundurkan mulutnya tambah cepat dan
ketika aku mencapai puncaknya dia tetap tidak melepaskan kemaluanku dari
mulutnya. “Aaahh, ahh, ahh..” aku mendesah panjang ketika spermaku
keluar dan melesat ke dinding tenggorokannya. Silvia memundurkan
mulutnya sampai batas kepala batang kemaluanku dan kepala kemaluanku
dihisap kuat olehnya sehingga pipinya terlihat kempot, tangannya membuat
gerakan mengocok batang kemaluanku.
Aku menggelinjang merasakan geli dan nikmat yang sangat dahsyat.
Batang kemaluanku dihisap dan lidahnya membersihkan sisa-sisa sperma
yang tertinggal di batang kemaluanku. Tak ada sedikitpun yang tersisa.
Batang kemaluanku bersih mengkilat. Aku melihatnya tersenyum dan membuka
mulutnya, memamerkan spermaku yang ada di mulutnya dan ia menelannya
sambil menatapku lekat-lekat. Suatu pengalaman yang sangat hebat buatku
karena aku belum mengalami pengalaman seperti ini dengan Revina
Krisnatriani istriku.
Kami berbaring berpelukan di ranjang hotel tersebut sambil menyalakan
rokok. Silvia pun bercerita bahwa ia memang maniak dengan apa yang
namanya SEKS. Hubungannya dengan suaminya baik-baik saja. Mereka sudah
menikah 5 tahun tetapi belum mempunyai anak karena Silvia masih ingin
mengejar karirnya, sedangkan suaminya selalu memaksanya untuk mempunyai
anak. Ia bercerita bahwa ia selalu merasa puas berhubungan seks dengan
suaminya, hanya saja ia malu untuk berterus terang kepada suaminya bahwa
ia sebenarnya ingin frekuensi berhubungan lebih banyak lagi karena
takut kalau suaminya menganggapnya maniak. Ia juga bercerita bahwa ia
sudah mengetahuiku sejak lama dan menyukaiku karena wajahku seperti
mantan pacarnya ketika SMA dulu.
Dua batang rokok sudah habis, aku menggendongnya ke kamar mandi dan
menyalakan shower. Kami saling menyabuni tubuh dan memainkan bagian
vital masing-masing. Setelah tubuh kami bersih kami tidak segera
mengeringkan badan tetapi Silvia berjongkok di depanku dan memasukkan
batang kemaluanku ke dalam mulutnya. Ia memaju mundurkan kepalanya
sambil tangannya mengocok batang kemaluanku. Aku hanya bisa bersandar ke
dinding kamar mandi sambil menikmati hisapannya. Karena batang
kemaluanku sudah keras sekali, aku pun mengangkat tubuhnya dan
mendudukkannya ke meja wastafel di kamar mandi. Aku memainkan kepala
kemaluanku di bibir kemaluannya, membuat gerakan melingkar perlahan
sampai kurasakan kemaluannya basah.
Aku memasukkan batang kemaluanku sampai bagian kepala kemaluanku dan
memaju-mundurkan pantatku. Silvia yang sudah bernafsu mendesah-desah
menyuruhku memasukkan semuanya. Aku mendorong kemaluanku perlahan sampai
kurasa sudah masuk seluruhnya dan aku menggerakan pantat maju-mundur
makin lama makin cepat. Ketika kurasakan Silvia sudah mendekati
puncaknya aku melambatkan gerakan pantatku dan membuat gerakan memutar
sehingga batang kemaluanku tertanam lebih dalam di kemaluannya. Silvia
menghisap puting susuku dengan kencang, aku memutar-mutar pinggulku
lebih cepat sambil kulihat pantulan badan kami yang basah dari kaca di
depanku.
Silvia mendesah keras, “Wann.. aku orgasmee.. ohh.. ahh.. ahh,”
suaranya seperti tertahan karena ia menggigit bibirnya sendiri. Aku
menurunkannya dari meja wastafel, membalikkan tubuhnya dan dengan cepat
memasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya. Dengan posisi
seperti ini, doggie style, aku menarik rambutnya, mengangkat kepalanya
sehingga ia bisa melihat gerakan-gerakan kami melalui kaca di depannya.
Jariku kumasukkan ke mulutnya, dihisap dan dibasahi dengan liurnya dan
kemudian kumasukkan jari telunjukku ke lubang anusnya sambil tetap
menggerakkan pantatku maju mundur. Ketika orgasmenya datang lagi, jari
telunjukku serasa diremas kencang oleh otot anusnya dan hal itu
membuatku tidak tahan lagi. Orgasme kami datang bersamaan, ia menjerit
kencang bersamaan dengan semprotan spermaku ke dalam rahimnya. Setelah
kurasa batang kemaluanku mengecil dalam kemaluannya aku pun menarik
keluar perlahan dan aku membalikkan badannya. Kami berciuman, bertukar
liur melalui lidah kami yang liar dan ia berlulut di depanku dan
memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. “Cleaning service,” kata Silvia
sambil tertawa.
Kami mandi sekali lagi dan kali ini benar-benar sampai badan kami
kering kembali. Aku pamit untuk pulang ke rumah karena ia harus
mempersiapkan acaranya dan kami berjanji untuk bertemu lagi malam
sehabis acaranya selesai. Sebenarnya lanjutan cerita ini masih panjang
dan berliku. Apakah hubungan kami masih berlanjut? Apakah dari hubungan
seks yang panas membara itu Silvia mengalami perubahan dalam tubuhnya?
Aku akan meneruskan cerita ini jika para pembaca sekalian menyukainya.
Saya tunggu komentar anda sekalian.
Saya mohon maaf apabila tulisan saya kurang teratur karena saya belum
pernah menulis sama sekali. Saya menulis ini karena ingin menceritakan
pengalaman saya kepada para pembaca sekalian. Terima kasih
Senin, 22 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar