Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Sebenarnya aku teramat malu untuk menceritakan kejadian tragis ini,
bagaimanapun ini rahasia keluarga, aku dan mama. Waktu itu hari Minggu
pagi, pertengahan bulan Desember 2015, ketika liburan sekolah semester
ganjil, semester pertama setelah di SMU.
Pada hari itu aku diminta mama untuk mengantar ke Solo, katanya ada
acara reuni dengan teman-temannya di kota Solo. Dengan sepeda motor
pemberian mama sebagai hadiah ulang tahun ke-17 juga sebagai hadiah aku
diterima di salah satu SMA negeri bonafid di kabupaten, aku antar mama
ke Solo, tepatnya di kota Palur.
Sesampainya di tujuan, sudah banyak teman mama yang hadir. Mereka datang
berpasangan (mama sudah menjanda ketika aku duduk di kelas II SMP, papa
tertanggap menghamili gadis tetangga). Semula aku kira mereka pasangan
suami istri atau ibu dengan puteranya sepertiku, namun lama-lama aku
menjadi sangsi. Bagaimana tidak, meskipun selisih usianya cukup jauh
tapi mereka tampak begitu mesra. Bahkan ketika mama memperkenalkan aku
kepada teman-temannya sebagai anaknya, mereka semua tidak percaya,
malah-malah mereka bilang mama hebat dalam memilih pasangan. Beberapa
lelaki, yang semula aku anggap suami-suami mereka, banyak yang memberi
semangat kepadaku.
Menurut mereka, aku merupakan lelaki yang beruntung bisa mendapatkan
cewe seperti mama, selain cantik, muda dan tidak pelit namun yang lebih
penting duitnya banyak. Sebenarnya aku malu, marah dan kesal. Bagaimana
tidak marah, mereka tetap tidak percaya kalau aku anak mama yang
sebenarnya. Namun demi melihat mama hanya tersenyum saja, aku tak
menampakkan kesemuanya itu.
Dalam perjalanan pulang mama baru cerita semuanya kalau sebenarnya
mereka bukan suami istri atau ibu dengan anak-anaknya, mereka merupakan
pasangan idaman lain (PIL). Mama juga cerita mengapa tadi hanya
tersenyum waktu mereka bilang aku pasangan mama dan hanya sedikit
membela diri bahwa aku anaknya yang sebenarnya.
Menurut mama susah menjelaskan kepada mereka kalau aku anak mama yang
sebenarnya, karena dihati mereka sudah lain. Mama juga cerita kenapa
mengajak aku untuk mengantar ke acara tersebut, selain aku libur juga
mama akan susah menolak seandainya nanti lelaki (gigolo) yang mereka
tawarkan kepada mama jadi datang. Selama ini sudah sering mama
diolok-olok oleh mereka. Mama dikata sebagai janda muda yang cantik dan
punya uang tapi kuper. Dan jadwal selanjutnya, tahun baru (siang) di
yogyakarta, di rumah Tante Ina.
Dua minggu sejak pertemuan di Solo, Tahun Baru pun datang, 1 Januari
2016. Dengan sepeda motor yang sama aku antar mama ke rumah Tante Ina di
yogyakarta. Sengaja untuk acara ini aku minta mama untuk membeli
beberapa pakaian, aku tidak terlalu kalah gengsi dengan cowok-cowok
mereka. Sesampainya kami di di rumah Tante Ina, teman-teman mama sudah
banyak yang datang lengkap dengan centheng-centhengnya. Ketika datang
kami disambut dengan peluk dan cium mesra.
Rumah Tante Ina cukup besar dan luas, cukup untuk menampung lebih
dari 30 orang. Acara dibuka dengan sambutan selamat datang dan selamat
tahun baru dari tuan rumah, dilanjutkan dengan makan bersama dan
seterusnya acara biasa “ngerumpi”. Entah usul dari siapa, diruangan
tengah menyetel VCD porno. Kata mereka biasa untuk menghangatkan suasana
yang dingin karena musin hujan.
Bisa dibayangkan bagaiaman perasaanku, diusia ke-17 dikala tingkat
birahi sedang tumbuh
menyaksikan kesemuanya ini. Mamapun juga tampak
kikuk terhadapku, terlebih ketika Tante Astuti dan pacarnya tampak asyik
bercium mesra disampingku dengan tangannya yang gencar menjelajah dan
suaranya yang cukup berisik. Dan diantara kegelisahan itu, Tante Ina
membisikkan kepada kami kalau mau boleh menggunakan kamar diatas. Sambil
menyerahkan kunci dia ngeloyor pergi sama pacarnya.
Aku dan mama hanya tersenyum, tapi ketika aku toleh di sekeliling
sudah kosong, yang ada tinggal Tante Melani dan Tante Yayuk beserta
pasangan mereka masing-masing, dimana pakaian yang mereka kenakan juga
sudah kedodoran dan tidak lengkap lagi. Dengan rasa jengah mama
mengajakku ke lantai atas.
Di lantai atas, di kamar yang disediakan untuk kami, tidak banyak
yang dapat dilakukan. Kasur yang luas dan kain sprei yang berwarna putih
polos hanya menambah gairah mudaku yang tak tersalurkan. Mama minta
maaf, kata mama kegiatan semacam ini tidak biasanya diadakan waktu siang
hari, dan baru kali ini mama ikut didalamnya (biasanya mama tidak hadir
kalau acara malam hari). Sewaktu akan keluar kamar mama sengaja membuat
rambutnya tampak awut-awutan (biar enggak ada yang curiga, katanya).
Waktu menunjukkan pukul 15.30 wib acara selesai. Pertemuan
selanjutnya dikediaman Tante Astuti di Solo, bertepatan hari ulang tahun
Tante Astuti yang ke-42. Sejak acara mendadak di rumah Tante Ina,
selama dalam perjalanan pulang, mama tak banyak bicara. Kebekuan ini
akhirnya cair waktu kami istirahat isi bensin.
Satu hal yang tak dapat kulupa dari mama, ketika akan keluar kamar
atas tidak tampak penolakan mama waktu aku sekilas mencium pipi dan
bibirnya serta waktu akan pamitan pulang mama juga tampak santai ketika
tanganku sekilas meremas buah dadanya.
Ketika aku tanyakan semua ini, mama hanya tersenyum dan mengatakan kalau aku mulai nakal.
Sehari menjelang pertemuan di rumah Tante Astuti mama tanya sama aku,
mau datang apa enggak karena malam hari dan takut hal-hal seperti
dirumah Tante Ina yang lalu akan terulang. Karena bertepatan hari ulang
tahun Tante Astuti aku sarankan hadir, masalah yang lalu kalau memang
harus terjadi yach itung-itung rejeki, kataku sambil berkelakar.
5 Februari 20 di rumah Tante Astuti suasana hingar-bingar. Maklum
Tante Astuti seorang janda sukses dengan seorang putera yang masih
kecil. Dalam acara hari ini Tante Astuti sengaja mendekorasi rumahnya
dengan suasana diskotik. Dentuman musik keras, asap rokok dan bau
minuman beralkohol menyemarakkan hari ulang tahunnya.
Setelah memberikan ucapan selamat dan mencicipi makan malam acara
dilanjutkan dengan ajang melantai. Sebenarnya mama sudah berusaha untuk
tidak beranjak dari tempat duduknya, namun permintaan Tante Susan agar
mama bersedia berdansa dengan relasi Tante Susan jualah yang membuat
mama bersedia bangkit. Tak tega aku melihat kekikukan mama apalagi
relasi Tante Susan tampak berusaha untuk mencium mama, serta merta
akupun berdiri dan permisi kepada relasi Tante Susan agar mama berdansa
denganku.
Kujauhkan rasa sungkan, malu dan grogi. Kurengkuh pinggang mama
sambil terus berdansa kuajak ke arah taman untuk istirahat minggir dari
keramaian pesta.
Dibangku taman bukan ketenangan yang kudapat, justru yang ada Tante
Vita dan Tante Mitha dengan pasangannya asyik bercumbu mesra. Kepalang
tanggung mau kembali ke pesta kasihan mama yang sudah cukup lelah selain
tak enak sama mereka karena kalaupun kembali ke dalam harus melewati
Tante Vitadan Tante Mitha.
Akhirnya mama memutuskan kami tetap dibangku taman sambil menunggu
pesta usai. Supaya Tante Vitadan Tante Mitha tidak merasa jengah, mama
memintaku untuk menciumnya. Awalnya hanya sekedar pipi dan sekilas bibir
namun demi mendengar dengus nafsu Tante Yani, nafsu mudaku pun tak
dapat kutahan. Tak hanya kecupan, justru pagutan yang lebih dominan dan
tanpa sadar entah kapan mulainya, tangan ini sudah bergerilya di dalam
baju mama, memeras, memilin dan ….. hingga teriakan nafsu Tante Mitha
menyadarkan perbuatanku atas mama.
Bercampurlah rasa malu, bersalah dan entah …. pada diri ini, aku
mengajak mama untuk segera pamit kepada tuan rumah meskipun Tante Astuti
menyarankan kami menginap dirumahnya.
Sesampainya dirumah kutumpahkan rasa sesalku atas perbuatan tak
senonohku pada mama. Lagi-lagi mama hanya tersenyum dan mengatakan tak
apa-apa, wajar orang lupa dan khilaf apalagi suasana seperti di rumah
Tante Vitayang serba bebas. Sambil iseng aku bertanya mengapa waktu itu
mama tidak menolak. Kata mama supaya Tante Vitadan Tante Mitha tak
terganggu apalagi waktu itu aku tampak bernafsu sekali. Oleh mama aku
tak perlu memikirkan yang sudah-sudah dan sambil beranjak tidur mama
masih sempat mencium pipiku.
Namun bagaimana aku bisa tak perlu memikirkan yang sudah-sudah
sementara nafsu sudah bersimaharajalela. Karena tetap tak bisa tidur,
dengan terpaksa tengah malam (+ 02.00 wib) kubangunkan mama. Dikamar
tengah kucumbu mama, kucium, kupagut dan tangan ini tak terhalang
bergentayangan disekujur tubuh mama. Namun tangan ini akhirnya berhenti
sebelum sampai pada tujuan akhir, tempat yang teramat khusus.
Pagi harinya tak tampak kemarahan pada wajah mama, sambil sarapan
pagi mama malah berkata kalau aku mewarisi sifat-sifat papa yang nakal
tanpa menegur kelakuanku tadi malam. Bahkan mama geleng-geleng kepala
ketika aku pamit berangkat sekolah kucium bibirnya didepan pintu.
4 April 2013 genap sudah 18 tahun usiaku, hari itu terasa lama sekali
menunggu sore. Hari itu aku menunggu-nunggu hadiah ulang tahun spesial
yang telah dijanjikan mama. Dua hari yang lalu, aku ditanya mama ingin
hadiah apa untuk merayakan hari ulang tahunku. Sudah cukup banyak hadiah
ulang tahun yang aku punya seperti : motor atau komputer.
Akhirnya aku katakan pada mama, kalau mama tidak keberatan aku mau
mama. Sekilas mama terdiam, ada perasaan tidak percaya atau tidak dapat
menerima permintaanku. Aku dikira bercanda lagi dan mama bertanya
seebnarnya aku mau hadiah apa, aku bilang pada mama kalau aku tidak
bercanda kalau aku mau mama.
Dua hari mama terdiam, dua hari kami tidak bertegur sapa. Aku kira
mama marah atas permintaanku terdahulu. Pagi hari tadi setelah sarapan
aku minta maaf pada mama atas permintaanku dua hari yang lalu dan
sekaligus aku bermaksud menarik permintaanku.
Namun mama berkata lain, bahwa permintaanku dua hari yang lalu akan
mama penuhi. Aku nanti malam diminta tidak mengundang teman-temanku dan
aku juga diminta untuk mempersiapkan diri. Timbul dihatiku rasa senang,
cemas, grogi, bahagia dan entah…. Spontan kucium mama, kucium pipinya,
kucium bibirnya dan kucium matanya serta kupeluk erat.
Selepas pulang kerja tadi sore mama tidak keluar dari kamarnya. Baru
tepat pukul 21.30 wib bersamaan dengan selesainya acara Dunia Dalam
Berita di TVRI mama memanggilku untuk ke kamarnya. Dengan gemuruh hati
yang berdetak keras kuhampiri kamarnya dan kudapati mama di depan pintu
dengan tubuhnya terbalut kain sprei. Sambil tersenyum manis mama mencium
bibirku dan mulai melepas satu-persatu pakaian yang kukenakan. Tak
kudapati wajah keterpaksaan pada mama, bahkan dengan serta merta tangan
mama meraba dan mengelus dengan lembut ketika pakaian yang kukenakan
tinggal celana dalam saja.
Dengan nafsu dan gairah yang menggelegak kuserang mama. Kucium,
kupeluk, kucumbu dan dengan kekuatan prima kuakhiri perjakaku yang
disambut mama dengan belitan yang memabukkan, yang menuntuk terus dan
selalu terus, entah berapa kali malam itu birahi kutuntaskan.
Ada terbersit rasa bangga, puas dan plong ketika kutemukan mama
tertidur pulas dengan bertelanjang dalam pelukanku. Kucium keningnya,
namun ketika aku akan bangun mama menahanku dan dengan kelihaiannya
mampu membangkitkan lagi gairah birahiku. Dan pagi hari itupun menjadi
pagi yang teramat indah. Sebelum aku meninggalkan kamarnya mama mencium
pipi dan bibirku sekilas sambil mengucapkan selamat ulang tahun
kepadaku.
Entah mengapa dengan mama aku bisa begitu bergairah, semenjak
kejadian di rumah Tante Vitadi
Yogyakarta yang lalu setiap memandang
mama selalu timbul birahiku. Di sekolah tak kurang gadis sebaya yang
lebih cantik yang tak menolak aku pacari, namun justru dengan mama
birahiku timbul.
Tapi harus diakui meskipun mama sudah cukup umur namun memang masih
cantik, putih, tinggi, sintal, supel, luwes, berisi dan semenjak itu,
hampir tiada batas penghalang antara aku dan mama.
Dimana tempat dan
dimana waktu, kalau aku mau mama selalu memenuhi. Dengan mama birahiku
tak padam-padam. Setiap acara teman-teman mama selalu menjadi acara luar
kota yang sangat mengasyikan dan menjadi acara favorit yang selalu aku
tunggu-tunggu.
Sungguh permainan ranjang mama menjadi suatu candu hidupku, sore
hari, sebelum tidur, sebelum belajar bahkan sebelum berangkat sekolah
pun mama selalu siap. Dengan lemah-lembut, keayuan, kepasrahan, dan
naluri keibuannya mama memenuhi hasratku sebagai lelaki.
Hingga kini, ketika istriku tengah mengandung anakku yang ketiga,
dimana istri sedang tidak laik pakai, kembali mama sebagai penyelamat
saluran nafsuku dan entah sampai kapan lagi kami masih harus begini.
TAMAT
Sabtu, 03 Juni 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar