Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Panggil saja aku Ade, panggilan sehari-hari meski aku bukan anak bontot.
Aku murid SMU kelas 3. Aku tinggal di sebuah perumahan di Jakarta.
Daerahnya mirip-mirip di PI deh, tapi bukan perumahan "or-kay" kok.
Sekitar beberapa bulan lalu, rumah kontrakan kosong di sebelah kiri
rumahku ditempati oleh keluarga baru. Awalnya mereka jarang kelihatan,
namun sekitardua minggu kemudian mereka sudah cepat akrab dengan
tetangga tetangga sekitar.
Ternyata penghuninya seorang wanita
dengan perkiraanku umurnya baru 30-an, anak perempuannya dan seorang
PRT. Nama lengkapnya aku tidak tahu, namun nama panggilannya Tante Yana.
Anaknya
bernama Anita, sepantaran denganku, siswi SMU kelas 3. Ternyata Tante
Yana adalah janda seorang bulekalau tidak salah, asal Perancis. Sikapnya
friendly, gampang diajak ngobrol. Tapi, yang paling utama adalah
penampilannya yang "mengundang". Rambutnya ikal di bawah telinga.
Kulitnya coklat muda. Bodinya tidak langsing tapi kalau dilihat terus,
malah jadi seksi. Payudaranya juga besar. Taksiranku sekitar 36-an.
Yang
membikin mengundang adalah Tante Yana sering memakai baju sleeveless
dengan celana pendek sekitar empat jari dari lutut. Kalau duduk,
celananya nampak sempit oleh pahanya. Wajahnya tidak cantik?cantik amat,
wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disuka orang-orang bule. Seperti
bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan, apalagi kalau bajunya agak
"terbuka", malah jadi muka?muka ranjang gitu deh. Dari cara
berpakaiannya aku mengira kalau Tante Yana ituhypersex. Kalau Anita,
kebalikan ibunya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih. Rambutnya
hitam kecoklatan, belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya tidak terlalu
besar, kecocokan pakaiannya justru membuat Anita jadi seksi. Nampaknya
aku terserang sindrom tetangga sebelah nih.
Berhari-hari berlalu,
nafsuku terhadap Tante Yana semakin bergolak sehingga aku sering nekat
ngumpet di balik semak-semak, onani sambil melihati Tante Yana kalau
sedang di luar rumah. Tapi terhadap Anita, nafsuku hanya sedikit, itu
juga karena kecantikannya dan kulit putihnya. Nafsu besarku
kadang-kadang membuatku ingin menunjukkan batangku di depan Tante Yana
dan onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan niatku itu, namun pas
Tante Yana lewat, buru-buru kututup "anu"-ku dengan baju, karena takut
tiba-tiba Tante Yana melapor sama ortu. Tapi, kenyataannya berbeda.
Tante Yana justru menyapaku, (dan kusapa balik sambil menutupi
kemaluanku), dan pas di depan pagar rumahnya, ia tersenyum sinis yang
menjurus ke senyuman nakal. "Ehem.. hmm.." dengan sorotan mata nakal
pula. Sejenak aku terbengong dan menelan ludah, serta malah tambahnafsu.
Kemudian,
pada suatu waktu, kuingat sekali itu hari Rabu. Saat aku pulang kuliah
dan mau membuka pagar rumah, Tante Yana memanggilku dengan lembut, "De,
sini dulu.. Tante bikinin makanan nih buat papa-mamamu." Langsung saja
kujawab, "Ooh, iya Tante.." Nafasku langsung memburu, dan dag dig dug.
Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan setengahnya lagi justru
menyuruh supaya "mengajak" Tante Yana. Tante Yana memakai baju
sleeveless hijau muda, dan celana pendek hijau muda juga. Setelah masuk
ke ruang tamunya, ternyata Tante Yana hanya sendirian, katanya
pembantunya lagi belanja. Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig
dug. Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, "De, sini nih..
makanannya." Memang benar sih, ada beberapa piring makanan di atas baki
sudah Tante Yana susun.
Saat aku mau mengangkat bakinya,
tiba-tiba tangan kanan Tante Yana mengelus pinggangku sementara tangan
kirinya mengelus punggungku. Tante Yana lalu merapatkan wajahnya di
pipiku sambil berkata, "De, mm.. kamu.. nakal juga yah ternyata.."
Dengan tergagap-gagap aku berbicara, "Emm.. ee.. nakal gimana sih
Tante?" Jantungku tambah cepat berdegup. "Hmm hmm.. pura-pura nggak
inget yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, udah gitu ngocok-ngocok.."Tante
Yana meneruskan bicaranya sambil meraba-raba pipi dekat bibirku. Kontan
saja aku tambah gagap plus kaget karena Tante Yana ternyata
mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum sinis dan nakal waktu itu.
Aku tambah gagap, "Eeehh? Eee.. itu.." Tante Yana langsung memotong
sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan bahkan pantatku. "Kamu
mau yah sama Tante? Hmm?" Tanpa banyak omong-omong lagi, tante langsung
mencium ujung bibir kananku dengan sedikit sentuhan ujung lidahnya.
Ternyata
benar perkiraanku, Tante Yana hypersex. Aku tidak mau kalah, kubalas
segeraciumannya ke bibir tebal seksinya itu. Lalu kusenderkan diriku di
tembok sebelah wastafel dan kuangkat pahanya ke pinggangku. Ciuman Tante
Yana sangat erotis dan bertempo cepat. Kurasakan bibirku dan sebagian
pipiku basah karena dijilati oleh Tante Yana. Pahanya yang tadi kuangkat
kini menggesek-gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman Tante Yana,
nafsuku menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke balik bajunya di
punggungnya seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya. Saat kuelus
punggungnya, Tante Yana mendongakkan kepalanya dan terengah. Sesekali
tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian terlepas akibat gesekan
tanganku. Kemudian Tante Yana mencabut bibirnya dari bibirku, menyudahi
ciuman dan mengajakkuuntuk ke kamarnya.
Kami buru-buru ke
kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak memperhatikan bentuk
dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Yana dan meneruskan
ciuman. Posisi Tante Yana adalah posisi senggama kesukaanku yaitu
nungging. Ciumannya benar-benar erotis. Kumasukkan tanganku ke celananya
dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang hampir mengenai
belahan vaginanya. Tante Yana yang hyper itu langsung melucuti kaosku
dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang belum pernah
kulihat baik di film semi ataupun di BF manapun. Tante Yana meludahi
dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku merasa seperti
ngilu ketikalidah Tante Yana mengenai pusarku. Ketika aku mencoba
mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaos tante Yana kendor,
sehingga buah dadanya yang bergoyang-goyang terlihat jelas. Kemudian
kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke bawahku. Lalu,
kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting
payudaranya. Nampak Tante Yana kembali mendongakkan kepalanya dan
terengah sesekali memanggil namaku.
Sambil terus menghisap dan
menjilati payudaranya, kulepas celana panjangku dan celana dalamku dan
kubuang ke lantai. Ternyata pas kupegang "anu"-ku, sudah ereksi dengan
level maksimum. Sangat keras dan ketika kukocok-kocok sesekali mengenai
dan menggesek urat-uratnya. Tante Yana pun melepas celana-celananya dan
mengelusi bulu-bulu dan lubang vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani
dari vaginanya dan memasukkan jari-jari tersebut ke mulutku. Aku
langsung menurunkan kepalaku dan menjilati daerah "bawah" Tante Yana.
Rasanya agak seperti asin-asinditambah lagi adanya cairan yang keluar
dari lubang "anu"-nya Tante Yana. Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di
tengah enaknya menjilat-jilati, ada suara seperti pintu terbuka namun
terdengarnya tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh pembantunya
atau Anita.
Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante Yana,
"Eh.. Tante.." Ternyata tante justru meneruskan "adegan" dan berkata,
"Ehh.. bukan siapa-siapa.. egghh.." sambil mendesah. Posisiku kini di
bawah lagi dan sekarang Tante Yana sedang menghisap "lollypop".
Ereksikusemakin maksimum ketika bibir dan lidah Tante Yana menyentuh
bagian-bagian batangku. Tante Yanamengulangi adegan meludahi kembali.
Ujung penisku diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan,
bagaimana ereksiku tidak tambah maksimum?? Tak lama, Tante Yana yang
tadinya nungging, ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Yana
bermaksud melakukan senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante
Yana dengan perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya
layaknya film BF saja. Tapi setelah ujungnya masuk ke liang senggama,
kembali aku seperti ngilu terutama di bagian pinggang dan selangkanganku
dimana kejadian itusemakin menambah nafsuku.
Tante mulai
menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas-bawah awalnya dengan perlahan.
Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante Yana sudah tidak virgin. Di
dalam liang itu, aku merasa adacairan hangat di sekujur batang
kemaluanku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya dan
sesekali buah dadanya kuremas-remas. Tante Yana juga mengelus-elus dada
dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan tersenyum.
Mungkin karena nafsu yang besar, Tante Yana bergoyang sangat cepat tak
beraturan entah itu maju-mundur atau atas bawah. Sampai-sampai sesekali
aku mendengar suara "Ngik ngik ngik" dari kaki ranjangnya. Akibat
bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Yana berkeringat. Segera kuelus
badannya yang berkeringat dan kujilatitanganku yang penuh keringat dia
itu.
Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung
ranjang, dan Tante Yana menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah
menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit
berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit
berkeringat kedada Tante Yana. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang
kujilati adalah keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama,
aku merasa akan ejakulasi. "Ehh.. Tante.. uu.. udaahh.." Belum sempat
aku menyelesaikan kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri dan
nungging di depanku. Tante Yana mengelus-elus dan mengocok penisku, dan
mulutnya sudah ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan
spermaku. Karena kocokan Tante Yana, aku jadi ejakulasi. "Crit..
crroott.. crroott.." ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar
tujuh kali dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih,
kental dan banyak. Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai
rambut Tante Yana. Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali
film BF.
Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma putih kental
milikku. Tante Yana yang memanghyper, meraup spermaku baik dari
wajahnya ataupun dari sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke
mulutnya. Setelah itu, aku merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh
Tante Yana. Aku langsung rebahan sambil memeluk Tante Yana sementara
penisku masih tegak namuntidak sekeras tadi.
Sekitar seminggu
berlalu setelah ML sama Tante Yana. Siang itu aku sedang ada di rumah
hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore atau malam, adikku
juga sedang sekolah). Sekitar jam satu-an, aku yang sedang duduk di
kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi entah kemana dengan
mobilnya. Kulihat Anita menutup pagar dan ia tidak melihatku. Sekitar 10
menitkemudian, telepon rumahku berdering. Saat kuangkat, ternyata Anita
yang menelepon. Nada suaranya agak ketus, menyuruhku ke rumahnya.
Katanya ada yang ingin diomongin. Di ruang tamunya, aku duduk berhadapan
sama Anita. Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat jutek, judes, dan
sebagainya. Berhubung dia seperti itu, aku jadi salah tingkah dan
bingung mau ngomong apa.
Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali,
"De, gue mau tanya!"
"Hah? Nanya apaan?" Aku kaget dan agak dag dig dug.
"Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?" Dia nanya langsung tanpa basa-basi.
"Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?"
Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku.
"Aalahh..
loe nggak usah belagak bego deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue baru
pulang sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue intip dari
pintu, loe lagi make nyokap gue!!"
Seketika aku langsung kaget,
bengong, dan tidak tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti mati rasa.
Batinku berkata, "Mati gue.. bisa-bisa gue diusir dari rumah nih.. nama
baik ortu gue bisa jatoh.. mati deh gue."
Anita pun masih meneruskan omongannya,
"Loe napsu sama nyokap gue??"
Anita
kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat tajam.
Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa. Keringat di
leher mengucur. Anita menghampiriku yang hanya duduk diam kaku beku
perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam. Pipiku sudah
siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan
melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan.
Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai kaos
terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan
membukakaosnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi
di depanku adalah Anita yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku
semakin bertambah. "Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?" Anita
langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak
kencang di bagian "anu".
Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis
seperti ciuman Tante Yana, namun ciuman Anita yang lembut dan romantis.
Betapa nikmatnya ciuman dari Anita. Aku langsung memeluknya lembut.
Tubuh putihnya benar-benar mulus. Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat
gelap. Sesegera mungkin kulepas celana-celanaku dan Anita membuka
kaosku. Lumayan lama Anita menciumiku dengan posisimembungkuk.
Kukocok-kocok penis besarku itu sedikit-sedikit. Aku langsung
membisikkannya, "Nit, kita ke kamarmu yuk..!" Anita menjawab, "Ayoo..
biarlebih nyaman." Anita kurebahkan di ranjangnya setelah kugendong dari
ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali ini suasananya lebih lembut,
romantis dan perlahan. Anita sesekali menciumi dan agak menggigit daun
telingaku ketika aku sedang mencumbu lehernya. Anita juga sesekali
mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya diangkat hingga ke
pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan. Dalam pikiranku, mungkin kali
ini ejakulasiku tidak selama seperti sama Tante Yana akibat terbawa
romantisnya suasana.
Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe
orang romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia
langsung mengarahkan dan menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa
adegan-adegan lain. Berhubung Anita masih virgin, memasukkannya tidak
mudah. Butuh sedikit dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah
Anita nampak menahan sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan
matanya terpejam keras persis seperti keasaman makan buah mangga atau
jambu yang asem. Tak lama, "Aaahh.. aa.. aahh.." Anita berteriak lumayan
keras, aku takutnya terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah
tertembus. Aku mencoba menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang
masih sempit itu. Tapi, aku merasa sangat enak sekali senggama di liang
perawan. Anita juga ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-raba dadaku
dan mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan
ejakulasi. Mungkin hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun
tetap mengucur. Begitupun Anita.
Dengan agak menahan ejakulasi,
gantian kurebahkan Anita, kukeluarkan penisku lalu kukocokdi atas
dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan rapatnya selaput dara Anita,
batang penisku jadi lebih mudah tergesek sehingga lebih cepat pula
ejakulasinya. Ditambah pula dalam seminggu tersebut aku tidak onani,
nonton BF, atau sebagainya. Kemudian, "Crit.. crit.. crott.." kembali
kujatuhkan spermaku di tubuh orang untuk kedua kalinya. Kusemprotkan
spermaku di dada dan payudaranya Anita. Kali ini kencrotannya lebih
sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan ada yang sampai mengenai
leher dan dagunya. Anita yang baru pertamakali melihat sperma lelaki,
mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan sperma. Anita meraup
sedikit dengan agakcanggung dan ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan
orang jijik, dan lalu menjilatnya.
Terus, Anita berkata dengan
lugu, "Emm.. ee.. De.. kalo 'itu' gimana sih rasanya?" sambil menunjuk
ke kejantananku yang masih berdiri tegak dan kencang. "Eh.. hmm hmm..
cobain aja sendiri.." sambil tersenyum ia memegang batang kemaluanku
perlahan dan agak canggung. Tak lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan
malu-malu karena baru pertama kali. Mungkin ia sekalian membersihkan
sisa spermaku yang masih menetes di sekujur batangku itu. Kulihat
sekilas di lubang vaginanya, ada noda darah yang segera kubersihkan
dengan tissue dan lap. Setelah selesai, aku yang sedang kehabisan
stamina, terkulai loyo di ranjang Anita, sementara Anita juga rebahan di
samping. Kami sama-sama puas, terutama aku yang puas menggarap ibu dan
anaknya itu.
Minggu, 04 Juni 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar