Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Namaku Meta dalam diriku mengalir darah Kawanua dan Madura, tinggi
160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter yang
istimewa dariku adalah kulitku yang mulato (kata Mas Pujo), namun yang
paling istimewa bagi setiap cowok adalah bentuk payudaraku. Meskipun aku
sudah pernah menyusui dua kali tapi bentuk payudaraku tetap indah bulat
dan penuh dengan puting yang mencuat setinggi 1,2 cm dan diameter 1,5
cm.
Secara keseluruhan, sosokku boleh dikata sintal kencang, garis
tubuhku akan tampak seksi bila mengenakan pakaian yang ketat apalagi
pakaian senam, tapi dalam keseharian aku lebih senang menyembunyikan
kemolekan tubuhku dengan mengenakan pakaian agak longgar. Hal ini aku
lakukan karena aku sering risih kalau berhadapan dengan laki-laki yang
selalu mencuri-curi pandang ke arah dadaku yang cukup besar.
Aku menikah dengan Jhony sudah hampir 8 tahun dan telah
kupersembahkan dua orang anak berusia 6 dan 4 tahun yang manis-manis.
Jhony orangnya pendiam bahkan cenderung introvet menurutku, dia bekerja
ditempat yang sama dengan Mas Pujo bahkan Mas Pujolah yang mengangkat
karirnya menjadikannya kepala bagian keuangan sesuai dengan latar
belakang pendidikannya yang jebolan D3 Akuntansi.
Awal-awal kehidupan pernikahanku dengan Jhony berjalan wajar-wajar
saja itu mungkin karena pengetahuanku tentang rumah tangga yang sangat
kurang, bagi keluarga kami prinsipnya isteri harus nurut suami dan
ngladeni tidak boleh banyak menuntut. Bahkan dalam urusan ranjangpun
kami diajarkan untuk tidak membicarakannya dengan suami tabu kata orang
tuaku. Dengan bekal seperti itu aku arungi bahtera rumah tanggaku,
sehingga aku mandah saja dengan semua kehendak suamiku termasuk urusan
ranjang.
Malam pertama kulalui tanpa kesan istimewa. Saat itu aku sudah
berumur 26 tahun tapi aku masih buta soal berolah cinta, begitu acara
resepsi selesai kami langsung masuk kamar penganten seperti umumnya
penganten baru. Didalam kamar aku sudah siap menanti dengan segenap jiwa
raga cumbuan Jhony suamiku. Selama pacaran kami cuma cium bibir tanpa
cumbu-cumbuan keadaan ini membuatku bangga karena saya pikir Jhony
sangat menghormati kesucianku.
Namun Jhony langsung memintaku membuka seluruh pakaian yang melekat
ditubuhku. Aku menurut saja, meskipun agak kikuk dengan mencoba menutup
payudaraku dan selangkanganku aku turuti perintah suamiku itu. Jhony
memandangi tubuhku yang telah telanjang bulat dengan takjub, setelah itu
ia padamkan lampu. Ketika ia memelukku dalam gelap kurasakan tubuhnya
yang telah telanjang. Kurasakan detak jantungnya yang memburu sementara
aku sendiri sudah tak dapat menggambarkan perasaanku, rasanya aku
melayang seringan kapas yang tertiup angin begitu dada kami yang
sama-sama telanjang saling bersentuhan. Kurasakan sengatan listrik
ribuan wat menjalari tubuhku saat tangan Jhony mulai menggerayang
selangkanganku dan mengelus bibir kemaluanku.
Aku basah.. mendesah.. Hingga tanpa terasa Jhony telah membaringkanku
di ranjang penganten yang dialasi sprei merah jambu dalam posisi kedua
pahaku menggantung. Diangkatnya kedua tungkaiku, dipanggulnya dikedua
kakiku sehingga posisi kemaluanku berhadapan bahkan bersentuhan. Aaahh..
Aku mendesah saat kurasakan benda lembut hangat menyeruak diantara
belahan kemaluanku. Gatal nikmat dan perih kurasakan jadi satu saat
Jhony mulai menekan benda hangat itu ke dalam diriku, perlahan..
Mili-demi mili mulai menembusi diriku dan..
Bret!!
Aaahh aku mendesah, ada rasa nyeri dan perih tapi juga nikmat
menyeruak dalam memekku ketika Jhony merapatkan tulang kemaluannya
dengan bibir kemaluanku ia telah berhasil menembusi diriku. Aku melayang
bahagia menikmati semua ini, dan dapat mempersembahkan perawanku pada
suamiku. Tapi sesuatu terjadi didalam sana, kurasakan benda yang
menembusi diriku itu berkedut-kedut dan
Cret.. Cret.. Cret..
Semburan lahar panas memenuhi rongga vaginaku, Jhony melenguh seperti
sapi disembelih, badannya ambruk menindih tubuhku, perlahan kurasakan
benda yang tadi menembusi diriku keluar. Tiba-tiba aku seperti jatuh
dari ketinggian ribuan meter. Aku masih ingin terbang namun sudah tak
ada lagi yang mendorongku dari dalam. Aku butuh batang itu menembusi
diriku, aku ingin ia memompaku agar dapat melayangkan anganku jauh
tinggi, tapi itulah yang kudapat, aku jatuh terhempas dari awang-awang.
Dan kejadian seperti ini berulang ulang sampai aku punya anak dua.
Demikian malam-malam selanjutnya kulalui dengan kekecewaan. Kadang
aku sering bingung kalau kebetulan ngerumpi masalah hubungan suami
isteri dengan ibu-ibu di arisan apalagi bila mendengar mereka berkata
bisa sampai puncak berulang-ulang. Aku harus bohong pada mereka. Apalagi
mereka sering memuji Jhony meskipun badannya agak kerempeng tapi
atletis kata mereka pasti hebat diranjang, mereka tidak tahu bagaimana
Jhony sebenarnya. Segala cara aku lakukan untuk dapat menikmati
kehidupan sex yang wajar, tapi semua sia-sia. Bahkan kalau aku
bermanja-manja padanya ia malah menepiskanku. Hanya dengan Mbak Rien
sajalah aku jarang bohong bahkan diam-diam apa yang disarankan saat
ngobrol di arisan aku praktekkan dengan harapan Jhony akan makin
menyayangiku. Namun Jhony tetap Jhony selalu membiarkan aku tergantung
tanpa pernah sampai tujuan.
Siang itu aku belanja ke Mall sendirian untuk keperluan bulanan, saat
aku lagi asyik membongkar belanjaanku dikasir, seseorang menjawil
pundakku dari belakang. Aku menoleh.
“Oh..! Mas Pujo” sapaku begitu kulihat Mas Pujo dibelakangku sambil menenteng barang.
“Belanja sendirian?, Kemana Jhony?” balasnya.
“Iya Mas, Mas Jhony sama anak-anak dirumah” jawabku.
“Bawa kendaraan?” lanjutnya.
“Tadi diantar Mas, tapi pulang mau naik taxi Mas” jawabku karena Jhony mau kerumah ibu dulu.
“Ya sudah bareng saya aja, saya juga lagi nggak ada acara kok” Mas Pujo menawarkan diri.
“Terima kasih Mas, nanti ngrepoti” jawabku tapi sebenarnya basa-basi
saja karena sungkan, yang jelas tak mungkin aku menolak karena memang
kami satu arah.
Setelah membayar belanjaannya Mas Pujo membantu membawakan
belanjaanku ke mobilnya. Tiba-tiba saja ada perasaan bahagia dan bangga
dalam hatiku ketika berjalan berdampingan dengan Mas Pujo. Aku merasa
seperti berjalan dengan suamiku sendiri yang gagah sabar dan begitu
santun. Saat beberapa pasang mata melihat kami, aku sengaja agak mesra
dengan Mas Pujo biar mereka menyangka kami pasangan suami isteri.
Apalagi aroma parfum Mas Pujo membuatku benar-benar terpesona ketika aku
harus dibawah ketiaknya saat memasukkan belanjaan ke bagasi. Selama
perjalanan dari mall Mas Pujo banyak melucu ada saja yang dia
tertawakan.
Tapi aku benar-benar terpesona padanya, bahkan aku sempat
membayangkan andai aku yang jadi isteri Mas Pujo. Aku berkeyakinan bahwa
mestinya orang seperti inilah suamiku. Sampai dirumah Jhony belum
pulang hanya pembantu yang ada, Mas Pujo membantu menurunkan
belanjaanku. Saat Mas Pujo pamit pulang aku serba salah tapi tidak tahu
kekuatan apa yang mendorongku sehingga aku nekat menciumnya bukan
sebagai ucapan terima kasih tapi benar-benar aku sudah tidak dapat
mengendalikan hasratku. Mas Pujo kaget dan hampir saja mendorong
tubuhku. Sejak itu obsesiku terhadap Mas Pujo seperti tak terkendali,
makanya sengaja aku mendekati Mbak Rien karena pingin mendengar cerita
tentang Mas Pujo dari isterinya langsung. Usahaku kulakukan cukup lama
sampai aku yakin betul dapat curhat sama Mbak Rien masalah ranjang.
Sampailah ketika Mbak Rien menawarkan untuk belajar sama Mas Pujo,
dan betapa selama tiga malam aku dapat memiliki Mas Pujo. Meskipun Mas
Duta tak kalah ganteng dan gagah serta mempunyai kontol lebih panjang 18
cm/4 cm (Mas Pujo 16 cm/4 cm) tapi aku merasa lebih nikmat bila kontol
Mas Pujo yang memasuki belahan kemaluanku. Sehingga aku lebih sering
minta Mas Pujo memompaku sampai aku melayang kepuncak tujuan.
Suatu ketika dua minggu setelah kejadian tiga malam bersama Mas Pujo
dan Mas Duta, rinduku pada Mas Pujo sudah tak tertahan lagi. Kucoba
memberanikan menelepon di kantor.
“Ada apa Met..?” ketika pertama mendengar suaraku.
“Mas..! Boleh nggak..?” tanyaku ragu.
“Boleh aja..” jawab Mas Pujo sambil tertawa “Ada apa Meta sayang..” lanjutnya.
“Ngg.. Meta.. Kangen Mas” jawabku malu-malu.
“Kebetulan Met, Mas ada meeting di Jogya, Meta ikut ya” waduh kayak dapat durian runtuh aku melonjak gembira.
“Kapan Mas?” tanyaku nggak sabar.
“Dua hari lagi sayang! Meta siap-siap ya, bagaimana dengan Jhony” tanya Mas Pujo.
“Nggak pa-pa Mas, Meta bisa kerumah Yangti (Mamanya Jhony) di Klaten
nanti Meta dari sana
langsung Jogya” jawabku mantap, karena Jhony pasti
mengijinkan aku kalau aku pamit ke Klaten.
Sesuai kesepakatan dan ijin yang kuperoleh dari Jhony aku berangkat
belakangan, disamping itu karena Mas Pujo masih ada urusan. Aku sampai
Klaten 4 hari setelah keberangkatan Mas Pujo tapi rasanya sudah seperti
ribuan tahun. Pagi itu aku bangun jam 05.00 karena Mas Pujo telah
menunggu di Jogya. Aku pamit mau ke Yogya sengaja naik taxi aja karena
jaraknya yang nggak begitu jauh. Aku sengaja pakai celana panjang dan
blaser tanpa dalaman tapi aku lapisi dengan slayer supaya kelihatan
resmi tapi sebenarnya juga untuk menghindari pandangan ke arah dadaku
yang memang cukup menggunung dan mengundang. Aku pakai CD dan Bra model
sprint warna hitam kesukaan Mas Pujo katanya eksotis.
Ketika taxi yang kutumpangi sampai jalan Solo Hpku berdering Mas Pujo
kiranya. Mas Pujo bilang lagi ada keperluan keluar sebentar, saya
diminta langsung aja ya ke Hotel S kamar Cotage no. X kata Mas Pujo.
Karena aku nggak bawa salin maka aku minta beliin lingerie sekalian. Aku
masuk cottage sesuai yang dipesan Mas Pujo, cukup bagus karena terpisah
dari hotel induk, ada ruang tamu dengan kamar tidur yang besar singgle.
Kurebahkan badanku dengan posisi kaki menjuntai, meskipun hari masih
pagi rasa kantukku tak tertahan, mungkin karena beberapa hari kurang
tidur.
Aku hampir tertidur.. Ketika kudengar suara langkah sepatu yang makin
mendekat diluar sana. Entah kenapa hatiku jadi berdebar-debar tak
karuan, kubuka pintu hampir bersamaan dengan Mas Pujo hendak mengetuk
pintu.
“Meta..!”
“Mas..!” aku menghambur dalam pelukannya, tak kuasa rasanya aku menahan kerinduannku kepadanya.
Kusorongkan mulutku, kami saling berpagut masih di depan pintu. Mas
Pujo melemparkan bawaannya, dan membopongku masuk, aku merangkul
lehernya karena tak ingin ciumanku terlepas. Perlahan Mas Pujo
membaringkan aku di tempat tidur dan duduk dipingginya.
“Mas..! Capek ya?” tanyaku sambil memegang tangannya.
“Yaah.. Begitulah, tapi kan ada yang mau dipijiti” jawabnya sambil tertawa dan memencet hidungku.
Ada perasaan lega bahagia bercampur jadi satu, melihat tawanya yang
renyah, wajahnya yang selalu ceria, jujur saja aku sebenarnya sudah
ingin ndusel didadanya yang bidang, membaui keringatnya dan menggelitik
putingnya yahh..! Segalanya deh. Sambil ngobrol kucoba pejamkan mataku..
Membayangkan hari-hari indah yang pernah kulalaui bersamanya.
Tiba-tiba kurasakan bibir Mas Pujo mengelus bibirku, jantungku
seperti melompat-lompat, kemudian ditelusupkannya tangan kirinya
menelusuri leherku, aku meremang geli. Kemuadian aku merasakan tangan
kanannya meraba buah dadaku sebelah kiri yang masih tertutup, mula-mula
ia mengelus dari pangkal bawah buah dadaku dan perlahan merayap ke atas
dan berhenti tepat pada putingku, aku tidak dapat diam menikmati
elusannya, apalagi ketika aku merasakan putingku mulai dipijit-pijit,
kutarik Mas Pujo sehingga menindihku, dada kami bertindihan.
Tangan Mas Pujo membuka kancing blaserku satu persatu, tak lama
kemudian slayerku dilemparkannya, kurasakan tangan kekar Mas Pujo mulai
meremas dan memilin puting susuku dari luar BHku yang memang tipis
(puting susuku besar dan kenyal). Aku merintih nikmat, tapi mulut Mas
Pujo membungkamku. Tangannya kemudian merambat ke punggungku untuk
melepas kait BHku. Aku memiringkan badan memudahkan. Kurasakan hembusan
nafasnya telah diujung puting susuku, kulihat Mas Pujo mendekatkan
mulutnya ke arah buah dadaku, lalu ia mulai menjilat-jilat puting
susuku, aku menggeliat merasakan kenikmatan, yang menjalari seluruh
pori-poriku. Kulihat puting susuku yang bulat berwarna merah tua sudah
menjulang tinggi dan mengkilat basah air liur, mulut Mas Pujo tak henti
terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku
campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.
Sementara tangan kanan Mas Pujo mulai menelusuri selangkanganku,
kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup celana dan CD,
vaginaku sudah mulai basah. Kemudian perlahan Mas Pujo merosot celanaku
sekaligus CD yang kukenakan. Saat jari-jari Mas Pujo mulai menekan-nekan
lubang vaginaku tepat di atas klitorisku jantungku sudah tak dapat
kukendalikan lagi, detaknya sarasa sayap-sayap yang mulai
menerbangkanku, kurasakan kenikmatan menjalari pori-pori tubuhku.
Apalagi saat Mas Pujo mulai turun dan mulai menciumi vegiku, aku sudah
tak tahan lagi, kujambak rambut Mas Pujo kutekan kepalanya tepat diatas
klitorisku. (Itulah Mas Pujo kata Mbak Rien, Mas Pujo paling senang
penetrasi saat pasangannya orgasme karena remasan vegi pada batang
kontolnya akan membuatnya lebih nikmat. Bedanya dengan suamiku Jhony
jauh, Mas Pujo lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya,
melainkan terus menciumi sekujur tubuhku apalagi vaginaku).
Saat lidah Mas Pujo menari-nari diujung klitorisku, aku telah
melayang karena kenikmatan yang mendera tiada tara. Aku benar-benar
terbang saat Mas Pujo melumat klitorisku dan tangannya memilin-milin
kedua putingku.
“Mas aku nggak tahan Mas.. Mas aku.. Ah.. Mas gimana ini Mas.. Aduh..
Mas” rintihku, Mas Pujo selalu tidak banyak bicara saat dalam bercinta,
tapi dengan sabar ia mendorongku sampai akhirnya.
“.. Ahh.. Mas.. Aku.. ” dengan sekuat tenaga kukepit kepala Mas Pujo,
puncakku telah kugapai. Aku telah sampai pada orgasmeku yang pertama.
Setelah beberapa saat perlahan kepitan melonggar, Mas Pujo
terengah-engah kehabisan nafas. Tapi tak habis-habisnya Mas Pujo mencium
memekku, katanya memekku saat orgasme baunya sangat eksotis (bahkan
katanya mau bikin parfum yang aromanya kayak memekku saat orgasme).
Perlahan Mas Pujo merayap diatasku sehingga aku berada dibawahnya, aroma
tubuhnya yang menyambar hidungku membuatku makin terangsang. Kugelitik
kedua puting Mas Pujo bergantian, ia menggelinjang menahan nikmat
sementara setelah itu tanganku yang satu menuntun kontolnya yang telah
tegak untuk memaski memekku yang telah berdenyut-denyut karena 0rgasme.
Terasa topi kontolnya menelusup lembut kebelahan bibir vaginaku yang
basah dan merekah.
“Vaginamu indah dan eksotis sekali Met, itulah sebabnya Mas suka menciumnya lama-lama..” dia berbisik di telingaku.
Tapi memang bibir vaginaku lebih tebal dari vagina Mbak Rien, dan
lebih cembung (njembunuk kata orang Surabaya). Kata-kata Mas Pujo
membuatku melambung bahagia sebagai wanita. Kupejamkan mataku
rapat-rapat, seakan aku takut melihat kecepatan rasa nikmat yang akan
membawaku melambung tinggi keawan surgawi. Terasa nafas Mas Pujo yang
menerpa leherku saat ia menciumi bawah telingaku, sementara batang
kontolnya mulai menyeruak masuk sampai setengahnya hal ini dapat
kurasakan karena tulang kemaluan kami belum menyatu. Mas Pujo sengaja
menahannya dan membiarkan memekku tak henti meremas-remas batang
kenikmatan itu. Kedua tangan Mas Pujo menggenggam dan meremas gemas buah
dadaku, sementara pinggulnya masih mengangkat seperti menungging,
kubuka lebar pahaku dan.. benda tumpul itu terus menyeruak masuk ke
liang vaginaku. Oh, gusti.. begini nikmatnya Mas Pujo telah sempurna
memasukkan kontolnya bersamaan dengan hentakan lembut pinggulnya..!!
Aku sangat menikmati inci demi inci batang kontol Mas Pujo saat membelah liang vaginaku, terasa nikmat luar biasa.
“Oohh.. Mass..!!” aku bereaksi dengan mendesah merasakan kenikmatan
yang tak karuan. Tubuhku langsung merinding, sementara Mas Pujo mulai
memaju mundurkan kontolnya perlahan, aku mulai merintih-rintih tak
terkendali.
“Mass, aduh Mas.. Betapa nikmatnya penismu maass..!!,” kataku setengah menjerit.
Mas Pujo mengangkat kepala matanya memandang mataku yang telah layu
(istilah Mas Pujo bedroom eyes) dia tak mengeluarkan suara apa-apa tapi
raut wajahnya menandakan sedang dilanda nikmat yang menggelora yang
meneyerbu dari memekku. Mas Pujo terus memaju mundurkan rudalnya
mula-mula pelan teratur tapi makin lama gerakannya makin cepat dan kuat,
bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin mendesah-desah
dibuatnya. Penisnya telah berubah tegang keras seperti hendak membongkar
liang vaginaku sampai ke dasar.
“Oohh.. gimana Mas.. Aduh.. Toloongg.., gustii..!!”
Mas Pujo malah semakin bersemangat mendengar jerit dan desahan
rintihanku. Aku semakin melayang seakan menari erotis diawang-awang.
“Aahh, Mas Pujo.. oohh, aarrghh.. U.. oohh..!! Aku nggak tahan.. Mas.. Aku.. Keluar! Mau keluaar!!” aku menjerit-jerit.
“Akuu.. aku juga sayang..!” bisik Mas Pujo sambil memelukku kuat-kuat dan kontolnya menyodok-nyodok vaginaku semakin kencang.
“.. Terus, Maassn!! Yah, oohh, yahh, ugghh!!”
“Oh.. aahg, uugghh.. ” detik-detik terakhir pendakianku kepuncak nikmat,
kuraih pantat Mas Pujo,
kuremas bongkahan pantatnya, terasa vaginaku
berdenyut-denyut kencang sekali.
Yeess.. Aku orgasme.. Yang kedua..! dan Mas Pujo masih terus memacu
karena mulai terasa denyut ujung kontolnya yang menandakan ia akan
puncak.. Dan
Croot.. Croot.. Croott..
Cairan hangat menerjang pintu rahimku sementara Mas Pujo menekan
batang kontolnya kuat-kuat. Beberapa saat aku seperti melayang, tidak
ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Sudah bertahun-tahun
aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Mas Pujo mengecup-ngecup
bibirku serta kelopak mataku. Dibiarkannya aku mengatur nafas.
Sebelum akhirnya tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami
masih terus bertautan. Mas Pujo memelukku mesra kami sama-sama telah
mencapai puncak. Aku menggeliat dengan manja, batang kemaluan Mas Pujo
bergerak-gerak perlahan di dalam vaginaku.
“Memekmu enak banget sekarang Met, sudah bisa kenyot-kenyot..” bisik Mas Pujo mesra.
Kucubit bokong Mas Pujo ia membalas menciumi aku lagi, kemudian
lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku. Dibawah sana dalam
lobang memekku masih terganjal batang kontol Mas Pujo yang mulai
mengendur, tapi aku tetap tak ingin melepaskannya, biarlah ia disana.
Aku suka. Sebenarnya birahiku mulai menghentak-hentak lagi tapi aku
benar-benar lemas setelah berkali-kali mendaki sampai puncak.
“Aku puas bercinta denganmu Met.. Meta juga kan?” bisik Mas Pujo lagi.
Aku membalasnya dengan tersenyum manja, dan itu sudah cukup bagi Mas
Pujo sebagai jawaban. Seharian itu kami bersetubuh sampai empat kali
layaknya seperti pengantin baru. Bahkan setelah istirahat siang aku
minta jatahku.. lagi.
Hampir selama 3 hari di Yogya aku jarang tidur, hari-hari aku hanya
di kamar bersenggama dan terus bersenggama tapi anehnya aku tetap fit
dan dapat pergi jalan-jalan keliling kota. Mungkin resep Mbak Rien benar
(kalau banyak melek sebaiknya banyak-banyak makan buah). Sehabis
bersetubuh setiap malam aku selalu minum jus buah seperti saran Mbak
Rien.
*****
Kisah ini kutulis bersama Mbak Rien dan Mas Pujo mulanya aku malu
ngaku tapi karena kami telah menyatu jadi aku bisa leluasa cerita pada
Mbak Rien jujur rasanya aku bahagia jika jadi isteri Mas Pujo.
E N D
Senin, 22 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar