Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Franky di kantor sedang menunggu Pak Jupri alias Mang Japrak yg belum
juga datang. Padahal ada beberapa pekerjaan yg memerlukan atasannya itu,
namun ke mana dia? Sembari menunggu, Franky berpikir tentang Indira.
Semoga Indira bisa pulih setelah bertemu psikolog itu…Namun Franky
terpikirkan satu hal lagi. Malam itu, malam ketika trauma Indira
dimulai… Crista ada di rumah. Crista pasti tahu sesuatu. Franky merasa
perlu bertanya.
Indira belum lama pergi. Dr. Floren kembali duduk di belakang mejanya
sembari membaygkan indahnya badan Indira yg sempat dicicipinya sebentar
tadi.
“He, Floren, kamu jangan baygin macem-macem ya. Indira itu buat Mang.
Kita udah ada perjanjian,” kata sesosok manusia yg tiba-tiba muncul
dari belakang Dr. Floren. Dia datang dari balik pintu samping ruang
praktik Dr. Floren. Seorang lelaki tua botak berperut buncit, yg sedang
ditunggu oleh bawahannya di kantor. Mang Japrak.
“Yah, si Mamang, gimana ya? Ternyata dia cakep… Boleh nggak kubikin dia jadi lesbong juga?” Floren menimpali.
“Hus. Jangan lah. Kalau yg lain sih silakan ajah… Yg ini nggak boleh,
ya? Soalnya dia orang yg spesial buat Mamang.” Mang Japrak mendekat dan
merangkul Dr. Floren dari belakang.
“Emangnya aqu enggak, Mang…?” tanya Floren manja.
“Ooo… pasti dong, Floren kan kesaygan Mamang. Kalau nggak, mana mau
Mamang ajarin ilmu
Mamang ke Floren? Kamu istimewa, Ren. Nggak banyak
awewe yg Mamang cobain namun udah ada bakat buat nerusin ilmu Mamang.”
“Hehehe… Bilang aja waktu itu Mang ketipu soalnya aqu ga mempan
digendam… Gapapa deh, yg penting aqu jadi dapat ngewarisin ilmunya
Mamang.”
Bertahun-tahun lalu, Floren, seorang sarjana psikologi, melamar kerja
kepada Mang Japrak. Melihat parasnya yg cantik, Mang Japrak sempat
mengisengi Floren dgn ilmu gendamnya, namun entah kenapa, hipnotis Mang
Japrak kurang mempan kepada Floren. Mungkin karena Mang Japrak berusaha
membuat Floren tertarik kepada dirinya, namun ternyata Floren punya
kecenderungan lesbian sehingga tak mempan. Itulah yg membuat Mang Japrak
menygka Floren istimewa, dan karena rahasianya sudah terbongkar di
depan Floren, Floren pun menuntut penjelasan serta imbalan, kalau tidak
dia akan membongkar rahasia Mang Japrak.
Akhirnya Mang Japrak mengajarkan ilmu gendamnya kepada Floren.
Keduanya jadi akrab, dan terus berhubungan. Floren tak jadi bekerja
kepada Mang Japrak dan memilih meneruskan studi dan menjadi psikolog
praktik, dan ilmu hipnotisnya dia gunakan untuk membantu pasien. Namun,
sebagaimana Mang Japrak, Floren pun sekali-sekali menyalah gunakan
kemampuannya itu. Ketika Franky mengeluhkan Indira, Mang Japrak langsung
menyambar kesempatan dan memberitahu tentang Dr. Floren. Sesudahnya
Mang Japrak menjelaskan apa yg sudah dia laqukan kepada Indira, dan
Floren menyggupi untuk membantu. Floren juga menceritakan semua
pengaquan Indira kepada Mang Japrak. Mang Japrak terlihat senang
mendengar semua petualangan Indira, apalagi ketika dia tahu pengaruhnya
telah membuat Indira jadi lebih berani dan menggoda.
“Namun Mang,” tanya Floren,
“Emang mau diapain si Indira itu? Kan Mang udah dapet nyobain dia.”
“Ada rencana Mamang buat dia. Rencana gede. Kapan-kapan Mamang ceritain deh. Nanti kalau udah jadi.”
Sepulang kantor, Franky disambut oleh Indira. Sekali lagi penampilan
Indira membuat Franky melongo… Indira malam itu tampak seksi dgn
babydoll transparan, rambut tergerai, make-up tebal namun menarik… dan
dia menunggu Franky dgn penampilan seperti itu di depan pintu rumah!
“Mas Franky….” Indira menyambut suaminya dgn ciuman mesra, lalu dia
langsung menarik Franky ke dalam rumah. Sebelum Franky sempat berbuat
sesuatu keduanya sudah bercumbu hebat. Namun Franky jadi curiga…
Siang hari, sekitar pukul dua di suatu bangunan kecil di kompleks
perumahan pinggir kota. Sehari-harinya tempat itu adalah salon, Salon
Crista. Namun pemiliknya tidak hanya menawarkan jasa perawatan
kecantikan bagi wanita. Di balik tirai yg memisahkan ruang belakang dgn
ruang utama salon, pemilik salon itu, Crista, sedang duduk selonjor di
atas tempat tidur yg biasa dipakai untuk luluran atau facial. Crista
berpenampilan cantik seperti biasa, rambutnya yg hitam lurus sebahu
tergerai. Pakaiannya juga seksi, seperti biasa. Ia mengenakan kaos
tanktop putih yg ketat membungkus badannya, juga rok mini kuning yg
mencapai setengah pahanya saja tidak, dan di bawah roknya Crista
mengenakan pantyhose nilon warna kulit. Kaki kanannya yg terbungkus
nilon itu terjulur, mengelus-elus selangkangan celana seorang lelaki
berbadan tegap yg duduk mengangkang menghadapinya di ujung lain tempat
tidur.
“Jadi Mas John yg ngatur?” tanya Crista dgn nada manja.
Lelaki yg dipanggil dgn sebutan Mas John itu mengenakan kaos hijau
dan celana dinas tentara, dia memang salah satu beking Crista yg masih
aktif sebagai perwira menengah di kesatuan setempat. Sembari menggumam
keenakan merasakan burungnya mengeras dielus-elus kaki Crista, dia
menjawab.
“Iya dong. Ngeberesin kroco sok jago seperti si Gede itu kecil.
Apalagi zaman sekarang, bikin amuk massa itu gampang. Kamu udah lihat
beritanya kan?” kata John.
“Ah, aqu gak suka nonton berita Mas, bosen,” kata Crista.
“Mestinya kamu lihat, ha ha ha… Soalnya ada muka jelek si Gede babak
belur dihajar massa, ampe berdarah-darah gitu. Kamu minta yg kayak gitu
kan, minta yg setimpal buat dia? Habis ini juga si Gede bakal dipecat
gara-gara bikin malu pemerintah. Salah sendiri, udah tahu ngadapin
kumpulan orang marah, malah ndableg. Biar mampus dia.”
Beberapa hari sebelumnya, terjadi insiden ketika satuan aparat yg
dipimpin Gede melaksanakan penggusuran. Entah mengapa, warga setempat
malah melawan aparat dgn membawa senjata tajam dan batu. Akibatnya
terjadi perkelahian berdarah yg menyebabkan 1 orang warga dan 1 orang
aparat tewas, dan puluhan orang luka berat termasuk Gede yg kepalanya
bocor kena timpuk dan sempat digebuki ramai-ramai.
Masyarakat dan media ramai menyalahkan, ada yg menganggap warga
mengamuk karena kekesalan yg sudah menumpuk terhadap aparat yg biasa
semena-mena. Yg luput dari perhatian semua orang adalah bahwa amuk warga
itu dipicu oleh beberapa provokator yg dikirim oleh John. Meskipun
sama-sama aparat, memang kadang ada ketegangan antar kesatuan di balik
permukaan, terutama dalam masalah urusan beking membekingi. Crista yg
boleh dianggap pengusaha kecil bisnis esek-esek tidak lepas dari beking,
dan dia cukup cerdik untuk tidak hanya memegang satu orang. Ketika Gede
berlaqu kelewatan terhadap dirinya dan Indira beberapa waktu lalu,
Crista memutuskan untuk membalas lewat jalan lain, menyingkirkan Gede
dgn menggunakan John, bekingnya dari kesatuan lain.
Rupanya John memilih membuat kerusuhan kecil untuk menyakiti
sekaligus menyingkirkan Gede. Sembari John bercerita bagaimana dia
merekayasa massa untuk menghajar Gede dan satuannya, kaki Crista terus
mengelus-elus gundukan keras di balik selangkangan celana si perwira.
Sementara itu Crista mengangkat sedikit demi sedikit tanktop-nya.
Perlahan-lahan tampaklah sepasang payudara Crista yg kenyal nan padat,
dgn puting yg sudah mengeras. John menjulurkan tangan kanannya,
menyentuh payudara Crista. Tangan John yg besar itu meremas kedua
payudara Crista sekaligus, di bagian dalam tempat keduanya bertemu. John
membuka sendiri resleting celana dinasnya dan mengeluarkan kemaluannya
dari balik celana dalam, sembari terus menggenggam kedua payudara
Crista. Crista mulai mengeluarkan suara merintih-rintih nikmat. Crista
mengangkat sedikit lututnya supaya kakinya bisa lebih enak
membelai-belai kemaluan John yg sudah terbebas. Mata John tak
lepas-lepas dari kaki nakal Crista di selangkangannya.
“Ughh…” John menggerung ketika ereksinya belai lembut oleh Crista,
kemaluannya ditekan ke perut oleh sekujur kaki Crista yg seperti memeluk
batang itu.
Crista berposisi duduk mengangkang dan John bisa melihat bahwa di
balik pantyhose Crista tak mengenakan celana dalam. Crista meningkatkan
gesekan kakinya, dan melihat badan John yg besar itu belingsatan
seperti kesetrum. Crista merasa menikmati posisi dominan itu, dia
sebagai seorang perempuan bisa memain-mainkan badan seorang lelaki yg
kekar seperti John dgn kakinya, seolah seorang ratu dan budaknya.
“Ahh… Crista…” John terlihat tegang, wajahnya meringis. Crista merayu,
“Udah mau keluar, Mas…?”
“Erghh sialannn… Sini!” Tanpa diduga, John bergerak. Tangannya yg
dari tadi bermain di dada
Crista kini merenggut tanktop yg sudah
menygsang di atas payudara, menariknya dgn kasar sehingga Crista dipaksa
merunduk ke depan. Crista kaget,
“MAS!!?? “
Dan teriakan berikutnya,
“AHH JANGAN DI MUKA MASSS!!”
Crista, yg suka bersolek, memang tak suka orang berejaqulasi di
mukanya. Dia memang sudah pernah melaqukan segala macam hal, namun ada
beberapa yg dia kurang suka, salah satunya adalah apabila mukanya
dinodai sperma. Seperti yg terjadi saat itu. John menarik Crista sampai
dia tersungkur ke depan, halamandewasa.com tertelungkup di alas tempat
tidur dgn muka menoleh, lalu John menekan kepala Crista sembari
berejaqulasi di pipi Crista yg berbedak dan berperona. John tertawa puas
melihat Crista yg tak senang. Begitu dilepas, Crista langsung bangkit
lagi, menyeka cairan berbau amis yg barusan mengotori pipinya, lalu
menampar John.
“Sialan!” maki Crista,
“Dari dulu kan ogut udah bilang gak suka orang ngecrot di muka ogut!” Wajah Crista berubah marah.
John tidak ikut marah, dia terus tertawa-tawa setelah si pemilik salon memakinya. Dgn kalem dia membalikkan kata-kata Crista.
“Suka-suka aqu mau ngapain kamu. Aqu udah repot-repot ngebalesin
dendam kamu sama si Gede kucrut itu, dan kamu tetep aja banyak maunya?”
John mendekat dan mencengkeram rahang Crista.
“Hei, Crista,” katanya dgn dingin namun tegas.
“Aqu tahu. Pasti kamu juga ngelunjak begini sama Gede, kan? Aqu
nggak heran. Kamu tuh udah tau cuma lonte, namun sombongnya kelewatan.
Masih ngerasa kayak dulu ya?”
“Uhh…” Crista meringis, gentar.
“Terserah Mas mau bilang apa. Urusanku sama Gede…”
“…sekarang jadi urusanku juga, kan?” John memotong.
“Inget, kamu yg datang ke aqu, ngerayu-rayu minta aqu ngasih
pelajaran ke si Gede. Aqu udah kasih
apa yg kamu mau. Jadi ya aqu boleh
ngapain aja, kan?” Crista tertunduk. Sebetulnya dia kesal, namun John
memang benar. Lagi-lagi posisi tawar Crista lemah.
“Ngerti?” tanya John lagi. Crista mengangguk.
“Kalau ngerti… sekarang kamu nungging.”
Crista patuh, dia pun berubah posisi jadi menungging di atas tempat
tidur sementara John turun dan berdiri di sampingnya. John mendekati
bagian bawah badan Crista, meremas bokong Crista yg kencang dan masih
terbungkus pantyhose itu. John terkekeh.
“He he he… Asyiik, bokong lonte.” Dia menampar bokong Crista dua
kali. Crista mendengking kaget. John lalu memelorotkan pantyhose Crista
sehingga bokong Crista tak lagi tertutupi, lalu kembali dia menampari
bokong Crista. Setelah puas, tamparannya berubah menjadi elusan dan
remasan. John lalu mengulum jarinya. Dgn membasahi jarinya seperti itu,
sudah jelas apa yg mau dia laqukan. Crista diam saja ketika satu jari
John memasuki kemaluannya. Kemudian tidak cuma satu, namun dua jari John
bergerak keluar-masuk kemaluan Crista. John tersenyum puas melihat
wajah Crista yg menatap kepadanya seolah memohon. Permainan jarinya
membuat si pemilik salon itu terangsang.
“Ah… ahh…” Crista mulai mendesah-desah, wajahnya yg berias tebal berkerut menahan nafsu yg mulai meninggi.
“Ahhh…”
John menjolokkan satu lagi jarinya, sehingga kini jari tengah, manis,
dan telunjuknya keluar-masuk di kemaluan Crista. John merasakan bagian
itu makin lama makin basah, pertanda pemiliknya sudah terhanyut oleh
birahi. John makin kencang menyodok-nyodok Crista dgn ketiga jari
tangan kanannya. Crista berusaha meraih ke belakang dan menahan agar
tangan John jangan terlalu kasar.
“Eit, mau apa?” Tangan kiri John yg belum melaqukan apa-apa gesit
menahan tangan Crista. Crista
tidak kuat melepaskan diri dari genggaman
John. John meregangkan jari-jari tangan kanannya, berusaha membuat
kemaluan Crista melebar. Crista mulai merasakan puncak kenikmatan akan
datang selagi cairan kemaluannya membasahi jemari John. John tertawa dan
memasukkan satu lagi, jari kelingkingnya, ke dalam sana. Lagi-lagi dia
berusaha merentangkan celah sempit yg dimasukinya selagi dia mendengar
nafas Crista memburu.
“Hehehe… Udah mulai longgar lu Cit. Empat jari ogut bisa masuk. Lu
kayaknya sebentar lagi kadaluarsa nih?” John berkomentar menghina.
“Bangke,” Crista balas memaki.
“Lonte,” hardik John,
“Sekarang lu diem. Ogut ga mau denger bacot lu, ogut mau memek lu aja.”
John naik ke tempat tidur ke belakang Crista, dan kemudian
menyorongkan kemaluannya yg sudah tegak lagi ke hadapan kemaluan Crista.
Di ujung kemaluannya menitik cairan bening, pertanda John pun sudah tak
tahan ingin melampiaskan nafsu.
“Ah… Hanhhh!” Crista melontarkan desahan ketika kemaluan John menembus kemaluannya.
Kemaluan John meluncur dgn mudah ke dalam celah yg sudah basah dan
teregang itu, menembus sampai pintu rahim. Crista tak diam saja, dia
mendesakkan bokongnya menikmati ereksi John.
“Haa… haaahhh…” Bibir merah Crista menganga, mengeluarkan suara-suara penuh nafsu.
Tangannya mencengkeram seprai. Pinggul John maju-mundur mendongsok
Crista. John makin bernafsu, dan dia berubah posisi. Tanpa mencabut
kemaluannya, John turun dari tempat tidur sehingga dia berdiri di
samping tempat tidur. Lalu kedua tangannya meraih kedua paha Crista, di
bagian belakang lutut. John yg memang berbadan kuat lalu mengangkut
seluruh badan Crista, sehingga dia kini menggendong Crista di depan
badannya.
Keduanya melanjutkan persebadanan dalam posisi yg tidak biasa itu.
Crista sudah seperti boneka yg digendong John, pasrah dalam
lengan-lengan perkasa John yg mengangkut kedua pahanya, punggungnya
bersandar ke dada John. Namun memang hubungan intim dalam posisi
menggendong itu tidak gampang, karena kemaluan John cuma bisa masuk
sedikit, jaraknya terlalu jauh. Akhirnya Crista dia taruh lagi di atas
tempat tidur.
“Hihihi… Sok jago sih,” goda Crista selagi John mencabut kemaluannya dari lubang Crista.
“Kurang panjang tuh adeknya…” Crista saat itu berposisi menyamping
dgn lutut tertekuk, bokongnya berada di pinggir ranjang. Dia melihat
John masih ereksi dan siap memasukkan lagi… ke lubang bokong.
“Emm…” Crista mengernyit ketika John akhirnya menekankan kepala
burung yg masih membesar ke pintu belakang. Kemaluan Crista sudah basah
karena baru di-invasi, namun bokongnya tidak siap.
“Ogut masuk ya… Uh! Ahh… Sempit!” kata John.
“Iiuhh!” Crista terengah ketika kepala burung John tiba-tiba memaksa
menerobos lingkaran duburnya. Dia secara refleks berusaha menghindar,
memang wajar kalau ada yg mencoba mendesakkan sesuatu ke dalam bokong.
Namun Crista tak bisa ke mana-mana selagi John mendorong pinggangnya ke
depan sembari menggerung keras. Masuklah kemaluannya ke dalam lubang
dubur yg tak sepenuhnya rela itu sedikit demi sedikit.
“Auh! Enak bangett! Bokong lu masih nggigit juga ya?” seru John sembari mengerang keenakan.
“Hssshh…” Crista mendesis, sakit campur enak, matanya berkaca-kaca
ketika merasakan sepotong daging yg keras dan panas di saluran
belakangnya.
John mulai bergerak maju-mundur menggempur pintu belakang Crista
tanpa ampun, kantong bijinya menampar-nampar belahan bokong Crista.
Untungnya bagi Crista, setelah dua-tiga menit rasa sakitnya berkurang
menjadi sekadar rasa kurang nyaman. Bokongnya sudah bukan perawan sejak
lama, jadi sudah tahu mesti bereaksi apa.
“Enak gak Cit? Lu masih suka bokong lu dientot kan?” tanya John sembari terengah.
“Iyah… Terus! Teruus!” Crista mulai merasa enak. Bagian bawah perutnya mulai merasakan sensasi nikmat dan jantungnya berdebar.
John melambat, menarik keluar kemaluannya pelan-pelan lalu ketika nyaris keluar dia masuk lagi dgn cepat dan kasar. Dan…
“Uh…hhh!”
Crista merasakan sesuatu yg panas menyembur di dalam bokongnya. John
ejaqulasi. Kedua tangan John mencengkeram belahan bokong Crista yg
berada di atas, seolah mau menyempitkan saluran yg sedang dimasuki
kemaluannya. John baru mencabut kemaluannya sesudah puas melampiaskan
nafsu di dalam bokong Crista. Ia merasakan sebagian sperma John ikut
meleleh keluar bersamaan dgn perginya kemaluan John dari dalam
bokongnya. Crista tetap berbaring menyamping, tidak langsung bangun.
Dilihatnya John mengambili tisu untuk menyeka badannya sendiri. Beking
Crista itu kemudian membereskan lagi pakaiannya.
“Sesuai perjanjian kita kemarin, ya. Besok-besok kalau aqu datang, kayak gini lagi ya.”
Crista dgn cepat mengambil selimut dan melilitkannya di sekeliling
badan, lalu berdiri mengantar John yg beranjak ke pintu ruangan. Crista
tersenyum sinis sembari menaruh tangannya di pundak John.
“Oke boss,” katanya dgn genit.
John membuka pintu, lalu berbalik dan mengecup pipi Crista. Lelaki
tegap itu kemudian menuju pintu keluar salon, tanpa mengacuhkan seorang
lelaki muda yg berdiri di tengah ruangan utama salon. Crista melotot
melihat lelaki muda itu.
“Franky?”
Memang masih jam kantor, namun entah kenapa, Franky ada di salonnya.
Adik Crista itu memejamkan mata dan geleng-geleng kepala melihat
kakaknya yg cuma terbungkus selimut dan tadi dicium seorang aparat
berseragam.
“Ya ampun, Kak…” keluh Franky.
“Apa sih?” Crista menoleh ke kanan-kiri dgn cuek, melihat ada satu
bungkus rokok di atas meja, mengambil sebatang dan menjepitnya di bibir,
halamandewasa.com lalu sibuk mencari korek api.
“Ada korek nggak?” tanya Crista kepada Franky.
“Kakak nggak pernah berubah, ya…” Franky tidak menanggapi pertanyaan kakaknya.
“Jangan sok kaget gitu lah,” kata Crista setelah menemukan korek gas di satu laci. Dia menyalakan rokoknya.
“Eh bukannya ini masih jam kerja?”
“Kak,” kata Franky dgn nada serius.
“Aqu mau tanya. Soal Indira.”
Crista membelalak tanpa berkata apa-apa. Wajahnya berubah serius juga.
“…Kakak pake baju dulu deh, sebelum jawab,” usul Franky. Risi juga dia melihat kakaknya cuma berbungkus sehelai kain.
*****
Sejam kemudian…
Franky sudah kembali ke kantor setelah tadi mampir sebentar ke salon
kakaknya, tanpa mampir ke rumah. Kepalanya terasa agak berat setelah dia
mendengar jawaban Crista.
“Indira, sedang apa kamu?”
Namun dia tahu sebagian penyebabnya adalah dirinya sendiri. Begitu masuk kantor, Febby, sekretaris Mang Japrak, memanggilnya.
“Mas Franky! Dicariin bos,” kata perempuan berkacamata itu. Franky
langsung menuju ruangan Pak Jupri alias Mang Japrak, atasannya.
“Nah ini baru dateng anaknya. Ke mana aja kamu? Kenalin, ini Pak
Enrico,” kata Mang Japrak yg sedang menghadapi seorang tamu yg
berpenampilan pengusaha.
“Franky,” Franky memperkenalkan diri.
“Enrico,” kata orang itu.
Pembicaraan dimulai. Enrico rupanya sedang menggagas kerjasama dgn
Mang Japrak untuk membuka perwakilan perusahaan itu di daerahnya.
Menurut Enrico, produk perusahaan mereka belum banyak tersedia di sana.
Mang Japrak sudah mengontak bagian-bagian lain perusahaan untuk
menceritakan rencana Enrico, dan perusahaan menyetujui. Maka sekarang
persiapan pembukaan cabang bisa dimulai.
“Jadi, saya ngundang Pak Jupri untuk berkunjung ke kota saya, biar
bisa lihat sendiri keadaan di sana. Sekalian nanti saya kenalkan dgn
rekan-rekan kita dan juga pihak berwenang di sana—lumayan, buat
memperlancar urusan kita,” kata Enrico.
“Pak Enrico, terima kasih undangannya,” jawab Mang Japrak.
“Saya senang sekali kalau bisa ke sana. Katanya di sana pembangunan
mulai rame, ya? Pasti beda dgn waktu dulu saya masih muda ke sana, dulu
sepi! Ah, namun sayg saya lagi jalani pengobatan, tidak boleh pergi
jauh-jauh untuk sementara waktu.”
Franky yg dari tadi mendengarkan langsung menoleh ke Mang Japrak. Dia
tahu Mang Japrak sebenarnya tidak sedang menjalani pengobatan (masalah
kesehatan Mang Japrak cuma ejaqulasi dini saja). Kata-kata barusan itu
sekadar alasan untuk…
“…jadi nanti biar yg ke sana Franky, sebagai perwakilan saya. Dia
sudah biasa ngurus semuanya. Gimana Franky, kamu bisa kan?” Franky
tersenyum.
“Bisa,” jawabnya pendek.
“Kapan, Pak Enrico?”
“Dua hari lagi saya pulang ke sana. Barangkali kita bisa bareng. Kira-kira perlu berapa hari?” kata Enrico.
“Seminggu?” Mang Japrak langsung memotong sebelum Franky menjawab. Enrico mengangguk setuju.
Seminggu sebenarnya terlalu lama, Franky membaygkan, sekadar survei
lokasi dan berkenalan dgn orang-orang setempat paling-paling perlu tiga
hari.
“Oke, kalau begitu nanti saya kontak lagi Pak Franky untuk
persiapannya. Semuanya biar saya yg urus,” kata Enrico. Kemudian
Enrico pamit dan pergi.
Kunjungi JUga Beritaseks.com
*****
Malamnya, di rumah Franky dan Indira…
“Mas mau pergi seminggu?” tanya Indira. Franky berbaring di tempat
tidur, sementara Indira duduk di depan meja rias. Keduanya hendak
beristirahat setelah seharian beraktivitas.
“Iya…” Franky menyebutkan nama kota tujuannya, yg terletak di pulau lain. Dilihatnya wajah Indira seperti kurang senang.
“Ajak dong Mas…” pinta Indira manja.
“Yah, gimana ya… kayaknya nanti bakal sibuk urusan kantor di sana. Ntar kamu malah nganggur di kamar hotel dong,” jawab Franky.
“Nanti kalau sempat cuti deh, kita ke sana. Katanya sekarang di sana
rame, banyak tempat wisata, soalnya pembangunannya maju. Kepala
daerahnya hebat.”
“Iih, curang,” Indira merajuk.
“Katanya perempuan dari sana cakep-cakep, ya?”
“Terus?” Franky nyengir. Namun dalam hatinya, dia mulai bisa membaca
isi hati Indira, karena dia
sudah mendengar penjelasan Crista. Makanya
dia tidak heran melihat Indira bukannya membersihkan muka untuk
persiapan tidur, malah memulaskan lipstik tipis saja di bibirnya.
“Pasti kamu mau ditraktir perempuan di sana… Iya kan?” kata Indira
sembari beranjak dari meja rias, lalu menghampiri suaminya di tempat
tidur.
Franky tersenyum melihat istrinya, perempuan cantik yg malam itu
berdaster kuning, berias wajah tipis, dan berbau wangi. Jelas Indira
tidak ingin langsung tidur… Indira berbaring menyamping, menghadap
Franky, memberikan ciuman mesra kepada suaminya.
“Yah… kamu tahu kan, biasa orang bisnis, entertain-nya gimana,”
Franky tidak berusaha mengelak.
Toh Indira sudah tahu salah satu
kelemahannya. Franky merasakan tangan Indira menyelip ke balik
celananya.
“Eh…”
Tangan Indira terasa licin. Licin dan mulai membelai-belai kemaluan
Franky. Franky merangkul istrinya dan mencium kening Indira.
“Hayo… mau ngapain tangannya di sana…” goda Franky.
Indira membalas dgn mengecup bibir Franky lalu menarik ujung kaos
Franky, menyingkap badan atas Franky. Sementara itu Indira terus
menciumi badan suaminya, dari bibir turun ke dagu, rahang, leher.
Franky menahan nafas. Ia sekarang paham sebagian besar ceritanya.
Perubahan Indira sesudah memergoki kebiasaan buruknya itu sebagian
disebabkan Crista juga. Crista bercerita bagaimana Indira minta saran
agar Franky tidak perlu lagi melirik perempuan lain. Dan kakaknya itu,
yah, sudah tahu apa yg Franky suka. Jadilah Crista membantu Indira
membentuk-ulang dirinya agar lebih bisa memenuhi impian Franky. Misalnya
seperti yg terjadi sekarang. Sebelumnya, Indira sangat konservatif dan
lebih banyak pasif di ranjang. Sekarang, Indira dgn genitnya merayu dan
menggeraygi Franky. Aksinya sudah tidak kalah dgn perempuan-perempuan
penghibur yg dulu (dan kadang sekarang) memberi Franky kenikmatan badan.
Indira yg dulu tidak terpikir melaqukan apa yg dilaqukannya kini.
Tangan Indira sudah menyentuh kemaluan Franky yg sedikit tegak,
jari-jari Indira merangkum batang Franky. Indira mulai membelai-belai
organ intim suaminya, dari bawah ke atas dan kembali lagi, dan
membuatnya tegang sempurna. Franky tersentak sedikit ketika kocokan
Indira makin cepat.
“Ah…” Franky melihat istrinya melirik nakal dan kembali mencium
bibirnya. Ah, betapa manis bibirnya. Ah… dia kok jadi jago ngocok
juga?
“Pelan… sayg…” bisik Franky.
Indira mengabulkan permintaan itu dan mengurangi intensitas
kocokannya. Franky tadi sudah nyaris keluar, namun dia tidak ingin
buru-buru. Tangan Franky mencengkeram lengan atas Indira, wajahnya
terlihat berusaha menahan kenikmatan, sementara rambut panjang Indira
menyapu hidung Franky selagi Indira mengulum salah satu telinga Franky.
Beberapa waktu lalu, Indira sempat memberikan servis ‘mandi kucing’,
dan Indira baru menemukan bahwa Franky punya titik sensitif di sana.
Franky mengerang keras selagi Indira kembali kencang mengocoknya.
Percikan-percikan cairan hangat lengket melompat keluar dari ujung
kemaluannya dan mendarat di mana-mana, di kaos dan dada Franky, di
daster Indira, di seprei. Indira tak melepas dan terus mengocok sampai
ejaqulasi Franky selesai.
“Yah… berantakan nih. Kamu sih nakal, gak bilang-bilang dulu,” goda Franky sembari menikmati perasaan nikmatnya.
“Habisnya Mas Franky mau pergi… jadi ya mumpung sempat sama Mas Franky,” jawab Indira.
Indira sendiri merasakan putingnya mengeras dan selangkangannya
membasah. Membuat suaminya bisa puncak kenikmatan dgn tangan sudah cukup
merangsang baginya, dan andai Franky mau melanjutkan, dia merasa dia
bisa langsung ‘dapat’. Franky meraih wajah Indira. Ciuman yg menyusul
sungguh panas. Lidah mereka berdua saling menjelajah, tetap seperti
menemukan hal-hal baru meski keduanya sudah berkali-kali berciuman.
“Beresin dulu nggak?” goda Indira.
“Nggak usah, kan mau dilanjutin?” Franky menanggapi.
Detik berikutnya Indira didorong sehingga telentang, kedua
pergelangan tangannya ditahan kedua tangan Franky, kedua lutut Franky
mengepit kedua pahanya.
“Aqu kan masih dua hari lagi perginya, sayg,” kata Franky pura-pura tak butuh.
“Biarin aja… Mas…” Franky melihat Indira menggigit bibir kemudian kembali berkata.
“Mas aqu pengen…”
Franky tidak perlu diminta lagi. Sedetik kemudian badan keduanya sudah bersatu.
Kamis, 25 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar