Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Saya tinggal di Cirebon namun tempat kerjaku di dekat Indramayu yang
berjarak sekitaran 45 Km serta kutempuh dengan kendaraan kantor (nyupir
sendiri) sekitaran 1 jam. Untuk yang tahu daerah ini, pastinya akan tahu
jalan mana yang kutempuh. Setiap pagi kurang lebih jam 06. 30 saya
telah meninggalkan rumah melalui route jalan yang sama (hanya
satu-satunya yang paling dekat) untuk pergi ke kantor.
Pagi hari di daerah ini, seperti biasa terlihat pemandangan anak-anak
sekolah tidak tahu itu anak SD, SMP maupun SMA, berjajar di sebagian
tempat di selama jalan yang kulalui sembari menanti angkutan umum yang
bakal mereka naiki untuk ke sekolah mereka masing-masing. Lantaran
angkutan umum begitu terbatas, umumnya mereka melambai-lambaikan
tangannya serta coba menyetop kendaraan yang melalui untuk memperoleh
tumpangan.
Terkadang ada pula kendaraan truk maupun pick-up yang berhenti serta
berbaik hati memberi tumpangan, sedang kendaraan yang lain jarang ingin
berhenti, lantaran yang melambai-lambaikan tangannya berkelompok serta
sejumlah beberapa puluh. Suatu hari Senin di bulan Oktober 2015, saya
keluar dari rumah agak terlambat yakni jam 06. 45 pagi.
Kuperhatikan anak-anak sekolah yang umumnya ramai di selama jalan itu
mulai agak sepi, mungkin saja mereka telah memperoleh kendaraan ke
sekolahnya masing-masing. Waktu perjalananku meraih ujung desa Bedulan
(tempat ini tentu di kenal oleh kebanyakan orang lantaran kerap
berlangsung tawuran antar desa hingga sekarang ini), kulihat ada
seseorang anak sekolah wanita yang melambai-lambaikan tangannya.
Sesudah kulihat di belakangku tak ada kendaraan lain, saya mengambil
rangkuman bila anak sekolah itu berupaya memperoleh tumpangan dariku
serta lantaran dia seseorang diri di sekitaran situ jadi segera
kuhentikan kendaraanku dan kubuka kacanya sembari kutanyakan,
“Mau ke mana dik? ”. Kulihat anak sekolah itu agak kuatir dan segera
menjawab pertanyaanku, “Pak bisa saya ikut hingga di SMA——– , dari tadi
kendaraan umum penuh selalu dan saya takut terlambat?, dengan muka yang
penuh berharap.
“Yaa…, OK lah.., naik cepat”, kataku. “Terima kasih paak”, tuturnya
sembari buka pintu mobilku. Jarak dari sini hingga di sekolahnya kurang
lebih 10 Km dan sepanjang perjalanan kuselingi dengan
pertanyaan-pertanyaan enteng, hingga saya tahu bila dia itu duduk di
kelas 3 SMU di——dan bernama War.
Tinggi tubuhnya kurang lebih 155 cm, warna kulitnya dapat disebut agak
hitam bersih serta tidak cantik namun manis serta menarik untuk diliat,
tak tahu apanya yang menarik, mungkin saja lantaran matanya agak sayu.
Tidaklah terlalu lama, kendaraanku telah tiba di daerah——-dan War segera
memberi aba-aba. “Ooom…, sekolah saya ada di depan itu”, tuturnya
sembari jarinya menunjuk satu arah di kanan jalan.
Kuhentikan kendaraanku di depan sekolahnya serta sembari menyalamiku War
mengatakan terima kasih. Sembari turun dari mobil, War masihlah pernah
ajukan pertanyaan, “Oom…, besok pagi saya bisa ikut lagi.., tidak Oom,
lumayan Oom…, dapat naik mobil bagus ke sekolah serta sekalian menghemat
biaya.., bisa yaa.. Oom? ”.
Saya tidak segera menjawab pertanyaan itu, namun kupandangi berwajah,
lantas kujawab, “Boleh bisa saja War ikut Oom, namun janganlah
bergerombol ikutnya yaa”. “Enggak deh Oom, saya hanya sendiri saja kok
selama ini”. Tiap-tiap pagi pada saat saya mencapai desa itu, War telah
ada di tepi jalan serta melambaikan tangannya untuk hentikan mobilku.
Dalam setiap perjalanan dia semakin lama semakin banyak menceritakan
masalah keluarganya, kehidupannya di desa, rekan-rekan sekolahnya dan
dia juga telah miliki pacar di sekolahnya. Saat kutanya apakah pacarnya
tidak marah bila sehari-hari naik mobil orang, War katakan tak apa-apa
namun tidak ada keterangan apa pun, kelihatannya dia malas bercerita
lebih jauh masalah pacarnya.
War juga cerita kalau sampai kini dia tak pernah kemana-mana, terkecuali
pernah dua kali diajak pacarnya piknik ke daerah wisata di Kuningan.
Seminggu lalu di hari Jum’at, saat War akan naik di mobilku kulihat
berwajah sedih serta matanya bengkak seperti habis menangis serta War
duduk tanpa ada banyak bicara.
Lantaran penasaran, kusapa dia, “War, habis nangis yaa…, mengapa..?
cobalah War katakan.., siapa tahu Oom dapat membantu”. War tetaplah
membisu serta sedikit gelisah. Lama dia diam saja serta saya juga tidak
ingin mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan, namun lalu dia
berkata,
“Oom, saya habis ribut dengan Ayah serta Ibu”, lantas dia diam lagi.
“Kalau War yakin pada Oom, tolong cobalah katakan masalahnya apa, siapa
tahu Oom dapat membantu”, kataku namun War saja tetaplah membisu. Saat
mobilku telah mendekati sekolahnya, mendadak War berkata, “Oom…, bisa
tidak War minta waktu sedikit buat bicara disini, mumpung masihlah belum
sampai di sekolah”.
Mendengar permintaannya itu, selekasnya saja kuhentikan mobilku di
tepi jalan serta kurang lebih jaraknya masihlah 2 Km dari sekolahnya.
“Ada apa War…? ”, Kataku. War tetaplah diam serta kelihatannya ada
kesangsian untuk mengawali bicara. “Ayoo…, lah War, janganlah takut atau
ragu…, ada apa sebenarnya”, tanyaku lagi.
“Begini…, Oom, kata War”, lantas dia bercerita kalau tadi malam dia
minta duit pada orang tuanya untuk membayar duit sekolahnya yang sudah
tiga bulan belum dibayar serta hari ini yaitu hari terakhir dia mesti
membayar, lantaran bila tidak dia tak bisa ikuti ulangan. Orang tuanya
nyatanya tak memiliki duit sekalipun, walau sebenarnya duit sekolah yang
perlu dibayar itu sebesar 80 ribu rupiah. Alasan orang tuanya lantaran
panen padi yang diinginkan sudah punah lantaran hujan yang
terus-terusan.
Serta tuturnya lagi orang tuanya menyuruh dia berhenti sekolah
lantaran tak dapat lagi untuk membayar duit sekolah serta ingin
dikimpoikan dengan tetangganya. Saya tetaplah diam untuk dengarkan
ceritanya hingga usai serta lantaran War juga selalu diam, lantas
kutanya, “Teruskan ceritamu hingga usai War”. Dia tidak segera menjawab
namun yang kulihat airmatanya tampak menggenang serta sembari menyeka
air matanya dia berkata,
“Oom, sebenarnya ada banyak yang menginginkan War katakan, namun saya
takut kelak Oom terlambat ke kantornya serta War harus juga ke sekolah,
dan lanjutnya lagi…, bila Oom ada waktu serta tak keberatan, saya
menginginkan pergi dengan Oom agar saya dapat bercerita semuanya
permasalahan pribadi saya”. Sesudah diam sejenak, lantas War berkata
lagi,
Oom, bila ada serta tak keberatan, saya ingin pinjam duit Oom 80
ribu untuk membayar duit sekolah serta saya janji bakal kembalikan
sesudah saya dapat dari orangtua saya”. Mendengar cerita War meskipun
belum semuanya, hatiku merasa tersayat serta selekasnya kurogoh dompetku
serta kuambilkan duit 200 ribu serta selekasnya kuberikan kepadanya.
“Lho Oom, kok banyak benar…, saya takut tidak bisa mengembalikannya”,
tuturnya sembari menarik tangannya sebelumnya duit dari tanganku
dipegangnya. “War.., ambillah…, tidak apa-apa kok, sisanya bisa anda
belikan buku-buku atau apa saja…, saya meyakini War membutuhkannya”,
serta selekasnya kupegang tangannya sembari menempatkan duit itu
ditangannya serta sembari kukatakan,
“War.., ini tidak usah anda katakan pada siapa-siapa, juga janganlah
pada orang tuamu…, serta War tidak butuh mengembalikannya”. Belum usai
kata-kataku, mendadak saja dari tempat duduknya dia maju serta mencium
pipi kiriku sembari berkata, “Terima kasih banyak Oom.., Oom.. telah
banyak membantu saya”.
Saya jadi begitu terkesiap serta berdebar, bukanlah lantaran
memperoleh ciuman di pipiku, namun lantaran tangan kiriku tersentuh buah
dadanya yang merasa begitu empuk hingga tak merasa penisku jadi tegang
dan sementara War masihlah mencium pipiku, kugunakan tangan kananku
untuk membelai rambutnya serta kucium hidungnya. “Ayoo…, War…, telah
lama kita disini, nanti kamu terlambat sekolahnya”. War tak menjawab
namun kulihat dikedua matanya masihlah tergenang air matanya.
Waktu telah tiba di depan sekolahnya sembari buka pintu mobil, War
berkata, “Oom.., terima kasih yaa.. Ooom serta kapan Oom ada waktu untuk
mendengar cerita War”. “Kalau besok bagaimana..?, kataku. “Boleh..,
oom”, jawabnya cepat. “Lho…, besok kan masihlah hari Sabtu serta War kan
mesti sekolah”, jawabku.
“Sekali-kali mbolos kan tidak apa apa Oom…, hari Sabtu kan
pelajarannya tak demikian padat dan kurang penting”, kata War. “Oklah…,
bila begitu…, War, kita ketemu besok pagi di tempat biasa kamu
menunggu”. Dalam perjalanan ke kantor sesudah War turun, permasalahan
War merasa mengganggu fikiranku hingga tak merasa saya telah tiba di
kantor.
Sebelumnya pulang kantor, saya izin tidak untuk masuk besok Sabtu
pada Bossku dengan alasan akan mengurusi masalah keluarga di Kuningan.
Demikian pula saat malamnya kukatakan pada istriku bila saya mesti ke
Jakarta untuk masalah kantor serta bila selesainya telat sangat terpaksa
harus bermalam dan pulang pada hari Minggu.
Besok paginya dengan berbekal 1 stel baju yang sudah disediakan oleh
Istriku, saya pergi serta hingga ditempat yang biasa, kulihat War
tetaplah menggunakan pakaian seragam sekolahnya. Sesudah dia naik ke
mobil, kembali kulihat matanya tetaplah seperti habis menangis. Lantas
kutanya,
“War…, habis perang lagi yaa?, masalah apa lagi? ”.
“Oom, ceritanya nanti saja deh”, tuturnya agak malas. “Kita ingin
kemana Oom? ”, Tanyanya. “Lho…, terserah War saja.., Oom sih ikut saja”.
“Oom…, saya kepingin ke tempat yang agak sepi serta tidak ada orang
lain…, jadi bebrapa bila War nangis, tidak ada yang melihatnya kecuali
Oom”.
Sembari memutar mobilku kembali pada arah Cirebon, saya memikirkan
sesaat ingin ke tempat mana yang sesuai dengan keinginan War, serta
selekasnya teringat bila di pinggir kota Cirebon yang ke arah Kuningan
ada satu lapangan Golf serta Cottage CPN. Selekasnya saja kukatakan
kepadanya,
“War… Tempat yang sesuai dengan hasratmu itu sepertinya agak sulit,
tapi…, bagaimana bila kita ke CPN saja..? ”. “Dimana itu Oom dan tempat
apaan? ”, bertanya War. Saya jadi agak sulit menerangkannya, namun
kujawab saja, “Tempatnya sih tidak jauh yakni sedikit diluar Cirebon
dan…, begini saja deh.., War.., kita kesana dahulu dan bila War kurang
sepakat dengan tempatnya, kita mencari tempat lain lagi”.
Setelah tiba ditempat serta mendaftar di receptionist dan pesan
minuman ringan dan mengambil kunci kamarnya, selekasnya saya kembali
pada mobil serta kutanyakan pada War–“gimana War.., anda ingin di
sini..?, saksikan saja tempatnya sepi (maklum saja masihlah pagi-pagi.
Receptionistnya saja seperti terheran-heran, kelihatannya berpikir kok
ada tamu pagi-pagi sekali serta nomer mobilnya tidak dari luar kota).
Sesudah mobil kuparkir di depan kamar, sebelumnya turun kutanya dia
kembali, “War…, bagaimana.., ingin disini? atau ingin mencari tempat
lain? ”. War tak selekasnya menjawab pertanyaanku, namun dia ikut turun
dari mobil serta mengikutiku ke arah pintu kamar motel. Selekasnya
setelah tiba didalam, dia segera duduk ditempat tidur sembari
memerhatikan semua ruang.
Lantaran kulihat dia tetaplah diam saja, saya jadi terasa tak enak
serta selekasnya kudekati dia yang tetap masih duduk di pinggir tempat
tidur serta sembari agak berlutut, kucium keningnya sebagian waktu serta
mendadak saja War memelukku serta terdengar tangisan lirih sembari
terisak-isak.
Sembari masihlah memelukku, kuangkat berdiri dari duduknya serta
kuelus-elus rambutnya, sembari kucium pipinya dan kukatakan, “War
cobalah tenangkan dirimu serta katakan semuanya permasalahan mu pada
Oom…, siapa tahu Oom dapat membantumu dalam memecahkan masalahmu itu”.
War masihlah saja memelukku namun senggukan tangisnya mulai mereda.
Beberapa waktu kemudian kubimbing dia ke arah tempat tidur serta
perlahan-lahan kutelentangkan War ditempat tidur serta kurangkulkan
tangan kiriku di bahunya serta kupandangi berwajah, sembari kukatakan,
“War coba katakan masalahmu itu serta agar Oom dapat tahu permasalahanmu
itu”.
War tetaplah diam saja serta memejamkan matanya, namun selang
beberapa saat, sembari mengusap air matanya dia buka matanya serta
melihat ke arahku yang jaraknya pada berwajah serta wajahku begitu dekat
sekali. “Oom…”, tuturnya seperti bakal mengawali menceritakan, namun
lantas dia diam lagi. “War…”, kataku sembari kucium pipinya serta
kuusap-usapkan jari tangan kananku di rambutnya, “cerita lah”.
Lantas War mulai menceritakan serta dia bercerita dengan cara panjang
lebar masalah kehidupan
keluarganya yang miskin, dia anak pertama dari 3
bersaudara, mengenai pacarnya di sekolah namun lain kelas yang telah 2
tahun pacaran serta saat ini telah meninggalkan dia lantaran memperoleh
pacar baru di kelasnya,
serta dia juga bercerita bila orang tuanya telah menjodohkan dengan
tetangganya yang telah miliki istri serta anak, namun kaya serta
rumahnya tidaklah terlalu jauh dari rumah War serta dia mesti selekasnya
berhenti dari sekolahnya lantaran bakal dikimpoikan pada bulan Maret
akan datang.
War tuturnya kepingin sekolah dahulu serta belum pingin kimpoi,
terlebih kimpoi dengan orang yang telah miliki Istri serta anak. War
miliki hasrat ingin lari dari rumahnya, namun tidak paham ingin ke mana.
War juga bercerita kalau sebenarnya dia masihlah cinta pada kawan
sekolahnya itu, terlebih dia telah telanjur pernah tidur berbarengan
pada saat piknik ke Kuningan dahulu, meskipun tuturnya dia tak meyakini
bila miliki pacarnya itu telah masuk ke vaginanya apa belum, lantaran
belum apa-apa telah keluar tuturnya. “Jadi…, bagaimana.., Oom.., apa
yang perlu saya perbuat dengan permasalahan ini, tuturnya sesudah
merampungkan ceritanya.
“War”, kataku sembari kembali kuelus-elus rambutnya serta kucium
pipinya di dekat bibirnya. “War…, masalahmu kok demikian rumit, terlebih
masalah lamaran tetanggamu itu. Begini saja War…, baiknya anda minta
pada orangtuamu untuk tunda perkimpoian itu hingga anda usai sekolah.
Katakan saja…, bila ujian SMA-mu cuma tinggal beberapa bulan lagi”.
“Katakan lagi…, sayang bila biaya yang sudah di keluarkan selama
hampir tiga tahun di SMA mesti
hilang sia-sia tanpa ada memperoleh
Ijasah. War…, pada saat anda menyampaikan ini semuanya, janganlah
gunakan emosi, katakan dengan lemah lembut, semoga saja orang tuamu
ingin tahu serta mengundurkan perjodohanmu dengan tetanggamu itu”.
“Kalau orang tuamu sepakat, jadi anda dapat konsentrasi untuk
merampungkan sekolahmu serta yang lain dapat dipikirkan kemudian”.
Sesudah usai memberi anjuran ini, lantas kembali kucium pipinya seraya
kutanya…, “War…, bagaimana pendapatmu dengan anjuran Oom ini? ”.
Seraya saja War bangkit dari tidurnya serta memelukku erat-erat
sembari menciumi pipiku serta berkata, “Ooom…, terima kasih.., atas
anjuran Oom ini…, belum terpikir oleh saya terlebih dulu hal ini…, Oom
begitu baik pada War tak tahu bagaimana langkahnya saya membalas
kebaikan Oom”, serta merasa air matanya menetes di pipiku.
Sesudah diam sebentar, kembali kurebahkan tubuh War telentang serta
kulihat dari matanya yang tertutup itu bekas air matanya serta
selekasnya kucium kedua matanya serta sedikit untuk sedikit cimanku
kuturunkan ke hidungnya serta selalu turun ke pipi kirinya, kemudian
kugeser ciumanku mendekati bibirnya.
Lantaran War tetap masih diam serta tidak menolak, keberanianku makin
bertambah serta dengan cara perlahan kugeser ciumanku ke arah bibirnya,
serta mendadak saja War menerkam serta memelukku dan mencari bibirku
dengan matanya yang masihlah tertutup.
Saya berciuman cukup lama serta sesekali lidahku kujulurkan kedalam
mulutnya serta War menghisapnya. Sembari tetaplah berciuman, kurebahkan
tubuhnya lagi serta tangan kananku selekasnya kuletakkan pas diatas buah
dadanya yang merasa begitu kenyal serta sedikit kuremas.
Lantaran tak ada reaksi yang terlalu berlebih dan War bukanlah saja
mencium bibirku namun semua wajahku, jadi satu persatu kancing pakaian
SMA-nya berhasil kulepas serta saat kusingkap pakaiannya, tersembul dua
bukit yang halus tertutup BH putih tidak tebal serta ukurannya tidaklah
terlalu besar.
Saat kucoba buka pakaian sekolahnya dari tangan kanannya, War
nampaknya tetaplah diam serta jadi menolong dengan membengkokkan
tangannya. Sesudah sukses melepas pakaian dari tangan kanannya,
selekasnya kucari kaitan BH-nya di belakang serta dengan gampang
kutemukan dan kulepaskan kaitannya, disamping itu kami tetap masih
berciuman, terkadang dibibir serta sesekali di semua muka bertukaran.
BH-nya juga dengan gampang kulepas dari tangan kanannya serta saat
kusingkap BH-nya, tersembul buah dada War yang ukurannya tidaklah
terlalu besar namun menantang serta dengan puting susunya berwarna
kecoklatan.
Dan dengan tidak sabar serta sembari meremas pelan payudara kanannya,
kuturunkan wajahku menyelusuri leher serta selalu ke bawah serta
sesampainya di payudaranya, kujilati payudara War yang menantang itu dan
sesekali kuhisap puting susunya, sesaat War meremas-remas rambutku
seraya terdengar suara lirih, “aahh…, aahh…, ooomm…, ssshh…, aahh”.
Saya sekurang-kurangnya tahan bila mendengar suara lirih seperti ini,
dan merta penisku makin tegang serta kugunakan peluang ini sembari
tetaplah menjilati serta mengisap payudara War, kugunakan tangan kananku
untuk menelusuri sisi bawah tubuh War Saat hingga di celana dalamnya
dan kuelus-elus vaginanya, merasa sekali ada bagian CD yang basah.
Sembari tetap masih menjilati payudara War, kugunakan jari tanganku
menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya serta
saat bisa dan kuelus, tubuh War merasa menggelinjang serta membukakan
kakinya dan kembali terdengar, “aahh…, ssshh…, ssshh…, aahh”.
Saya jadi makin penasaran saja mendengar suara War mengerang lirih
seperti itu. Selekasnya kulepas tanganku yang ada di vaginanya serta
saat ini kugunakan untuk mencari kancing atau apa pun yang ada di Rok
sekolahnya untuk selekasnya kulepas. Untung saja rok sekolah yang
digunakan yaitu rok standard yakni ada kaitan sekalian ritsluiting,
hingga dengan gampang kutemukan serta kubuka kaitan serta
ritsluitingnya, hingga roknya jadi longgar di tubuh War.
Lantas perlahan kuturunkan tubuhku dan ciumanku menelusuri perut War
seraya tanganku berupaya menurunkan roknya. Roknya yang telah longgar
itu dengan gampang kuturunkan ke arah kakinya serta kuperhatikan War
kenakan CD warna merah muda serta kulihat juga vaginanya yang menggunung
didalam CD-nya.
Tubuh War menggelinjang waktu ciumanku menelusuri perut serta ketika
ciumanku meraih CD diatas gunungan vaginanya, gelinjang tubuh War makin
keras serta pantatnya seolah diangkat dan tetaplah kudengar suaranya
yang lirih sembari meremas-remas rambutku agak keras dan sesekali
memanggil,
“ssshh…, aahh…, ssshht…, ooom…, aahh”. Sembari kujilati lipatan
pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan serta sesudah setengahnya terbuka,
kuperhatikan vagina War masihlah belum banyak ditumbuhi bulu hingga
tampak terang belahan vaginanya serta basah.
Sesudah sukses melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masihlah
menjulur di lantai, kuposisikan tubuhku di antara kedua paha War sembari
merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku
serta kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka
agak lebar. Berbarengan dengan jilatanku itu, mendadak War bangun dari
tidurnya serta berkata,
“Jaa…, ngaan…, Ooom”, sembari coba mengangkat kepalaku dengan kedua
tangannya. Lantaran takut War akan marah, jadi dengan sangat terpaksa
saya bangkit serta kupeluk War dan berupaya menidurkannya lagi sembari
kucium bibirnya untuk menentramkan dianya. War tidak memberi komentar
apa-apa, namun kami kembali berciuman serta War kelihatannya lebih
bernafsu dari mulanya serta lebih agresif menciumi semua wajahku.
Disamping itu tanganku kugunakan untuk melepas pakaian serta BH War
yang samping serta yang tadi belum pernah kulepas, War kelihatannya
mendiamkan saja, jadi kelihatannya membantuku dengan memiringkan
tubuhnya supaya pakaiannya gampang kulepas. Sembari tetaplah berciuman,
saat ini saya berupaya untuk melepas pakaian serta celanaku sendiri.
Sesudah saya sukses melepas semuanya bajuku termasuk juga CD-ku,
lantas dengan beberapa berharap kuatir lantaran saya takut War bakal
menolaknya, saya meletakkan diriku yang semula senantiasa di samping
kiri atau kanan tubuh War, saat ini saya naik diatas tubuh War.
Perkiraanku nyatanya salah, sesudah saya ada diatas tubuh War, nyatanya
dia jadi memelukkan kedua tangannya di punggungku sembari sesekali
menekan-nekan. Dalam posisi begini, merasa penisku agak sakit lantaran
terhimpit diantara tubuhku serta paha War.
Lantaran tak tahan, selekasnya kuangkat kaki kananku untuk mencari
posisi yang nikmat, namun berbarengan dengan kakiku terangkat, kurasakan
War jadi merenggangkan ke dua kakinya agak lebar, sudah pasti peluang
ini tak kusia-siakan, selekasnya saja kutaruh kedua kakiku dibagian
tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu serta saat ini merasa penisku
ada diatas vagina War. War masihlah memelukkan kedua tangannya di
punggungku serta meciumi semua wajahku.
Sembari tetap masih kujilat serta ciumi semua berwajah, kuturunkan
tanganku ke bawah serta sedikit kumiringkan tubuhku, perlahan kuelus
vagina War yang menggembung serta sesudah sebagian waktu lantas kupegang
bibir vaginanya dengan jariku serta kurasakan kedua tangan War
terasanya mencekeram di punggungku serta saat jari tengahku kugunakan
untuk mengelus sisi dalam vaginanya,
merasa vagina War begitu basah serta kurasakan tubuh bawah War
bergerak perlahan kelihatannya ikuti gerakan jari tanganku yang tengah
mengelus serta meraba sisi dalam vaginanya serta sesekali kupermainkan
clitorisnya dengan jari-jariku hingga War kerap berdesis,
“Ssshh…, ssshh…, aahh…, ssshh”, sembari kurasakan jari kedua
tangannya menusuk punggungku.
Sesudah demikian lama kupernainkan
vaginanya dengan jariku, lalu kulepaskan jariku dari vagina War serta
kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku dan selekasnya saja
penisku kuarahkan ke vagina War sembari kugosok-gosokan ke atas serta ke
bawah selama bagian dalam vagina War, dan kembali kudengar desis
suaranya,
“ssshh…, ssshh…, ooom…, aahh…, ssshh”, serta pantatnya diangkat naik
turun pelan-pelan.
Lantaran kulihat War sangatlah terangsang nafsunya,
selekasnya saja kuhentikan gerakan tanganku serta kutujukan penisku ke
arah bawah area vaginanya serta sesudah kurasa cocok, selekasnya
kulepaskan tanganku serta kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina
War.
Kuperhatikan muka War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit dan
hentikan gerakan pantatnya dan bersuara pelan pas di dekat telingaku,
“Aduuuhh…, ooomm…, Jangaannn…, sakiiittt…, Asiihh.., takuuut., Oom”.
Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, selekasnya kuhentikan
tusukan penisku serta kuelus-elus dahinya sembari kucium telinganya dan
kubisikan,
“Tidak…, apa-apa…, sayaang…, Oom…, pelan-pelan saja…, kok”, untuk
menentramkan ketakutan
War. War tak selekasnya menyikapi kata-kataku
serta tetaplah diam saja dengan masih tetap memelukkan kedua tangannya
di punggungku. Lantaran dia diam saja serta memejamkan kedua matanya,
selekasnya dengan cara perlahan, kutusukan kembali penisku kedalam
vaginanya serta terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku,
“Aduuuhh…, sakiiittt…, ooom…, Asihh.., takuuut”, walau sebenarnya
kurasakan bila War mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan. Mendengar
kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku namun
tetap masih ditempatnya yakni di lubang vaginanya, serta kembali kuciumi
bibir serta berwajah dan kuelus-elus rambutnya sembari kubisiki,
“Takut apa sayang.. ”. War tak selekasnya menjawab pertanyaanku itu.
Sembari menanti jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya serta War
mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang
kujulurkan kedalam mulutnya serta kurasakan War mulai memindahkan kedua
tangannya dari punggung ke atas pantatku. Saya tetaplah bersabar menanti
serta tak tergesa-gesa untuk menusukkan penisku lagi.
Tetaplah dengan masihlah mengisap lidahku, kurasakan ke-2 tangan War
sedikit menghimpit pantatku, tak tahu perintah agar saya menusukkan
penisku ke vaginanya atau cuma perasaanku saja. Sesaat saya diamkan saja
serta dengan masihlah berciuman, kutunggu reaksi War setelah itu. Saat
ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War berupaya
menghindar mungkin saja lantaran kegelian serta kembali kurasakan ke-2
tangannya seperti menghimpit pantatku.
Lantas kembali kulumat bibirnya serta perlahan-lahan namun tentu,
kembali kutekan penisku kedalam liang kewanitaannya, namun War tak
kuberi peluang untuk berbicara lantaran mulutnya kusumpal dengan mulutku
serta penisku semakin kutekankan kedalam vaginanya dan kulihat mata War
tutup rapat-rapat seperti menahan sakit. Lantaran penisku belum juga
menembus vaginanya, lantas sedikit kuangkat pantatku serta kembali
kutusukkan kedalam vagina War serta, “Bleeesss”, merasa penisku
kelihatannya telah menembus vagina War serta,
“aahh…, sakiiit…, ooom…. ”, kudengar nada War sembari seperti menahan
rasa sakit serta berupaya menarik pantatku. Untuk sesaat tak kugerakkan
pantatku serta sesudah kulihat War mulai tenang serta kembali ingin
menciumi wajahku, lantas perlahan kutekan penisku yang telah menembus
vaginanya agar masuk lebih dalam lagi “aahh…, oom…, pelan…, pelaan.. ”,
kudengar War berkata lirih.
“Iyaa…, sayaang…, ooom pelah-pelan”, jawabku dan kubelai rambutnya.
Sesudah kudiamkan sebentar, lantas kugerakkan pantatku naik turun begitu
pelan supaya War tak terasa kesakitan, serta nyatanya sukses, muka War
keperhatikan tak tegang lagi hingga gerakan penisku keluar masuk vagina
War sedikit kupercepat serta belum berapakah lama terdengar nada War,
“ooom…, ooom…, aaduuuhh…, ooomm…, aahh”, sembari kedua tangannya
mencengkeram
punggungku dengan kuat serta menciumi keseluruhnya wajahku
dengan begitu bernafsu serta tubuhnya berkeringat, lantas War berteriak
agak keras, “aahh…, ooomm…, aduuuhh.. ”, lantas War terkapar serta
terdiam lemas dengan nafas terengah-engah. Rupanya Saya meyakini bila
War telah meraih orgasmenya walau sebenarnya nafsuku barusan bakal naik.
Lantaran kulihat War kelihatannya tengah kelelahan dengan kedua
matanya tertutup rapat, jadi muncul rasa kasihanku, lantas sembari
kuseka keringat berwajah kuciumi pipi serta bibirnya dengan lembut,
namun War tak bereaksi serta tanpa ada kuduga di gigitnya bibirku yang
tengah menciumnya seraya berkata lirih, “ooom…, nakal…, yaa, War baru
sekali ini rasakan hal seperti tadi”, sembari mencubit punggungku.
Saya tak menjawab komentarnya namun yang kuperhatikan yaitu nafasnya
telah mulai teratur serta dengan cara perlahan saya mulai menggerakkan
penisku lagi keluar masuk vagina War. Kuperhatikan War mulai terangsang
lagi, War mulai mengisap bibirku serta mulai coba menggerakkan pantatnya
pelan-pelan serta gerakannya ini bikin penisku seperti di pelintir
keenakan.
Gerakan penisku keluar masuk makin kupercepat serta demikian pula War
mulai semakin berani mempercepat gerakan putaran pantatnya, sembari
sesekali kedua tangannya yang dipelukkan dipinggangku berupaya
menghimpit kelihatannya menyuruhku untuk memasukkan penisku kedalam
vaginanya lebih dalam lagi serta kudengar War mulai bersuara lagi…,
“aahh…, aahh…, ooohh…, oomm…, aah”, serta tak merasa akupun mulai
berkicau, “aacchh…, aahh…, Siiihh…, enaakk…, teruuus…, Siiih”. Saat
nafsuku telah mulai mencapai puncak serta kudengar juga nafas War makin
cepat, dengan perlahan kupeluk tubuh War serta selekasnya kubalik
tubuhnya hingga saat ini War telah ada di atasku serta kupelukkan kedua
tanganku di pantatnya, sedang muka War ditempelkan di wajahku.
Dengan sedikit makan tenaga, kucoba menggerakkan pantatku naik turun
serta setiap saat pantatku naik, kugunakan kedua tanganku menghimpit
pantat War ke bawah serta dapat kurasakan bila penisku masuk lebih dalam
di vagina War, hingga setiap saat kudengar suaranya sedikit keras,
“aahh…, oooh”. Serta mungkin saja lantaran keenakan, saat ini gerakan
War jadi lebih berani dengan menggerakkan pantatnya naik turun hingga
kedua tanganku tak perlu menekannya lagi serta setiap saat pantatnya
menghimpit ke bawah hingga penisku terasanya masuk semua di vagina War,
kudengar dia bersuara keenakan, “Aahh…, aah dibarengi nafasnya yang
makin cepat, demikian pula saya sembari berupaya menahan supaya maniku
tak selekasnya keluar.
Gerakan War makin cepat saja serta kurasakan berwajah makin
ditekankan ke wajahku hingga kudengar nafasnya yang amat cepat itu di
dekat telingaku serta, “Aduuuh…, aahh…, aahh…, ooomm.., War…, mauuu..,
keluaar…, aah”. “Tungguuu…, Waarrr.., kitaa…, samaa…, samaa., ooom..,
Jugaa.., mauuu…, keluarr”. “aahh…, aahh…, ooomm”, teriak War sembari
mengerakkan pantatnya menggila serta akupun lantaran telah tak tahan
menahan maniku dari tadi selekasnya kegerakkan pantatku lebih cepat
serta,
“Crreeettt…, ccrreeett…, ccccrrreeett…, serta “aahh…, siiihh…, ooom
keluaar”, sembari kutekan pantat War kuat-kuat. Sesudah beristirahat
sebentar, kuajak War ke kamar mandi untuk bersihkan tubuh serta War
kembali menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur, mungkin saja masihlah
rasakan kelelahan.
Tidak merasa jam telah tunjukkan nyaris jam 12 siang serta selekasnya saja kupesan makan siang.
Senin, 22 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar