“Dasar kamu, udah gede masih nyusu ke mamanya. Tuh lihat burung kamu negang gitu” Ujarku menggoda anakku yang nakal ini. Dia masih dengan enaknya menyusu ke mamanya dengan penis yang tegang dan menempel di celana tidurku. Tiba-tiba terdengar suara pagar digeser, suamiku pulang. Dengan segera Dio melepaskan kulumannya dan memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan berlari ke kamarnya. Aku juga segera memakai bra dan memasang kembali kancing kemejaku.
“Udah pulang pa?” tanyaku cukup panik.
“nggak, baru pergi.. ya iyalah baru pulang” katanya tertawa diikuti tawaku. Tunggu.. apa itu, celana dalamnya Dio, gawat.. udah barusan mesumin mamanya terus celana dalamnya pake ketinggalan lagi.
“nggak, baru pergi.. ya iyalah baru pulang” katanya tertawa diikuti tawaku. Tunggu.. apa itu, celana dalamnya Dio, gawat.. udah barusan mesumin mamanya terus celana dalamnya pake ketinggalan lagi.
“Gimana di rumah? Baik-baik aja kan?” katanya menuju tempat aku dan Dio melakukan kemesuman barusan.
“iya pa, baik-baik aja kok” kataku
tenang. Aku berusaha menutupi pandangan suamiku dari arah sofa dimana di
bawahnya masih tergeletak mayat, maksudku celana dalam Dio.
“mandi dulu gih pa, bau tuh papanya
seharian gak mandi. Mau dibuatin kopi?” anjurku padanya. Tentu saja
supaya dia cepat beranjak dari sana sehingga aku bisa membereskan celana
dalam itu. Dia mengiyakan dan segera beranjak ke kamar dan mandi. Aku
segera memungut celana dalam anakku. Ku lihat bagian tengahnya agak
basah tapi tidak lengket. Sepertinya dia memang susah horny dari tadi.
—
Aku ketuk pintu kamarnya, dia segera
membukanya. Dia telah mengenakan baju dan celananya sendiri tapi aku
tidak yakin dia pakai kolor.
“Nih celana dalam kamu ketinggalan,
untung gak nampak sama papamu, lain kali hati-hati dong sayang,
niiihh….” kataku sambil menyerahkan celana dalamnya.
“Iya mah, sorry buru-buru.” Jawabnya sekenanya.
“tapi tanggung nih, gak enak banget rasanya” sambungnya.
“ya gimana lagi dong sayang, papamu udah pulang tuh..” jawabku cuek.
“papa lagi mandi kan mah.. bisa tuh ma sebentar, ayo mah” katanya menarik tanganku masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu.
“ duh, aduh sayang.. iya-iya tapi
pelan-pelan dong nariknya, sakit tangan mama” kataku pura-pura manja.
Dia yang kayanya sudah tidak tahan apalagi tadi benar-benar tanggung
baginya segera meloloskan pakaiannya memperlihatkan penisnya lagi
dihadapan ibu kandungnya. Aku lagi-lagi terpana melihat ukuran penisnya
yang cukup besar yang tidak kalah dari papanya.
“terus mama harus telanjang dada lagi nih di depan anak mama satu ini?” kataku menggodanya.
“iya dong mah, masa nggak.. kalau boleh sih gak cuma telanjang dada aja mah” ujarnya nakal.
“terus telanjang apa? ayooo.. kamu kepingin lihat mama telanjang di depanmu ya? Anak mama nakal yah…” kataku menggodanya lagi.
“lain kali yah sayang, kalau kelamaan
entar ketahuan papamu” kataku, ku lihat wajahnya cukup kecewa tapi ya ku
biarkan saja walau agak gak tega. Ku buka bra dan kancing kemejaku
lagi, kali ini kololoskan seluruh kemeja dari tubuhku sehingga bagian
atas tubuhku kini benar-benar polos di depan anak kandung laki-lakiku.
“mama cantik…” katanya terpesona melihat
tubuh atasku, yang terpampang bebas dihadapan matanya untuk dia
nikmati. Aku juga merasakan perasaan lain telanjang dada didepan anak
kandung laki-lakiku sendiri apalagi suamiku ada dirumah dan kami bisa
ketahuan kapanpun, hal ini membuat jantungku berdebar tidak karuan, ku
rasa air susuku makin bertambah dan memenuhi payudaraku karena perasaan
ini.
“ayo cepetan sayang” kataku padanya
supaya mempercepat aktifitas mesum ini. Dia segera mendekatiku dan
mengulum lagi payudaraku, air susuku kembali masuk ke mulutnya dengan
derasnya. Tangannya yang satu lagi meremas payudaraku yang satunya
sehingga air susuku menyemprot-nyemprot melumuri tangannya dan lantai
kamarnya. Kami melakukan ini sambil berdiri. Di sela-sela aktifitas
nakalnya ku lihat dilaptopnya menayangkan adegan porno, sepertinya
sebelum ini dia yang merasa tanggung itu menuntaskan birahinya dengan
menonton bokep.
Ku lihat air susuku mengalir disela
mulutnya dan sampai kedagunya yang sudah ditumbuhi janggut tipis. Anakku
benar-benar sudah besar sekarang. Kadang dia melepaskan kulumannya dan
memainkan putingku dengan lidahnya, tidak hanya putingku, tapi seluruh
permukaan kulit payudaraku juga mulai dijilatinya sehingga permukaan
payudaraku basah dan tanpak mengkilap. Aku senyum-senyum saja, kubiarkan
saja aktifitasnya mesumnya ini.
Tidak lama kemudian wajahnya mulai mengerut, sepertinya dia mau keluar.
“Keluarin aja sayang, tumpahin aja ke mamamu ini” ujarku padanya. Dia
tidak menjawab dan semakin kencang mengulum dan menjilat payudara ibu
kandungnya ini. “Crooot crooot… “ akhirnya spermanya keluar, karena
posisi kami yang seperti itu spermanya jadi mengenai celana panjang
piyamaku tepat di depan daerah kewanitaanku.
“udah sayang? Puaskan?” dia mengangguk.
Akhirnya dia melepaskan kulumannya dan menarik diri menjauh dari sisiku.
Aku segera mengenakan kembali bra dan kemejaku. Kulihat dia masih
keenakan sambil duduk di ranjangnya. Aku segera keluar dari kamarnya.
“Besok lagi yah ma.. hehe” pintanya nakal.
“hmmm… liat aja deh besok, dasar kamu..” aku keluar dan menutup pintu
kamarku dan segera
menuju ke kamarku. Ku lihat suamiku telah selesai
mandi. Karena tadi aku juga sempat horny karena kelakuanku dengan anakku
aku mengajak suamiku melakukannya. Kami melakukan hubungan suami-istri
yang panas malam itu hingga akhirnya kami tertidur (gak perlu
diceritakan deh detailnya, soalnya biasa dan pembaca juga tahu apa yang
terjadi).
Esok harinya aku bangun pagi seperti
biasanya. Beres-beres rumah dan menyiapkan sarapan untuk suami dan
anakku. Saat sedang sibuk memasak di dapur, sepasang tangan merangkul
pinggangku, ku lihat ke belakang ternyata Dio anakku dengan tubuh
telanjang hanya membawa handuk yang di kalungkan di lehernya.
“ sayang, apaan sih, bukannya mandi.. ntar kamu terlambat ke sekolahnya” kataku sambil berusaha melepas pelukan tangannya.
“bentar mah, abis bangun pagi ngaceng
nih, apalagi liat mama gini.. mama lanjutin aja deh masaknya, Dio gak
ganggu kok”jawabnya. Saat ini aku menggunakan daster dengan celemek
untuk masak. Aku biarkan saja dia memelukku dari belakang sambil aku
masih terus memasak. Lama-kelamaan dia mulai meraba payudaraku dari
balik celemek dan dasterku, juga masih aku biarkan saja. Selanjutnya dia
mulai menggoyangkan pinggulnya, menggesek-gesekkan penis tegangnya di
belahan pantat ibu kandungnya ini yang masih tertutup kain.
“sayang, kamu mulai nakal yah.. masa
gesek-gesikin itunya kamu ke mama sih” kataku tapi tidak berusaha
melepaskan diriku darinya. Dianya ketawa-ketawa saja.
“itu apa mah? ngomong yang jelas dong mah” katanya pura-pura bodoh menggodaku.
“itu kamu.. burung kamu” kataku dengan agak sebal karenanya, hentakan penisnya makin keras dan kencang saja di belahan pantatku.
“itu bukan burung mah, tapi kontol mah.. coba mama bilang lagi” katanya kurang ajar mempermainkan mamanya.
“iya… kontol. Masa kontol kamu digesekin di pantat mama gitu sih sayang” kataku menuruti kemauannya.
“Digesekin gimana mah?” katanya
pura-pura bodoh lagi, kali ini makin kencang saja gesekannya di belahan
pantatku, bahkan menyelip di pahaku sehingga kain dasterku ikut terlipat
di antara pahaku. Selanjutnya dia melepaskan pelukannya tapi kini malah
meraih bokongku dan memegangnya, dia lanjutkan kembali aktifitas
mesumnya terhadapku. Kini posisiku seperti sedang disetubuhi olehnya
dari belakang.
“kainnya menghalangi aja nih mah” katanya. Aku diamkan saja perkataannya sambil dia masih asik dengan aktifitasnya.
“Ma, temenin Dio mandi dong mah.. udah lama nih gak rasain dimandiin
mama” pintanya terhadapku. Sebenarnya itu adalah permintaan yang biasa
dari seorang anak pada ibunya, namun tidak bila anaknya sudah sebesar
ini, dengan bulu yang sudah tumbuh disekitar kemaluannya.
“kamu ini ada-ada aja, mandi sendiri
sana.. lagian papamu bentar lagi bangun, udah sana mandi, terlambat
nanti sekolahmu” jawabku menolak permintaanya.
“ yah.. mama, tapi nanti habis pulang sekolah Dio tagih ya ma, hehe”
pintanya. Akhirnya dia masuk ke kamar mandi di samping dapur dan segera
mandi. Dia sempat membuka pintu kamar mandi dan menunjukkan penisnya di
hadapanku.
“Ma.. liat nih..” katanya sambil
mengocok penisnya yang berlumuran busa sabun dihadapanku. Sungguh
perbuatan yang cabul terhadap ibu kandungnya sendiri.
“kamu apa-apaan sih, tutup pintunya” suruhku padanya tapi tanpa menunjukkan kemarahan. Akhirnya dia menutup pintu dan melanjutkan mandinya.
“kamu apa-apaan sih, tutup pintunya” suruhku padanya tapi tanpa menunjukkan kemarahan. Akhirnya dia menutup pintu dan melanjutkan mandinya.
Kami pagi itu serapan bersama seperti
biasa, aku sarapan sambil menyusui bayiku dan Aku dan Dio duduk
berhadap-hadapan, sehingga dia serapan sambil juga memandang payudaraku
yang sedang menyusui adiknya. Suamiku sih menganggap biasa aku yang
menyusui di hadapan Dio. Sedang asik-asiknya serapan kaki Dio
mengelus-ngelus kakiku dari bawah meja sehingga perbuatannya ini tidak
terlihat oleh suamiku. Aku hanya melototkan mataku kepadanya sebagai
isyarat agar dia berheti, namun dia Cuma senyum-senyum kecil saja. Dasar
anak nakal,kataku dalam hati. Dia lakukan kemesuman itu sampai kami
selesai sarapan. Lalu diapun berangkat ke sekolah dengan motornya begitu
juga suamiku yang juga berangkat kerja.
—
“Tok-tok” Terdengar suara ketukan pintu
depan. “ma…. Dio pulang…” ternyata Dio anakku yang sudah pulang. Siang
itu aku sedang mencuci baju, segera ku bangkit dan menuju pintu depan.
“Lama amat sih ma” sambil masuk dan melepaskan sepatunya.
“iya.. mama lagi nyuci dibelakang, tumben kamu cepat pulang biasanya keluyuran dulu?” tanyaku.
“kan mau nagih janji mandi bareng mama” jawabnya cengengesan.
“dasar kamu, emang ada mama janji? Hmm… yaudah letakkan tas kamu dulu ke
kamar, mama
tunggu di belakang.” Kataku sambil menuju kamar mandi
belakang yang mana juga tempat mencuci, dia juga menuju kamarnya.
Setelah beberapa saat dia telah kembali dengan hanya mengenakan celana dalamnya. “dasar kamu.. udah gak tahan yah…?” godaku.
Setelah beberapa saat dia telah kembali dengan hanya mengenakan celana dalamnya. “dasar kamu.. udah gak tahan yah…?” godaku.
“Hehe.. iya nih ma” jawabnya. Aku segera mengajaknya masuk kedalam kamar mandi.
“ Masa udah gede gini masih dimandikan mamanya sih? Sini mama yang
bukain kolor kamu” kataku tersenyum manis sambil membuka celana dalamnya
dan menaruhnya ke tempat cucian. Penis tegangnya mencuat di hadapanku,
ibu kandungnya .
“Mama harus ikutan mandi juga nih?” kataku menggoda padanya.
“Iya dong mah..” jawabnya penuh mesum.
“ dasar kamu.. mama sendiri dimesumin” kataku tersenyum menatap matanya.
“Mama sih.. cantik, seksi, terus gak nolak di mesumin anak kandungnya..
hehe” ujarnya kurang ajar
padaku, aku hanya tersenyum saja mendengar
jawabannya. Aku mulai membuka pakaianku dimulai dari kaos, kemudian
celana, bra dan terakhir celana dalamku. Kini aku benar-benar bugil
dihadapannya, dia menjadi orang kedua yang melihatku bugil setelah
suamiku. Jantungku berdegup kencang, apa aku harus melakukan ini? Mandi
bersama anak laki-lakiku yang sedang horny berat terhadap ibu kandungnya
sendiri. Tapi sisi lain diriku ingin mencoba hal yang nakal seperti
ini, menyadari hubungan kami ibu dan anak kandung makin membangkitkan
gairahku menjadi meluap-luap, pastinya Dio anakku juga merasakan hal
yang sama.
Dia mulai mendekati tubuhku yang
telanjang didepannya. “Mama cantik banget” katanya mulai meraba
payudaraku dan mengusap-ngusap punggung dan pinggangku.
“Aduh.. kamu ini mau mandi atau grepe-grepe mama sih sayang?” tanyaku
tapi tidak berusaha menepis tangannya. Dia dekatkan mulutnya ke
putingku, kembali air susuku yang sudah memenuhi payudaraku memenuhi
mulutnya dan dengan nikmat masuk ke kerongkongannya. Air susuku dihisap
habis-habisan olehnya.
“Hisap yang kiri juga dong sayang, masa
yang kanan mulu” ujarku padanya. Diapun memindahkan kulumannya ke dada
kiriku. Cukup lama dia hisap susuku sambil berdiri, kedua dadaku dia
hisap bergantian. Penisnya yang tegang kadang menyentuh pangkal pahaku,
menggesek-gesek disana disekitar vagina dan paha atasku, ku biarkan saja
aksinya tersebut.
“Hmm.. sayang, penis kamu nyentil-nyentil mama tuh..” kataku tapi dia masih asik meminum susuku.
“Ma.. penis Dio diselipin di dada mama
dong..” pintanya. Sepertinya dia sudah horny berat. Aku yang juga sudah
mulai horny mengiyakan permintaannya. Aku jongkok di depannya, dia
letakkan penisnya diantara kedua buah dadaku dan mulai memompanya maju
mundur. Aku juga ikut membangkitkan gairahnya dengan ikut mengayunkan
tubuhku naik-turun dan meremas kedua payudaraku sendiri sehingga air
susuku muncrat mengenai pahanya dan melumuri penisnya yang sedang nikmat
menggesek-gesek disela buah dada ibu kandungnya.
Kami keluar dari kamar mandi dengan
masih bertelanjang bulat. Dia terduduk di ranjang sambil melihat aku
yang sedang mengeringkan rambutku. Ku lihat penisnya bangkit lagi
melihat tubuhku.
“Ayo… kamu mikirin apa? Tuh tegang lagi penismu” godaku.
“Hehe .. iya nih ma.. Dio liatin mama sambil ngebayangin Dio lagi
ngentotin mama, pasti enak tu mah..” katanya vulgar kurang ajar kepada
ibu kandungnya.
“Hushh.. kamu ngomongnya kurang ajar amat sama mama” kataku tersenyum dan tertawa kecil mendengarnya.
“Ma.. ngentot yukk” ajak anakku ini.
“Yuk ma.. udah gak tahan nih pengen ngentotin mama, apalagi diranjang
mama sama papa” katanya makin kurang ajar saja. Aku tentu saja keberatan
dengan permintaannya tersebut, itu sudah terlalu jauh, tapi aku yang
tidak tega dan juga horny akhirnya memberi dia keringanan.
“Kamu gesek-gesekin penis kamu di vagina
mama aja yah sayang.. tapi jangan dimasukin, dosa loh kalau bohong”
anjurku, dia yang sudah horny mengiyakan saja ajakanku.
“Yuk, sayang naik ke ranjang mama” ajakku. Kami berdua naik ke atas
ranjang, ranjang dimana biasanya hanya ada aku dan suamiku diatasnya
untuk tidur ataupun bercinta, kini di atasnya telah berada aku dan
anakku yang telah bertelanjang bulat, yang sudah terbawa nafsu sedarah
yang menggebu-gebu.
Dia mulai merangkak diatas badanku dan
mulai menggesek-gesekkan penisnya di permukaan vaginaku.“Inget ya
sayang, jangan sampai masuk, punya papamu lo itu..” kataku
mengingatkannya kembali. Dia hanya mengangguk saja sambil tersenyum dan
melanjutkan aksinya menggesek-gesekkan penisnya dipermukaan vaginaku.
“Ma, masukin dikit boleh yah ma… kepalanya aja kok, plissss..” pintanya memelas.
“Kan tadi janjinya Cuma gesek-gesekin
aja, gimana sih? Ya udah deh.. tapi janji ya Cuma kepalanya” kataku
menyetujui permintaan mesumnya. Dia arahkan ujung penisnya tepat di
depan vaginaku, mencoba memasukkan kepala penisnya diantara bibir
kemaluanku. Perlahan ujungnya mulai masuk dan akhirnya kepala penisnya
masuk ke dalam kemaluanku. Dia mulai mengayunkan badannya maju mundur
dengan kepala penis yang telah masuk ke dalam vagina ibunya.
“Ouuhhh… enak mah” racaunya. Nafsu sudah
meyelimuti kami, membakar birahi kami ibu dan anak. Walau hanya
kepalanya saja yang masuk namun sepertinya sudah memberikan kenikmatan
yang luar biasa baginya. Kadang penisnya masuk lebih dalam tapi tidak
seluruhnya, aku yang menyadarinya membiarkannya saja. Melihat aku yang
tidak melawan, dia lanjutkan kembali aksinya memasukkan penisnya lebih
dalam ke vaginaku. Hingga akhirnya ku sadari bahwa dia telah memasukkan
penisnya seluruhnya, maju-mundur di vagina ibunya.
“oghhhhhhh….. terus sayang, kamu nakal..
menyetubuhi ibu kandungmu sendiri… diatas ranjang mama dan papamu lagi…
oghhhh… yaaahhh… enak sayang… terus anakku.. setubuhi ibumu” kataku
kesetanan. Kami semakin menggila, dia makin cepat memompa diriku.
“Ma… mau keluar mah…” erangnya.
Ranjangku betul-betul bergoyang kencang, bahkan dengan suamiku kami
tidak pernah bersetubuh sehebat ini. Tubuh kami bermandikan keringat.
Membayangkan hubungan kami ibu dan anak makin membuat nafsuku tak
terkendali, apalagi membayangkan kalau aku hamil oleh anak laki-lakiku
sendiri.
“Keluarin didalam saja sayang.. hamili
mamamu iniiii” kataku yang telah dibanjiri nafsu yang tak terbendung.
“Crooot…crooot” dia menyemprotkan spermanya berkali-kali berbarangan
dengan orgasmeku, memenuhi rahim ibu kandungnya sendiri. Dia kelihatan
sangat puas. Sesudah itu sepanjang sore hingga malam kami lanjutkan
ronde-ronde selanjutnya, kami bahkan lupa untuk makan, bahkan bayiku
yang sedang menangis-nangis sampai terabaikan olehku. Kini yang ada
dipikiran kami hanya persetubuhan sedarah. Genangan sperma dan air
susuku yang tidak berhenti menyemprot ada dimana-mana, belepotan diatas
ranjang aku dan suamiku ini, bahkan ditubuhku sudah belepotan spermanya
yang tidak pernah puas menyiram di dalam maupun diluar tubuh ibu
kandungnya ini.
Sedangkan dia sangat kenyang meminum air
susuku yang sepertinya tidak ada habisnya, melumuri penis dan tubuhnya
dengan susuku. Aku bahkan melakukan apa yang belum pernah ku lakukan
pada suamiku, yaitu menjilati dan mengulum penisnya serta menelan
spermanya yang kini aku lakukan terhadap anakku tanpa rasa keberatan.
Aku juga menjilati lubang anusnya dan menyodok lubang anusnya dengan
lidahku sedalam yang ku bisa, selain itu aku juga membenamkan payudaraku
dengan putting yang mencuat tegak ke sekitaran lubang anusnya,
membasahi selangkanngannya dengan air susuku, yang semakin membuatnya
merasa kenikmatan. Sebuah kenikmatan yang diperolehnya dari ibunya
sendiri. Kami melakukan ini sampai lupa waktu, entah sudah jam berapa
ini. Bisa saja suamiku pulang kapanpun itu, namun membayangkan suamiku
memergoki kami sedang melakukan perbuatan tidak bermoral ini, antara
istri dan anak kandungnya sendiri, di dalam kamar kami dan diatas
ranjangku dan suamiku, malah membuat sisi binalku semakin gila
menjadi-jadi.
“TERUS SAYANG.. SETUBUHI MAMA… JANGAN
BERHENTI… SIRAM PEJUMU KE
RAHIM MAMA SEPUAS-PUASMU… HAMILI MAMA… MAMA
DISINI SEBAGAI PEMUAS
NAFSUMU ANAKKU… “Racauku kesetanan.
Bersambung…
0 komentar:
Posting Komentar