Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Aku merasakan betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati
tangan-tangannya. Berontakku sekali lagi hanyalah kesia-siaan. Dia
menindih berat dengan dadanya. Wajahnya mendekat hingga kurasakan
nafasnya yang meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu mulai
menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.
Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku. Juga tidak begini suamiku selama ini.
Edan. Edaann..!!Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku
kandas. Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori
selangkanganku. Edaann..!!
Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Sesaat sepertinya aku
berada di persimpangan jalan. Di depan mataku ada 2 potret. Aku
membayangkan suamiku dan sekaligus lelaki ini.
Salahkah aku?
Dosakah aku?
Siapa yang salah?
Kenapa aku ditinggal sendirian di kamar ini?
Kenapa mesti ada lelaki ini?
Aku
berpusing. Duniaku seakan-akan berputar dan aku tergiring pada tepian
samudra yang sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aku. Aku
mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yang sangat tak mampu kulawan.
Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah.
Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku. Seribu
lidah lelaki inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret
aku untuk tertelan dan tenggelam.
Ammpuunn.. Bayangan kengerian akan ingkarnya kesetiaan seorang istri
menerkam aku. Keringatku meluncur deras. Aku tak bisa pungkiri. Aku
sedang jatuh dalam lembah nikmat yang sangat dalam.. Aku sedang terseret
dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aku sedang tertelan oleh
gelombang nikmat syahwatku.
Salahkah akuu..??
Salahkah..??
Dan saat kombinasi lidah yang menjilati selangkanganku dan sesekali
dan jari-jari tangannya yang mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya
rahasiaku, aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak
tangisku terdiam, berganti dengan desahan dari balik kain yang menyumpal
mulutku. Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dengan
bukan lagi sentuhan tetapi remasan pada kemaluanku, desahanku berganti
dengan rintihan yang penuh derita nikmat birahi. Aku telah tenggelam.
Dan gelombang itu kini menggoyang pantatku. Aku menggelinjang. Aku histeris ingin..
Yaa.. Aku ingin!
Aku punya ingin menjemputi ribuan lidah dan jari-jari lelaki ini. Ampuunn..!!
Masih adakah aku??
Dan ah.. Pintarnya lelaki ini. Dia begitu yakin bahwa aku telah
tenggelam. Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.
Dia renggut sumpal di mulutku.
“Ayolah, sayang.. mendesahlah.. merintihlah.. Ambil nikmatmu. Teguk haus birahimu..”,
Aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar
derita nikmat yang melandaku. Aku kembali menangis dan mengucurkan air
mata. Aku kembali berteriak histeris. Tetapi kini aku menangis,
mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku.
Aku meronta menjemput nikmat. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan
pantatku dalam irama nafsu birahi yang menerjangku.
Dan sejak saat itu aku memasuki wilayah tak terhingga, tanpa batasan
norma sekaligus meninggalkan batasan-batasan yang selama ini
kupertahankan dengan sangat teguhnya. Aku memasuki suatu wilayah yang
terbersit sepintas, bahwa aku sebenarnya pernah menginginkan nilai macam
ini, nilai dimana tak ada kekhawatiran, ketakutan, rasa salah dan rasa
mengkhianati.
Aku memasuki wilayah dimana aku eksis secara murni menjadi diriku.
Mungkin semacam ini alamiahku, yang adalah mahkluk untuk dipenuhi
keinginan nafsu dan birahi yang demikian bebas tanpa kendali. Bahkan aku
merasa ini adalah hak. Hak-ku. Aku merasa ber-hak untuk mendapatkannya.
Dan ke-tak terhingga-an serta ke-tak terbatas-an itu merayap menuju
puncaknya ketika aku diterpa rasa dingin menggigil serta gemetar seluruh
tubuhku yang disebabkan bibir lelaki itu merambah turun meluncur
melewati perutku dan langsung menghunjam terperosok ke-kemaluanku. Aku
tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aku bergoncang-goncang mengangkati
pantatku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yang
amat sangat pada kemaluanku. Dengan serta merta pula aku berusaha
menjilati buah dadaku sendiri menahan gelinjang nikmat yang melanda
nafsu birahiku. Dan kurasakan betapa kecupan, gigitan dan ruyak lidah
lelaki ini membuat gigil dan gemetarku melempar aku ke lupa diri.
Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku merintih.
“Hauss, mmaass.. Aku hauss..”
Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku
hingga bisa kuraih bibirnya. Aku rakus menyedotinya. Kehausanku yang tak
bisa kubendung membuat aku ingin melumati mulutnya. Aku berpagut dengan
pemerkosaku. Aku melumat mulutnya sebagaimana sering aku melumati mulut
suamiku saat aku sudah sangat di puncak birahiku. Aku benar-benar
dikejar badai birahiku. Aku benar-benar gelisah gelombang syahwatku.
Biasanya kalau sudah begini suamiku langsung tahu. Dia akan menusukkan
penisnya ke vaginaku untuk menutup kegairahanku. Dia akan menjejalkan
kontolnya dan memekku pasti cepat menjemputnya.
Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kontolnya ke
kemaluanku pula. Aku sebenar-benarnya berharap karena sudah tidak tahan
merasakan badai birahiku yang demikian melanda seluruh organ-organ peka
birahi di tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sama sekali
diluar dugaanku. Aku sama sekali tak menduga, karena memang aku tak
pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan lelaki ini demikian gedenya.
Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi
di backdrop ranjang ini. Yang akhirnya kulakukan adalah sedikit
mengangkat kepalaku dan berusaha melihati kemaluan itu. Ampuunn..
Sungguh mengerikan. Rasanya ada pisang tanduk gede dan panjang yang
sedang
dipaksakan untuk menembusi memekku. Aku menjerit tertahan. Tak
lagi aku sempat memandangnya.
Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha
meruyakkan lidahnya di rongga mulutku sambil menekankan kontolnya untuk
menguak bibir vaginaku. Selama ini aku pikir kontol suamiku itulah pada
umumnya kemaluan lelaki itu. Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar
kontol di gerbang kemaluanku saat ini, yang terus berusaha mendesaki
dan menembusi kemaluanku tetapi tak kunjung berhasil. Aku sendiri sudah
demikian kehausan dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang
kemaluanku tetapi tak juga berhasil.
Cairan-cairan yang mestinya melicinkanpun belum bisa membantu
lincirnya kontol itu memasuki kemaluanku. Tetapi lelaki ini ada cara.
Dia meludah pada tangannya untuk kemudian menambahi lumuran pelicin pada
bibir kemaluanku. Dia lakukan 2 atau 3 kali. Dan sesudahnya dia kembali
menyorongkan ujung kontolnya yang dengan serta merta aku menyambutnya
hingga..
Blezzhh..
Ampuunn.. Kenapa sangat nikmat begini, ya, ampuunn.. Kemana nikmat macam ini selama ini..??
Kemana nikmat dari suamiku yang seharusnya kudapatkan selama ini..??
Kenapa aku belum pernah merasakan nikmat macam ini..??
Kombinasi ke-sesakkan karena cengkeraman kemaluanku pada bulatan
keras batang besar kontol lelaki ini sungguh menyuguhkan sensasi
terbesar dalam seluruh hidupku selama ini. Aku rasanya terlempar
melayang kelangit tujuh. Aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat,
meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. Aku bergoncang dan
bergoyang tak karuan.. Ya, ampuunn.. Orgasmeku dengan cepat menghampiri
dan menyambarku.
Aku kelenger dalam kenikmatan tak bertara. Lelaki ini langsung
mematerikan nilai tak terhingga pada sanubariku. Aku masih kelenger saat
dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin
dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan
cairan panas dalam rongga kemaluanku.
Uhh.. Nikmat inii.. Uucchh..
Kami langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aku tak merasa menyesal,
tak merasa khawatir, tak merasa takut. Ada rasa kelapangan dan kelegaan
yang sangat longgar. Aku merasakan seakan menerima pencerahan. Memahami
arti nikmat yang sejati dari peristiwa ranjang. Demikian membuat aku
seakan di atas rakit yang sedang hanyut dalam sungai dalam yang sangat
anteng. Aku bahkan tertidur barang 5 menit.
Aku bangun karena dering telpon. Itu pasti suamiku. Aku langsung
cemas. Lelaki itu tak lagi berada di sampingku. Aku coba tengok ke kamar
mandi sebelum menjawab telepon. Tak juga kutemui. Ternyata itu telepon
dari kamar di depanku, telepon dari lelaki itu.
“Zus, cepat mandi, 15 menit lagi suamimu kembali ke kamar, saatnya mereka istirahat”.
Ah, bijak juga dia. Aku rapikan ranjang dan sepreinya, kemudian cepat
mandi. Siang itu aku usul pada suamiku untuk makan di kamar saja,
badanku agak nggak enak, kataku. Memang badanku agak lemes sejak aku
mendapatkan orgasmeku yang bukan main dahsyatnya tadi.
Dan aku merasakan ada kelegaan sedikit, tak ada nampak bekas-bekas
ulah lelaki itu pada bagian-bagian peka tubuhku. Saat ketemu di siang
itu suamiku nampak menunjukkan sedikit prihatin padaku. Dia tahu aku
dilanda rasa bosan menunggu. Dia sarankan aku jalan-jalan ke Molioboro
atau tempat lainnya yang tak begitu jauh dari hotel. Aku mengangguk
setuju.
Ah.. Akhirnya aku dapat ide.
Menjelang jam 1 siang suamiku kembali ke ruang penataran di lantai 2,
dan jam 1 lebih 5 menit lelaki itu kembali menelponku, aku nggak
menjawab langsung kututup. Aku kembali merasa ketakutan pada apa yang
aku pahami selama ini. Aku tak akan melanggarnya lagi. Yang sudah, ya,
sudah. Masak aku mesti sengaja mengulangi kesalahanku lagi. Tetapi
tiba-tiba ada ketukan di pintu. Aku curiga, lelaki itu datang lagi. Dan
aku nggak tahu, kenapa aku ingin tahu. Aku ingin tahu siapa yang
mengetuk itu, walaupun aku sudah hampir pastikan dia sang lelaki yang
tak kukenal itu.
Kuintip dari lubang lensa kecil di pintu. Dan benar, dia lagi. Dari
dalam aku teriak kasar, mau apa kamu, yang dia sahuti dengan halus.
“Sebentar saja zus, aku mau bicara. Sebentar saja, zus, ayo dong, bukain pintu”, pintanya.
Aku jadi ingat akan gelinjang nikmat yang aku terima darinya. Aku
juga ingat betapa kontolnya tak pernah kurasakan nikmat macam itu. Aku
juga ingat betapa lidahnya yang menyelusuri gatal bukit dadaku. Dan aku
ingat pula betapa gigitan kecilnya pada pentilku demikian merangsang dan
menggetarkan seluruh tubuhku. Kini aku lihat kembali bibir edan itu
dari lubang pintu ini. Dan tanpa bisa kuhindarkan tangan kananku
menggerakkan turun handle pintu ini. Dan, clek, terbuka celah sempit di
ambang pintu. Dan dengan cepat, sret, tangan lelaki itu cepat menyelip
di celah ambang itu.
“Sebentar, saja zus, perbolehkan aku masuk”
Dia tidak menunggu ijinku. Kakinya langsung mengganjal pintu dan
dengan kaki lainnya mendorong, dia masuk. Kembali dia memeluki aku,
lantas menciumi bibirku, lantas menyingkap gaunku, lantas melepasi
kutangku, lantas memerosotkan celana dalamku. Lantas mengelusi pantatku,
pahaku, meremasi kemaluanku kembali, bibirnya terus melumati bibirku.
Kacamataku diangkatnya. Itulah rangkaian serangannya padaku. Pada
awalnya aku kembali berusaha berontak dan melawan, walaupun kali ini
tidak segigih pada peristiwa pagi tadi. Dan aku yang memang bersiap
untuk “keok” langsung takluk bersimpuh saat tangan ototnya meremasi
wilayah peka di selangkanganku.
Kali ini dia gendong aku menuju ke-ranjang dan sama-sama berguling di
atasnya. Tetapi kali ini dia tidak menelanjangi aku. Dia hanya
singkapkan gaunku, kemudian dia memelukku dari arah punggungku. Dia
lumati kudukku yang langsung membuat aku menjadi sedemikian merinding
dan tanpa kuhindarkan tanganku jadi erat memegangi tangannya. Suatu kali
ciuman di kudukku demikian membuat aku tergelinjang hingga aku
menengokkan leherku untuk menyambar bibirnya. Kami saling berpagut
dengan buasnya.
Kamis, 01 Juni 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar