Perkenalkan namaku Rini, usia sekarang 23 tahun, aku bekerja sebagai salah satu karyawati di BUMN besar di Jakarta. Kata temen-temen aku memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Apalagi waktu masih gadis SMP aku terpilih sebagai mayoret drum band sekolah karena kecantikanku.
Aku ingin menceritakan pengalaman seks
pertamaku justru dari teman baik ayahku sendiri, pengalaman sex yang tak
kuduga ini terjadi ketika aku masih gadis SMP, baru saja akan masuk
kelas 2 SMP di Yogya. Teman ayah itu bernama, Om Bayu dan aku sendiri
memanggilnya Om.
Karena hubungan yang sudah sangat dekat
dengan Om Bayu, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om
Bayu wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari
ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh, usia Om Bayu ketika itu
sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang tinggi
tegap, dengan dada yang bidang.
Kejadian ini bermula ketika liburan
semester, waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada
perayaan pernikahan saudara. Karena kami dan Om Bayu cukup dekat, maka
aku minta kepada orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Bayu yang
tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu.
Om Bayu sudah menikah, tetapi belum
punya anak. Istrinya adalah seorang karyawan perusahaan swasta,
sedangkan Om Bayu tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang
makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil
bercanda-ria, setelah istri Om Bayu pergi ke kantor.
Om Bayu sendiri karena katanya tidak ada
order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon
kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan
waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma, atau
monopoli, karena memang Om Bayu orangnya sangat pintar bergaul dengan
siapa saja.
Ketika suatu hari, setelah makan siang,
tiba-tiba Om Bayu berkata kepadaku, “Rin.. kita main dokter- dokteran
yuk.., sekalian Rini, Om periksa beneran, mumpung gratis”. Memang kata
ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di
tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo..”, sambutku dengan polos tampa curiga.
Kemudian Om Bayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari
lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya
ketika kuliah dulu.
“Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.
Namun Om Bayu bilang, “Lho.. BH-nya sekalian dibuka dong.., biar Om gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
“Wah.., kamu memang benar-benar cantik Rin..”, kata Om Bayu.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu.
Setelah telentang di atas ranjang,
dengan hanya memakai rok mini saja, Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula
di tempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu
menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Bayu mencopot
stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh
lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.
“Waah.. kulit kamu halus ya, Rin.. Kamu
pasti rajin merawatnya”, katanya. Aku diam saja, aku hanya merasakan
sentuhan dan usapan lembut Om Bayu.
Kemudian usapan itu bergerak naik ke
pundakku. Setelah itu tangan Om Bayu merayap mengusap perutku. Aku hanya
diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Bayu
benar-benar terasa lembut, dan lama- kelamaan terus terang aku mulai
jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai- sampai bulu tanganku
merinding dibuatnya.
Lalu Om Bayu menaikkan usapannya ke
pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya,
lalu mengusap buah dadaku. Ih.., baru kali ini aku merasakan yang
seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu.
Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan usapannya. Dan aku
kira.. yah, hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian om Bayu
bergerak ke arah kakiku.
“Nah.., sekarang Om periksa bagian bawah
yah..”, katanya. Setelah diusap-usap seperti tadi yang
terus terang
membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat
itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Bayu menarik dan
meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati.
“Ih.., Om kok celana dalam Rini dibuka..?”, kataku dengan gugup.
“Lho.., khan mau diperiksa.., pokoknya Rini tenang aja..”, katanya
dengan suara lembut sambil
tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om
Bayu penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak
bisa berbuat apa-apa.
Setelah celana dalamku diloloskan oleh
Om Bayu, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip
menatap vaginaku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih
sangat halus dan tipis.
Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya,
sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Bayu mulai
mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan
dengan perlahan-lahan meraba- raba pahaku bagian atas, lalu ke paha
bagian dalam. Hii.., aku jadi merinding rasanya.
“Ooomm..”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.., pokoknya nanti kamu merasa nikmat..”, katanya sambil tersenyum.
Om Bayu lalu mengelus- elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya.
Kemudian, dengan jari telunjuknya yang besar, Om Bayu menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
Kemudian, dengan jari telunjuknya yang besar, Om Bayu menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
“aahh.., Ooomm..”, jeritku lirih.
“Ssstt.., hmm.., nikmat.., kan..?”, katanya.
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Bayu
mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja
ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang- gelinjang,
menggeliat- geliat ke sana-ke mari.
“Ssstthh.., aahh.., Ooomm.., aahh..”,
eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku
bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya sudah basah sekali karena
aku memang benar-benar sangat terangsang sekali.
Setelah Om Bayu merasa puas dengan
permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi
kemudian wajahnya mendekati wajahku, aku yang belum berpengalaman sama
sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa
melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Wajahnya semakin dekat, kemudian
bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya
geli, lembut, dan basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia lalu
melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya, Hii.., rasanya jadi
makin geli.., apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga
aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku
dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi
semakin nikmat kegelian.
Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan
memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya
pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh.., gila.., tiba-tiba badannya
dimundurkan ke bawah dan Om Bayu tengkurap di antara kedua kakiku yang
otomatis terkangkang, kepalanya berada tepat di atas kemaluanku dan Om
Bayu dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku
dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha
bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Bayu.
Aku sangat terkejut dan mencoba
memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat,
lalu tanpa sungkan- sungkan lagi Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku.
“aa.., Ooomm..!”, aku menjerit, walaupun
lidah Om Bayu terasa lembut, namun jilatannua itu terasa menyengat
vaginaku dan menjalar ke seluruh tubuhku, namun Om Bayu yang telah
berpengalaman itu, justru menjilati habis- habisan bibir vaginaku, lalu
lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan menari-nari di dalam vaginaku.
Lidah Om Bayu mengait-ngait ke sana-ke
mari menjilat- jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin
menjadi-jadi, badanku menggeliat- geliat dan terhentak- hentak,
sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku.
Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya
dengan ganas. Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.
“aahh.., Ooomm.., jaangan..,
jaanggann.., teerruskaan.., ituu.., aa.., aaku.., nndaak.., maauu..,
geellii.., stoopp.., tahaann.., aahh!”.
Aku menggelinjang- gelinjang seperti
kesurupan, menggeliat ke sana-ke mari antara mau dan tidak biarpun ada
perasaan menolak akan tetapi rasa geli, bercampur dengan kenikmatan yang
teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk
kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat ke
sana-ke mari, namun Om Bayu tetap mendapatkan yang diinginkannya.
Jilatan- jilatan Om Bayu benar- benar
membuatku bagaikan orang lupa daratan, vaginaku sudah benar-benar banjir
dibuatnya, hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin liar, ia bukan cuma
menjilat- jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan
lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan. Sedotan Om Bayu di
vaginaku sangat kuat, membuatku jadi samakin kelonjotan.
Kemudian Om Bayu sejenak menghentikan
jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir vaginaku, lalu di sorongkan
sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Om Bayu, rupanya Om
Bayu mengincar clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya, lalu dijilatnya
clitorisku.
“aahh..”, tentu saja aku menjerit keras
sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian yang
paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai
menggangkat pantatku. Om Bayu malah menekan pahaku ke bawah, sehingga
pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku sambil
dihisap- hisapnya.
“aa.., Ooomm.., aauuhh.., aahh!”,
jeritku semakin menggila. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat
sangat, yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan
aku tak kuat menahannya, namun Om Bayu yang sepertinya sudah tahu,
malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya.
“Ooomm.., aa!”, tubuhku terasa tersengat
tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan
kuat pipi Om Bayu dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku
bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan
tampaknya Om Bayu tidak menyia-nyiakannya disedotnya vaginaku,
dihisapnya seluruh cairan vaginaku. Tulang- tulangku terasa luluh
lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.
Om Bayu kemudian bangun dan mulai
melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme,
merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang
saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka
kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia
melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD
saja.
Aku agak ngeri juga melihat badannya
yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan
mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat
tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD- nya, mecuat ke depan. Kedua
tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan- lahan,
sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya membungkuk untuk
mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan
tetapi begitu Om Bayu berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti
mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang
berada di antara kedua paha atas Om Bayu. Benda tersebut bulat panjang
dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja
tentara.
Benda bulat panjang tersebut berdiri
tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 16 cm dengan
lingkaran sebesar 4 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol
berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah
kehitam- hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang di mana
terlihat ada cairan pada ujungnya.
Rupanya begitu yang disebut kemaluan
laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil
menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan
kemaluannya itu.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu
hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang
kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala
kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja.
Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke
arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Bayu
menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku
berada tepat di tepi tempat tidur.
Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga
kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa,
karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang
sedang dilakukan oleh Om Bayu.
Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat
diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di
lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan
kemaluanku yang telah terpentang itu.
Tangan kirinya memegang pinggulku dan
tangan kanannya memegang batang kemaluannya. Kemudian Om Bayu
menempatkan kepala kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya
kecil dan masih tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai
digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya
perlahan- lahan.
Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke
kesuluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai
mengembung, aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Bayu
itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu makin terangsang.
Dengan mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku.
“Gimana Rin.., nikmat khan..?”, bisik Om
Bayu mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku
tinggal satu- satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku
sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah
kusangka, karena sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya tangan Om Bayu yang satu
merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang penisnya sambil
digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku, hal ini makin membuatku menjadi
lemas ketika merasakan kemaluan yang besar menyentuh bibir kemaluanku,
aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Bayu, di
samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Kemaluan Om
Bayu yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh
Om Bayu sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas.
Aku benar-benar setengah sadar dan
pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan
masuk ke dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada aku
mencoba mendorong badan Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu,
tapi Om Bayu bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja.
Saya membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi selang tak lama kemudian perlahan-
lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai
kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan lubang vaginaku. Kemaluanku
menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala penis Om Bayu ini
masuk ke dalam lubang vaginaku, gerakan ini membuatku terkejut karena
tidak menyangka Om Bayu akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku
seperti apa yang dikatakan olehnya.
Sodokkan penis Om Bayu ini membuat
kemaluanku terasa mengembang dan sedikit sakit, seluruh kepala penis Om
Bayu sudah berada di dalam lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Bayu
mulai menggerakkan kepala penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat
aku mulai menjadi biasa lagi, perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh
tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh
dan besar, tampa sadar dari mulutku keluar suara,
“Ssshh.., sshh.., aahh. oohh.., Ooomm..,
Ooomm.., eennaak.., eennaak! Aku mulai terlena saking nikmatnya dan
pada saat itu, tiba-tiba Om Bayu mendorong penisnya dengan cepat dan
kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek
selaput daraku dan akupun menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam
vaginaku oleh penis Om Bayu yang terasa membelah kemaluanku.
“aadduuhh.., saakkiitt.., Ooomm..,
sttoopp.., sttoopp.., jaangaan.., diterusin”, aku meratap dan kedua
tanganku mencoba mendorong badan Om Bayu, tapi sia- sia saja. Om Bayu
mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk
menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku
sehingga aku tidak dapat berkutik.
Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan
pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan
penis Om Bayu ke dalam liang vaginaku, tapi karena tangan Om Bayu
menahan pundakku, maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om
Bayu lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku dan
Om Bayu membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk
membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.
“Om.., kenapa dimasukkan semua, kan..,
janjinya hanya digosok-gosok saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Bayu
tidak bilang apa-apa hanya senyum- senyum saja.
Aku merasakan kemaluan Om Bayu itu,
terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di
dalam vaginaku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Bayu
tersebut. Waktu saya mulai tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan
pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku.
Badanku tersentak-sentak dan
menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara,
“Ssshh.., sshh.., oohh.., oohh”, dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda
keseluruhan tubuhku, bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku, sesaat
kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah
tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku, seluruh tubuhku
diliputi sensasi yang siap meledak.
Buah dadaku terasa mengeras dan puting
susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku
terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam
sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat, tubuhku
bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku
mengalami orgasme yang dahsyat.
Aku merasakan kenikmatan berdesir dari
vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa
detik terasa tubuhku melayang- layang dan tak lama kemudian terasa
terhempas lemas tak bedaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan
kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di
lantai.
Melihat keadaanku Om Bayu makin
terangsang, sehingga dengan ganasnya dia mendorong pantatnya menekan
pinggulku rapat-rapat, sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam
kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat lemah karena setiap tekanan yang
dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang
penisnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang
tidak terperikan.
Hampir sejam lamanya Om Bayu
mempermainkanku sesuka hatinya, dan saat itu pula aku beberapa kali
mengalami orgasme dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan
vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om Bayu, sampai
akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik dengan sedikit tertahan,
“Ooohh.., Riinn.., Riinn.., aakkuu.., maau.., keluar!, Ooohh.., aahh..,
hhmm.., oouuhh!”.
Tiba-tiba Om Bayu bangkit dan
mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian, “Ccret..,
crett.., crett”, spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas perutku.
Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang penisnya
seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa.
“aahh..”, Om Bayu mendesis panjang dan
kemudian menarik napas lega. Dibersihkannya sperma yang tumpah di
perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang
masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi.
Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya.
Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.
“Terima kasih, sayang..”, bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Bayu. END
0 komentar:
Posting Komentar