Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Matahari sudah tinggi saat aku bangun dari tidur. Aku
baru masuk siang hari nanti, oleh karenanya aku sengaja bangun agak
siang. Rumah sudah kelihatan sepi, Mbak Mona sudah berangkat sekolah dan
ayah sudah ke kantor, tinggal aku dan ibu yang ada dirumah, setiap
harinya Aku menuju keruang makan untuk sarapan, tapi hari in tidak ada
nasi atau roti yang biasanya disediakan oleh ibuku.
Kemana ibu ini, padahal perutku sudah sangat lapar sekali. Aku pergi
ke dapur, tapi lagi-lagi ibu tak ada di sana, akhirnya kuputuskan untuk
mencarinya di kamar.
Pintu kamar sedikit terbuka saat aku sampai disana. Dan.., deg!
Jantungku tiba-tiba berdebar-debar saat dari sela-sela pintu kulihat
sosok tubuh mulus, tanpa sehelai baju sedang berdiri di depan cermin.
Ibuku sedang asyik mengamati tubuhnya, sesekali ibu memutar badannya,
Kedua tangannya sesekali meremas kedua payudaranya -yang dulu sering
kuisap saat masih kecil- dan meraba pinggangnya yang kecil.
Umur ibuku yang baru 34 tahun tak menghalangi kekagumanku pada
kemulusan dan keseksian tubuh Ibu. Lama-lama kelamaan aku jadi
terangsang melihat tubuh telanjang Ibuku tersebut, Berkali-kali aku
meneguk ludah melihat pantat Ibu yang kelihatan masih padat dan bulat
Atau ketika tangan Ibu mengusap kemaluannya dengan lembut, aku
seperti menyaksikan striptease yang menggairahkan, dan tanpa sadar
tubuhku mennyenggol pintu kamar sehingga bunyi pintu yang terbuka
mengagetkan Ibu maupun aku sendiri.
Ibu memandangku sambil melotot karena merasa malu melihat anaknya
sedang memergokinya bertelanjang bulat, tapi anehnya aku tak merasa
takut atau malu, aku malah menikmati pemandangan di depanku, tubuh putih
mulus dengan buah dada yang bulat dan kemaluan yang penuh dengan rambut
hitam,
“Ryan, sejak kapan.. kamu di situ?!” tanya Ibuku sambil menahan
amarah, aku hanya tersenyum kecil, karena melihat Ibuku malah bertolak
pinggang dan tidak menutupi kemaluan maupun buah dadanya.
“Salah Ibu sendiri tidak menutup pintu..”, kataku sambil mendekati Ibu, “..atau Ibu sengaja supaya Ryan mengintip..”
Tiba-tiba tangan kanan Ibu melayang hendak menampar pipiku, tapi aku
lebih cepat dan menangkap tangan Ibu. Dengan gerakan cepat tubuh Ibu
sudah berada dalam pelukanku, kini aku dapat merasakan harum dan
mulusnya tubuh Ibuku sendiri, mendapat perlakuan seperti itu tentu saja
Ibuku meronta dan mencoba melepaskan diri.
Namun kedua tanganku cukup kuat untuk menahan tubuh Ibuku dalam
pelukanku, “Ryan.., lepaskan!! Aku Ibumu ..jangan lakukan ini kepada
Ibu, nak..!” aku tak peduli lagi, leher Ibu yang jenjang jadi sasaran
mulutku.
Pipinya juga tak luput dari ciuman bertubi-tubi dan penuh nafsu dari
mulutku. Ibuku terus meronta tiada henti dan membuat kami terjatuh ke
tempat tidur, kesempatan ini kugunakan untuk menindih tubuh Ibuku dan
melepas kaos yang kupakai, tapi akibatnya fatal, Ibu dapat mendorong
tubuhku dan mencoba melarikan diri.
Dengan sigap, aku menangkap kedua kaki Ibu dan kembali menindih tubuh
mulus Ibuku, kali ini posisi Ibuku telungkup dengan badanku di atasnya.
Sementara tangan kananku memegangi kedua tangannya, tangan kiriku
mencoba melepas celana pendekku.
Untung aku tidak memakai celana dalam, hingga dalam sekejap aku sudah
telanjang bulat seperti Ibuku. Tanpa pemanasan lebih lanjut aku mencoba
mencari lubang kemaluan Ibu dan memasukkan kontolku ke dalam memeknya,
tapi posisi Ibu yang telungkup menyulitkanku untuk dapat memasukkan
kontolku ke lubang vagina Ibu.
Apalagi Ibu tak henti-hentinya meronta dan mencoba mendorong tubuhku,
akhirnya tubuh Ibu sedikit kumiringkan dan dengan bantuan tangan kiriku
yang bebas, kontolku dapat menemukan kemaluan Ibuku, aku kembali
kesulitan menerobos kemaluan Ibu yang seret karena tidak begitu basah
dan kontolku sendiri lumayan besar.
Tapi aku tidak putus asa, dengan sedikit usaha dan terus memaksa
akhirnya kontolku bisa masuk seluruhnya ke memek Ibuku. “..Aghh..!!” Ibu
berseru sedikit sakit karena kontolku yang memaksa masuk. “..Ryan..
tolong.. berhenti.. aku Ibumu..!!” Aku diam saja karena sibuk memasukkan
dan mengeluarkan kontolku dari lubang vagina Ibu.
Tubuh Ibu yang terus meronta sedikit membantuku dalam menggoyang
tubuhnya, kemaluanku keluar masuk dengan agak mulus dan cepat, rupanya
Ibu lelah meronta terus dan kelihatan pasrah karena mendadak tubuhnya
berhenti meronta.
Aku langsung membalikan tubuh Ibuku sehingga posisinya kini
telentang, sementara kontolku masih bersemayam di memek Ibuku, kembali
aku menggenjot tubuhku dan kontolku semakin cepat keluar masuk dari
lubang kemaluan Ibuku itu.
Mulusnya gerakan kontolku terbantu karena vagina Ibu mulai
mengeluarkan cairan kewanitaannya, dan Ibu pun banyak diam serta
sesekali mendesah kecil. Mata Ibu sedikit tertutup dan kelihatan sayu
sekali. Aku yang mengira Ibu sudah bergairah menjadi bersemangat dalam
bergerak maju dan mundur, payudara Ibu yang basah oleh keringatnya
kuciumi dengan panuh nafsu, putingnya kuisap-isap lembut, dan sesekali
kugigit.
Ibu sedikit menggelinjang saat kuperlakukan seperti itu. Kedua kaki
Ibuku kuangkat keatas sehingga lubang kemaluannya sedikit menyempit. Aku
menggerakan pantatku sedikit lambat dan saat memajukan kudorong
pantatku agak keras.
Ibu rupanya suka dengan gerakan ini karena desahan Ibu semakin keras,
bahkan kini aku dapat merasakan pantat Ibu bergoyang untuk mengimbangi
gerakanku, aku jadi bertambah bernafsu untuk dapat mengentoti Ibuku
lebih lama lagi, tubuh Ibuku kembali kubalik dan kini posisi tubuh Ibuku
sedikit kutekuk menyerupai gaya anjing.
Ibu yang sudah pasrah menuruti keinginanku, lewat gaya anjing ngentot
ini aku terus memasukkan dan mengeluarkan kontolku dengan cepat,
kemaluan Ibu yang kini benar-benar basah memudahkan gerakan kontolku
menelusuri liang vagina tempat aku dulu lahir, akhirnya aku tak tahan
lagi dengan cepat aku menghujamkan kontolku dalam-dalam ke lubang
kemaluan Ibuku saat kepuasan itu datang, dan air maniku pun muncrat
begitu deras dan banyak, membasahi memek Ibu.
Aku tergeletak kesamping, sementara Ibuku masih dalam posisi
telungkup membelakangiku, tanganku menyentuh pinggang Ibu dan mencoba
membalikkan tubuhnya, tapi Ibu malah menolak dan bangkit dari tempat
tidurnya, Ibu berdiri dan menatapku dengan mata yang sembab,
“Keluar Ryan.. tinggalkan Ibu sendiri, tolong?!”, tangan Ibu menunjuk
ke arah pintu kamar, aku hanya angkat bahu dan meraih pakaianku serta
pergi dari situ. Sebelum pergi aku menatap wajah Ibuku, tapi dia
membuang muka.
Akupun keluar dari kamar orang tuaku, di kamarku aku baru merenungi
perbuatanku sendiri barusan, tapi entah kenapa aku malah benar-benar
merasa sangat puas setelah mengentoti Ibuku sendiri.
Hampir satu setengah jam aku diam di kamar, semakin lama aku berpikir
aku malah menikmati bayangan saat aku dan Ibu bercinta tadi, dan
gairahku kembali bangkit membayangkan harum tubuh Ibuku dan permainan
yang baru kujalani.
Kemaluanku kembali mengeras, saat ini aku benar-benar kembali butuh
memek Ibuku lagi, tanpa pikir panjang lagi aku segera keluar kamar dan
mencari Ibuku di kamarnya, tapi Ibu sudah tidak ada di kamarnya, aku pun
mencarinya di ruang tengah, ternyata tidak ada juga.
Saat itu kulihat Ibu sedang di dapur dan sedang memasak air, Ibu
memakai daster tanpa lengan, dan lekuk tubuhnya yang ramping semakin
membuatku bernafsu untuk segera bercinta dengan Ibuku. Ibu melihat
kedatanganku, Ibu sedikit mundur kebelakang saat aku mendekatinya.
“Kamu mau ngapain lagi ..?” suara Ibu sedikit bergetar, Aku tak
menjawab, tangan kananku merengkuh pinggang Ibu yang kecil, dalam
sekejap tubuh Ibu sudah dalam pelukanku, tapi aneh Ibu tidak meronta
atau mendorong tubuhku, Ibu hanya diam dan saat lehernya kuciumi Ibu
masih diam tak bereaksi,
“Ryan.. kalau kamu menginginkan tubuh Ibu, tolong jangan pernah
mengeluarkan air mani kamu di dalam..” suara Ibu terdengar tertekan di
kupingku, “..Ibu nggak mau kamu hamilin atau aborsi..”
Aku yang mendapat ‘angin’, bertambah nafsu lagi, dengan sedikit
terburu-buru aku melepas daster Ibu, dan aku sedikit kaget melihat Ibu
tidak memakai celana dalam maupun BH, Aku mencari mulut Ibu, dan bibir
Ibu kulumat dengan penuh gairah,
Ibu yang sudah pasrah membalasnya dengan hangat, dan dapat kurasakan
lidah Ibu bermain di rongga mulutku dengan liar, kami berciuman lama
sekali sehingga hampir membuatku kehabisan nafas, dan Ibu sendiri
terengah-engah saat kulepas bibirku dari bibirnya, aku lalu meminta Ibu
untuk telentang di meja makan, tubuh Ibu menjadi sasaran mulutku saat
Ibu tiduran di meja, payudaranya kuremas dan kujilati, putingnya yang
mengeras kuisap-isap seperti waktu aku bayi, Ibu mendesah-desah tak
henti-hentinya mendapat perlakuan tersebut.
Mulutku kembali mencari sasaran berikutnya, perut Ibu kuciumi
sebentar dan berikutnya selangkangan Ibu sudah di depan mukaku, kemaluan
Ibu yang hitam karena penuh dengan bulu jembut, kuusap-usap dengan
lembut, mulutku kubenamkan di kemaluan yang melahirkanku 16 tahun yang
lalu, liang vagina Ibu yang basah memancarkan aroma yang menggairahkan
Lidahku menjilati bibir vagina Ibu yang agak menggelambir di kedua
sisinya, dinding-dinding vagina Ibu tak luput dari lidahku, kelentit
Ibuku yang sebesar kacang juga ikut kujilati dengan penuh nafsu, suara
Ibu yang mendesah dan melenguh mengiringi jilatan lidahku pada kemaluan
Ibuku, tampaknya Ibu benar-benar menyukai oral sex yang kuberikan.
Puas menjilati kemaluan Ibu aku naik ke atas meja, kusodorkan
kontolku pada mulut Ibu yang langsung melahap kontolku dengan ganasnya,
kontolku tenggelam dalam mulut Ibu yang kecil, Ibu hampir gelagapan saat
mencoba menelan kontolku seluruhnya, mulut Ibu terus melahap kemaluanku
dengan cepat dan liar, hingga kemaluanku berkilat akibat ludah Ibu yang
menempel di kemaluanku, Ibu benar-benar ganas saat mempermainkan
kontolku dengan mulutnya, hampir saja air maniku muncrat karena
kenikmatan yang diberikan mulut Ibuku pada kontolku.
Segera saja aku menyuruh Ibu melepaskan kontolku dan aku pun turun ke
bawah, dengan posisi berdiri aku memasukkan kontolku kedalam lubang
kemaluan Ibuku yang sudah basah kuyup. Kali ini aku tidak mengalami
kesulitan, dan dengan mulusnya kontolku tenggelam dalam memek Ibu,
Aku pun bergerak maju muindur dengan cepat, sementara Ibu langsung
menggoyangkan pantatnya dengan lambat, aku dapat merasakan nikmat vagina
Ibu yang mencengkeram erat kontolku saat Ibu menggoyangkan pantatnya,
kadang Ibu mengangkat pantatnya untuk menyambut hunjaman kontolku yang
akan masuk kedalam memek Ibu, permainan berlangsung cukup lama dan Ibu
kelihatan begitu menikmatinya.
Mata Ibu terus merem melek, mulutnya yang kecil mendesah, makin lama
desahan Ibu semakin keras, dan kedua tangan Ibu mencengkeram bahuku,
rupanya Ibu hampir mencapai puncak kenikmatannya. Aku semakin
mempercepat gerakanku, dan Ibu pun mempercepat goyangan pantatnya, Dan
saat Ibu mencapai orgasmenya, tubuhnya menegang dan memeknya kurasakan
semakin basah.
Aku lalu berhenti bergerak dan memeluk tubuh mulus Ibu untuk
memberinya kesempatan menikmati orgasmenya. Aku kemudian mengangkat
tubuh Ibuku dari meja sementara kontolku masih menempel di kemaluan
Ibuku, Kududukkan tubuh Ibuku di kursi, dan kembali aku memajukan dan
memundurkan pantatku, Ibu yang sudah lemas, pasrah dengan aksiku.
Tubuhnya terguncang-guncang menerima gerakanku yang cepat, tangan Ibu
melingkar di pinggangku dan ikut memajukan badanku saat kuhunjamkan
kontolku kedalam memek Ibuku, posisi ini tak juga membuatku mencapai
puncak kenikmatan, padahal Ibu sudah kelihatan capek dan sedikit
mengimbangi dengan goyangan pantatnya.
Aku lalu melepas kontolku dari memek Ibuku dan berdiri, aku menyuruh
Ibuku menungging di lantai, Ibu menurut dan turun ke lantai dengan
posisi menungging, Ibu tentu menyangka aku mau memasukkan kontolku ke
memeknya dari belakang, tapi bukan itu maksudku, aku ikut menungging dan
mulutku menjilati anus Ibu, sesekali Ibu jariku menusuk anusnya agar
lubangnya membesar, Ibu tentu saja kaget dengan kelakuanku,
“Ryan.. jangan, jangan dari anus ..”, Ibu menoleh ke arahku dan
memohon, “itu sakit sekali..” Aku cuman tersenyum kecil dan terus
menjilati anus Ibuku sampai basah. Setelah kurasa cukup, kedua
tanganku
memegangi pantat Ibu dan melebarkannya sehingga lubang anus Ibu
kelihatan.
Saat kepala kontolku mencoba masuk, Ibu menjerit kecil dan terjatuh,
Posisi tubuhnya kini menelungkup, aku terus berusaha melebarkan lubang
anus Ibuku agar dapat cukup dimasuki kontolku, Ibu semakin menjerit
tertahan, begitu batang kontolku masuk kedalam lubang anus Ibu, dan saat
kontolku masuk seluruhnya kedalam lubang anus Ibuku, Ibu mencengkeram
kaki kursi kuat-kuat.
Lubang anus Ibuku yang seret membuat kontolku susah payah untuk bisa
masuk keluar, Tapi hal itu malah membuatku semakin merasakan kenikmatan
yang tiada tara, sementara Ibu hanya bisa menahan sakit dan perih di
sekitar anusnya, kenikmatan mengentoti anus Ibu membuat ku cepat
mencapai ejakulasi, begitu aku merasakan air maniku mau keluar aku
segera melepas kontolku dari anus Ibu, tubuhnya dengan cepat kubalikkan
sehingga posisi Ibu terlentang,
Dan belum sempat Ibu mencegah aku sudah menghujamkan kontolku kedalam
lubang kemaluan Ibu dan berejakulasi dengan kepuasan yang tiada tara,
seluruh batang kontolku kubenamkan dalam-dalam
dan memuncratkan cairan
panas yang banyak kedalam lubang vagina Ibu,
Aku tergeletak disamping tubuh Ibuku yang penuh keringat dan masih
sedikit kesakitan akibat anusnya yang kutembus tadi, “Ryan.. kenapa kamu
keluarkan didalam..? Dan kamu masuk.. dari anus lagi..” Aku cuman
tersenyum dan mencium bibir Ibu dengan lembut,
“Nggak ‘pa-‘pa kan? Anus Ibu juga entar lama-lama dapat nikmat
seperti memek Ibu kok.. udah ah Ryan capek mau mandi, Kapan-kapan kita
bercinta lagi OK, Ibu tersayang?” Aku bangkit dan meraih pakaianku dan
menuju kamarku untuk mandi sementara Ibu masih tidur terlentang di
lantai dapur.
Semenjak aku bebas untuk bercinta dengan Ibuku sendiri, Ibu tidak
menolak kalau kuajak bercinta di mana saja, dan dari Ibu baru kuketahui
kalau ayah terkena penyakit impotensi sehingga tidak mampu bercinta
dengan Ibu semenjak dua bulan yang lalu, dan aku satu-satunya orang yang
bercinta dengan Ibu setelah ayah tak mampu lagi bercinta.
Setiap hari kami bebas untuk bercinta karena di rumah sangat sepi,
bahkan kalau malam, aku sering meminta Ibu datang ke kamarku untuk
melayaniku, Ibu yang memang masih bergairah tak pernah menolakku, dan
Ibu termasuk wanita dengan gairah sex yang besar.
Pernah saat aku mandi, Ibu tiba-tiba masuk kedalam dan langsung
mengajakku bercinta padahal saat itu ayah dan Mbak Mona lagi nonton TV
di ruang tengah dengan ditemani keluarga adik ayahku, atau saat aku
menemani Ibu belanja di supermaket, dan saat pulang tanpa disangka Ibu
mengajakku bercinta di mobil saat berada di garasi, padahal aku takut
ayah tiba-tiba muncul atau Mbak Mona karena mendengar mobil masuk
garasi.
Tak heran satu setengah bulan kemudian Ibu positif hamil, tapi
anehnya Ibu tidak menggugurkan kandungannya itu, dan saat ayah
mengetahui hal itu, beliau marah besar dan menceraikan Ibu karena Ibu
tidak mau mengatakan siapa yang menghamilinya.
Selepas ayah pergi dari rumah aku semakin bebas bercinta dengan
Ibuku, apalagi Mbak Mona kadang-kadang semakin sering pergi bermain,
keadaan Ibu yang sedang hamil tak menghalangi nafsu kami untuk tetap
bercinta, aku bahkan semakin bergairah bercinta dengan Ibu saat perutnya
semakin besar, dan tak habis-habisnya memek dan anus Ibu menjadi
sasaran kontolku, hanya saja begitu kehamilan Ibu mencapai 7 bulan, aku
dan Ibu lebih banyak beroral sex untuk mencegah sesuatu yang fatal bagi
bayi kami.
Aku benar-benar tak dapat membayangkan saat Ibu melahirkan karena aku
yang dulu dilahirkan oleh Ibu kini punya anak yang juga dilahirkan oleh
wanita yang sama dengan yang melahirkanku, dan anak laki-laki yang
kuberi nama Aldo itu tumbuh sehat seperti anak lainnya, dibawah
bimbinganku dan Ibuku.
Mbak Mona sendiri selepas SMA pergi ke Yogyakarta untuk melanjutkan
kuliah, sehingga keadaan ini membuatku dan Ibu seperti sepasang suami
istri di rumah.
Jumat, 19 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar