Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Waktu itu teman saya mengajak saya menjadi panitia pernikahan salah satu
sepupunya disalah satu gedung pertemuan di daerah Tebet. Ketika aku
sedang mengambil makanan handphone-ku bergetar.
"Hallo.."
"Hallo Ovi.. Apa kabar? Koq kalau makan nggak ngajak ngajak aku sih."
"Eehh.. Mbak Amy. Apa kabar?"
"Aku baik. Kamu?"
"Baik.. Mbak dimana sih? Koq tahu aku lagi mau makan?"
"Ada di belakang kamu."
Aku menoleh dan Mbak Amy melambaikan tangan. Mbak Amy memakai kebaya dan
rambutnya yang sebahu dibiarkan tergerai dengan model shaggy.
"Apa kabar Mbak.?" sambil mencium pipinya.
"Aku baik Vi, kamu ngapain disini?" Mbak Amy menggandeng tanganku dan menarik aku kesudut ruangan.
"Sepupu teman kawin, terus aku dimintain tolong jadi panitia. Mbak Amy ngapain disini? sendirian?"
"Undangannya buat suamiku tapi dia lagi ke luar negeri, jadi aku wakilin
dia deh. Aku nggak sendirian, kan ada kamu," sambil tersenyum manis dan
menyalakan rokoknya.
"Yee. Naik apa Mbak?"
"Naik mobil dong, masa naik becak."
"He.. he.. aku juga tahu kalau itu."
"Kamu pulang sama siapa Vi?"
"Aku pulang sendiri aja, habis makan aku ganti baju terus pulang kali. Capek banget dari siang aku sudah disini."
"Kamu balik bareng aku aja ya Vi. Nanti kalau sudah selesai ganti baju, aku tunggu di mobil ya."
Aku mengangguk lalu berganti baju memakai celana pendek, t-shirt dan
sepatu kets sementara celana panjang dan lainnya aku letakkan di
ranselku. Aku menuju tempat parkir dan masuk ke mobil Mbak Amy. Aku
duduk di sebelah kiri, Mbak Amy mengemudikan mobilnya keluar dari
gedung. Mbak Amy mengemudikan mobil menuju ke arah rumahnya di bilangan
Permata Hijau, dan memasukkan mobilnya langsung ke dalam garasi
rumahnya.
"Katanya mau anterin aku pulang, kok aku diculik ke sini sih?"
"Kamu temanin aku ya malem ini, aku bete nih sendirian di rumah"
"Terserah Mbak aja deh."
"Nah gitu dong, masuk yuk Vi."
Mbak Amy mengajak aku masuk dan mempersilahkan duduk diruang keluarga.
Di ruang itu terdapat sofa besar dan TV berukuran besar lengkap dengan
sound systemnya. Mbak Amy memanggil Bi Inah pembantunya dan menyuruhnya
untuk membuatkan minum. Aku memang sudah mengenal semua anggota rumah
Mbak Amy termasuk supir dan pembantunya, karena mantan pacarku dulu
pernah bekerja menjadi asisten pribadi Mbak Amy.
"Makasih ya Bi, apa kabar?"
"Baik Den Ovi, silahkan minum lho."
"Minum gih, aku ganti baju dulu ya vi."
"Oke Mbak."
Aku menyalakan TV dan menonton film sex and the city di Trans TV, Mbak
Amy menganti bajunya dengan celana pendek dan kaos lengan dan rambutnya
diikat pony tail. Mbak Amy duduk disebelahku dan menyalakan rokok. Aku
terus memperhatikan Mbak Amy.
"Kenapa sih kamu koq lihatin aku terus?"
"Mbak cakep sih."
"Ngerayu nih atau ngeledek?" sambil mencubit pahaku.
"He.. he.. he.. Dua duanya donk." sambil kupeluk pundaknya.
Mbak Amy menggeser posisi duduknya sehingga tubuhnya bersandar di
tubuhku sementara tanganku memeluk pinggangnya dari belakang. Sesekali
aku meraba payudaranya dan mencium lehernya. Aku terus mencium leher dan
telinganya.
"Sss.. Mmm.. Vi.. Mmm.. Mph.. Mph.." sambil aku terus meraba dan meremas payudaranya.
Mbak Amy mematikan rokok lalu memutar tubuhnya dan aku mencium Bibirnya.
Aku dan Mbak Amy berciuman dan saling memainkan lidah. Mbak Amy mulai
mengelus penisku dan memasukkan tangannya ke dalam celanaku. Aku membuka
bajunya dan meremas remas payudaranya.
"Ouh.. Vi.. Remes tetekku say.. Remes sayang.. Ovi buka celana kamu
dong." sambil tangannya mengocok dan mengelus batang penisku.
"Mmmpphh.. Ssshh.. Ouh.. Ouh.. Mbak aja deh yang buka."
Mbak Amy kemudian menarik turun celana pendek dan celana dalamku, Mbak
Amy menunduk dan menjilati serta menghisap batang penisku yang sudah
tegang.
"Aahh.. Mbak.. Isep penisku Mbak.. Ssshh.. Ouh enak banget.. Ouh mmpphh.. Mmpphh.. Yes.. Ouh.. Uh. Aahh.."
Mbak Amy terus menjilati batang penisku dan memainkan lidahnya diseluruh
batang penisku juga urat dibalik kepala penisku. Aku membuka baju serta
BH dan menarik turun celananya berikut celana dalamnya. Aku meraba
vaginanya dan menusukan jariku ke dalam vaginanya.
"Oouuhh.. Vi.. Yes.. terus say. terus. Ouh ouh.. Yess. Yess. Fuck me..
Fuck me.. Cepet say.. Gerakin jari kamu yang cepet.. Yes.. Ouh. Ouh..
Yeess.."
Aku semakin cepat mengocok dan memainkan jariku didalam vaginanya, tak
lama kemudian tanganku terasa basah dan vagina Mbak Amy terasa menjepit
dan tangannya mencengkeram pahaku serta Mbak Amy mencium dan menggigit
Bibirku.
"Mmmpphh.. Mmpphh.. Yyyeess.. Aku keluar sayangg.. Yyeess" Mbak Amy setengah menjerit tertahan.
Mbak Amy melanjutkan aksi mulutnya di penisku yang sempat tertunda
sebentar, tangannya terus mengocok dan memijat naik turun batang
penisku.
"Aaahh.. Mbaakk.. Euh euh.. Yess.. Euh.. Ahh.. Aku mau keluar.." tubuhku
menegang dan air maniku tumpah didalam mulut Mbak Amy dan belepotan di
tangannya, Mbak Amy terus menjilati dan menghisap sisa sisa air maniku
yang masih menetes dari penisku. Aku memeluk Mbak Amy dan mencium
Bibirnya lalu kurebahkan Mbak Amy diatas sofa langsung saja aku
menjilati vaginanya dan menghisap klitorisnya.
"Oouuhh.. Vi. Yes.. Jilat terus say.. Jilat vaginaku. Aahh. Ouh ouh..
Yes. Masukin vi.. Masukin sayang.. Aku sudah nggak tahan nih.."
Mbak Amy memintaku untuk duduk di sofa, Mbak Amy membuka kakiku dan
menjilati batang penisku hingga basah dengan air liurnya. Setelah
beberapa saat, Mbak Amy mengangkangi pinggangku dan menuntun masuk
penisku menuju vaginanya. Penisku perlahan tapi pasti hilang ditelan
vagina Mbak Amy, Mbak Amy menaik turunkan tubuhnya dan sesekali memutar
pantatnya dan aku menghisap, meremas remas kedua payudaranya.
"Ouuhh.. Vi.. Enak banget sayang.. Yess.. Yess.. Vi.. Dorong sayang..
Dorong yang kenceng.." desah Mbak Amy setengah menjerit tertahan sewaktu
aku mengocok penisku di vaginanya dengan cepat dan keras. Mbak Amy
terus memompa tubuhnya naik turun dan sesekali memutar pantatnya,
payudaranya bergoyang tak menentu, tubuhnya bertumpu pada tangannya yang
mencengkeram pahaku. Rambutnya yang panjang sesekali menggelitik dadaku
pada saat Mbak Amy menundukkan kepala dan menggelitik pahaku waktu Mbak
Amy menengadahkan kepalanya kebelakang. Aku menggendong Mbak Amy dan
merebahkannya diatas karpet dan kupompa tubuhnya dengan cepat.
"Ouhh.. Vii.. Yes yes.. Ouh.. Mmpphh.. Mmpphh.. Yess.. Kenceng sayang
yang kenceng say.. Aku sudah mau.. Keluarr.." Mbak Amy mendesah panjang,
tubuhnya menegang dan bergetar dan penisku terasa dibasahi oleh cairan
kehangatan Mbak Amy. Hal ini membuatku semakin terangsang dan terus
memompa tubuh Mbak Amy. Setelah beberapa lama aku berdiri dan menarik
Mbak Amy agar berlutut, kukocok penisku dihadapannya sementara Mbak Amy
memegang pahaku dan sesekali menjilati terkadang menghisap kepala
penisku.
Aku terus mengocok di hadapan wajahnya dan tanpa sengaja aku melihat
pintu dapur yang sedikit terbuka dan tampak Bi Inah sedang berdiri
dibalik pintu mengintip perbuatanku dengan majikannya. Aku terus
mengocok dan memasukan penisku ke mulut Mbak Amy minta dijilat atau
dihisap.
"Ouuhh.. Mbaakk.. Yes.. terus Mbak.. Isep terus.. Yess.. Ouh.. Bentar
lagi Mbak.. Bentar lagi.. Aku mauu.. ahh.." desahku panjang bersamaan
dengan keluarnya airmaniku dan mengenai wajah Mbak Amy serta sebagian
menetes ke payudaranya. Mbak Amy menjilat dan menghisap sisa sisa air
maniku. Aku dan Mbak Amy berciuman. Kami berdua membereskan pakaian yang
berantakan di ruang TV dan menuju kamar. Aku langsung tertidur sambil
memeluk Mbak Amy. Esok harinya Mbak Amy membangunkan aku dan berpesan
agar aku jangan pulang dulu sebelum Mbak Amy pulang.
"Jangan pulang dulu ya Vi, sebelum aku dateng."
"Memang Mbak mau kemana?"
"Aku mau ke bank dulu terus mau studio dulu ada yang mau aku urus, kalau mau sarapan minta siapin Bi Inah aja ya."
Mbak Amy mencium Bibirku dan pergi meninggalkan kamar. Terdengar suara
Mbak Amy meminta Bi Inah agar menyiapkan sarapan buatku. Tak lama
kemudian terdengar suara mobil Mbak Amy meninggalkan rumah.
Aku bangun dan berjalan keluar kamar dan mencari Bi Inah dan ternyata Bi
Inah sedang mandi. Kamar mandi Bi Inah terletak di belakang rumah dan
diatasnya terdapat lubang angin yang cukup besar. Aku mengambil kursi
dan mengintip Bi Inah yang sedang mandi. Bi Inah umurnya hampir sama
dengan Mbak Amy sekitar 39 tahun. Tubuh Bi Inah lebih kurus dibanding
dengan majikannya tingginya sekitar 165cm, kulitnya sawo matang,
wajahnya biasa tapi manis tipikal orang Jawa Tengah. Aku mengintip
melalui lubang angin diatas pintu tampak Bi Inah sedang menyabuni
tubuhnya dan meremas remas payudaranya yang berukuran 34 secara
bergantian, tampak bulu bulu lebat di vaginanya. Penisku kembali tegang
melihat pemandangan itu. Ketika Bi Inah mengambil handuk, aku langsung
buru buru masuk ke dalam rumah dan duduk menonton acara TV. Tak lama
kemudian Bi Inah masuk dengan rok terusan panjang semata kaki berwarna
biru muda memetakan bentuk tubuhnya dan rambutnya yang panjang sebatas
pinggang dibiarkan tergerai lepas.
"Eh Den Ovi sudah bangun, mau sarapan Den?"
"Mau dong.. Laper nih, masak apa Bi? Habis mandi ya Bi Inah?" Bi Inah
mengangguk, aku berdiri menuju meja makan, sementara penisku yang
berdiri tegang tampak jelas tercetak dibalik celana pendekku karena aku
memang sengaja tidak mengenakan celana dalam.
"Bibi masak nasi goreng sama telor ceplok setengah mateng nih."
Aku sengaja berdiri disamping Bi Inah dan melihat makanan apa yang
disediakan olehnya sehingga tanpa sengaja penisku menyenggol pinggulnya.
Bi Inah hanya diam dan tak bereaksi lalu kusengaja kugesekan penisku di
pinggulnya terdengar nafasnya mulai tak beraturan. Lalu aku duduk dan
mulai makan. Tak lama kemudian Bi Inah datang membawa minuman.
"Ini minumnya, sama tadi ibu suruh Bibi untuk kasih vitamin ini." sambil memberikan vitaminnya kepadaku.
"Makasih ya, Bi Inah nanti pijitin aku ya, pegel nih badanku."
"Baik Den, nanti kalau sudah selesai makan panggil Bibi aja ya."
"Ehh.. Bibi nggak usah kemana mana, temanin aku ngobrol aja disini, kan nggak enak makan sendirian."
Aku dan Bi Inah banyak mengobrol, Bi Inah bercerita bahwa suaminya
bekerja di perkebunan daerah Sumatra dan pulang hanya dua tahun sekali.
Selesai makan Bi Inah membereskan meja makan dan sekalian membersihkan
ruangan. Aku menyalakan TV dan memutar film yang ada di rak dvd yang ada
disamping TV. Film yang aku putar tergolong kategori X2 sehingga banyak
menampilkan adegan adegan panas yang tidak terlalu vulgar seperti dalam
film kategori X3. Aku menonton film sambil berbaring disofa dan penisku
yang tegang akibat melihat adegan panas di film mencetak bentuk penisku
di celana bicycle pants yang aku pakai. Bi Inah membersihkan karpet
diruangan itu sambil sesekali melihat adegan di film dan melirik ke arah
penisku. Setelah selesai membersihkan rumah, Bi Inah menanyakan apakah
aku jadi dipijat atau tidak. Aku mengangguk mengiyakan.
"Bentar ya Den Ovi, Bibi mau cuci tangan dulu ama ambil cream pijitnya ibu."
"Ya Bi.. Disini aja sambil nonton TV."
"Ya Den, disofa saja, Ibu juga kalau dipijit suka disofa koq."
Bi Inah masuk kekamar Mbak Amy dan mengambil sebotol cream juga selembar
sprei untuk melapisi kain sofa dan selembar handuk. Aku membuka bajuku
dan Bi Inah mulai memijat punggungku, setelah selesai memijat punggungku
Bi Inah mulai memijat kakiku.
"Den Ovi celana pendeknya dibuka aja ya, biar nggak kena cream, soalnya kalau kena cream, susah hilangnya kalau dicuci."
"Nggak ah. Malu kan."
"Ndak pa pa koq, kan nanti ditutupin pake handuk."
"Iya deh." sambil melepas celana pendekku dan mengenakan handuk yang
diberikan oleh Bi Inah, lalu aku langsung kembali tengkurap di sofa.
Bi Inah mulai memijat telapak kedua kakiku. Setelah telapak kaki dan
betisku Bi Inah mulai memijat paha kananku dan sesekali jari jarinya
menyerempet buah zakarku, selesai dengan yang kanan Bi Inah mulai
memijat paha sebelah kiri.
"Balik badan dong Den ovi, sekarang dadanya Bibi pijitin ya."
Aku membalikkan tubuh terlentang, handuk di pinggangku sedikit terbuka.
Bi Inah menggeser tanganku diatas pangkuannya agar dia lebih leluasa
memijat dadaku. Bi Inah memijat dadaku sementara aku mengelus elus
punggung Bi Inah dan Bi Inah tidak bereaksi hanya tersenyum manis.
"Bi.. Kakiku pijit lagi ya, masih pegel nih."
"Sebentar ya Den ovi, dikit lagi nih tinggal perutnya." sambil memijat
perutku sesekali tangannya menyenggol penisku yang sudah tegang dari
tadi.
Selesai memijat perutku Bi Inah mulai memijat pahaku lagi dan kubiarkan
handukku terbuka sehingga memperlihatkan penisku yang sudah tegang. Aku
pura pura tidur, kuintip Bi Inah yang sesekali melihat penisku. Selesai
dengan kakiku Bi Inah menarik tangan kiriku untuk dipijat, waktu Bi Inah
memijat tanganku posisi telapakku persis di depan payudaranya dan
dengan sengaja kugerakkan tanganku sehingga menyenggol payudaranya.
Demikian juga pada saat Bi Inah memijat tangan kananku.
Kuberanikan meraba payudaranya dan mengelusnya dari luar pakaiannya.
"Den Ovi, jangan dong." setengah menolak tapi tidak berusaha
menyingkirkan tanganku dari payudaranya. Aku terus memberanikan diri
meremas remas kedua payudaranya.
"Ssshh.. Den Oovvii.. Mmm.." dia mendesah, aku duduk dan menarik tangannya ke arah penisku. Bi Inah hanya meremas remas penisku.
"Bi Inah, jangan diremes gitu dong kan sakit."
"Maaf Den, abis Bibi gemes sih." Bi Inah merubah remasan tangannya
menjadi kocokan yang lembut di batang penisku. Aku mencium Bibirnya dan
Bi Inah membalas ciumanku, aku mulai meraba pahanya dan mengangkat
roknya.
"Ouuhh.. Denn Ovii.. Mmm.. Sss.." desahnya pelan.
Aku meraba celana dalamnya yang sudah basah karena sudah terangsang dan
kuselipkan jariku ke dalamnya. Kumasukan jariku ke dalam vaginanya dan
kukocok vaginanya dengan jariku. Aku merebahkan Bi Inah disofa, aku
berlutut disampingnya sambil meremas remas payudaranya dan berciuman
dengannya.
"Euh.. Euh Den.. Den ovi.. Bibi mau pipis Den.. Ah.. Den Ovii.. Ahh.."
desahnya panjang, vaginanya terasa berdenyut dan kakinya menegang serta
tangannya memegang erat tubuhku.
"Bi Inah lega?" tanyaku sambil terus memainkan jariku didalam vaginanya
sementara tangan Bi Inah kembali mengelus dan mengocok batang penisku.
Kusodorkan penisku ke arah mulutnya.
"Isep Bi, jilat penisku.. Ouh.. Yes.. Euh.. Euh.." desahku ketika Bi
Inah mulai memasukan batang penisku ke dalam mulutnya dan lidahnya
menjilati batangnya.
"Den ovi gede amat sih penisnya, bibi sudah lama nggak ngerasain ini."
sambil kembali menghisap dan menjilati batang penisku. Bi Inah menghisap
sambil mengocok penisku dengan tangannya.
"Ouh.. Bi Inah.. terus Bi.. Ahh. Enak Bi.. Lagi Bi Inah.. Isep.. Kocok Bi.. Enakk.. Ahh"
Desahku menikmati hisapan, permainan lidah serta tangannya di batang
penisku. Kepalanya bergoyang tak beraturan kekiri kekanan, rambutnya
yang panjang bergoyang tak beraturan.
"Ouh.. Bi Inahh.. terus Bi.. Enak Bi.. Aaahh.." desahku panjang dan
muncratlah air maniku didalam mulut Bi Inah. Bi Inah membuka mulutnya
sehingga air maniku bertumpahan diatas kain penutup sofa.
"Den Ovi koq enggak ngomong sih kalau mau keluar, jadi ketelen sedikit deh pejunya."
"Maaf Bi, aku nggak sengaja, habis Bi Inah enak sih ngisep penisku."
Bi Inah mengambil tissue diatas meja dan membersihkan sisa air maniku.
Aku mencium bibir Bi Inah dan membuka rok terusan yang dipakainya dan
selanjutnya BH dan celana dalamnya. Bi Inah sudah telanjang dihadapanku.
Payudaranya masih kencang dan putingnya berwarna coklat tua menantang
untuk dihisap. Bi Inah duduk disampingku dan mulai mengocok penisku,
kuremas remas payudaranya dan kuhisap putingnya, Bi Inah mendesah tak
karuan sementara tangannya terus mengocok penisku yang sudah tegang
kembali. Kutarik kepala Bi Inah agar menghisap lagi penisku, setelah Bi
Inah membuat basah penisku kurebahkan Bi Inah diatas karpet lalu
kurentangkan kedua kakinya dan kugesekan penisku di vaginanya sambil
kumainkan klitorisnya dengan ibu jariku.
"Uuuhh.. Den Ovii.. Masukin penisnya.. Masukin Den.. Bibi sudah nggak
tahan nih.." desahnya dan tangannya mencoba menarik penisku agar
dimasukkan ke dalam vaginanya tapi tidak kubiarkan dia memegang penisku.
Kubiarkan dirinya memohon dan memintaku agar segera memasukan penisku
ke liang kehangatannya.
"Den.. Masukin dong.. Ooohh.. Masukin ke vaginaku dong.. Jangan digesek
terus.. Den Ovii.." Bi Inah setengah berteriak ketika aku mendorong
masuk penisku dengan tiba tiba. Aku terus mengocok vaginanya dengan
penisku, setelah beberapa lama.
"Ohh.. Denn.. Aahh.. terus Den.. Bibi mau dapet lagi.. Iyaa.. Ohh.. Den
kocok yang keras.. Bibi mau dapet lagi.. Ahh.. Aahh.. Bibi dapet Den..
ahh.." desah Bi Inah dan vaginanya terasa lebih basah karena cairan
kenikmatannya membanjiri vaginanya. Aku terus menggenjot tubuhnya lalu
kuputar tubuhnya sehingga posisi tubuh Bi Inah tengkurap dan aku
menindih tubuhnya dari belakang.
"Den ovi.. Ouh ouh.. Enak Den.. Enakk.. Euh euh.. terus Den.. Den ovi..
Mpphh.. Den ovvii.. Bibi mau dapet lagi.. ahh.." Bi Inah mendesah
panjang dan terasa vaginanya berdenyut kencang. Hal ini membuat penisku
terasa lebih dijepit, aku terus memompa vagina Bi Inah.
"Ouh.. Ouh Den.. terus Den.. Enak banget.. Dorong Den.. Yang dalem Den.. Ouh.. Denn"
"Ouh Bi Inah.. Aku mau keluar Bi.. Mau keluar.."
"Bareng Den.. Den Ovi.. Bareng Den.. Bibi juga sudah mau lagi.."
"Iya Bi.. Kita keluar bareng ya.. Bi Innaahh.. Aahh.. Ouhh.. Ouhh.."
"Tahan Bi.. Bi Inah tahan.. Bentar lagi Bi.. Aku sudah mau keluar.." aku
terus memompa tubuhnya sementara Bi Inah mencengkeram kaki meja dengan
kencang dan kepala bergoyang tak beraturan.
"Den Ovi.. Bibi sudah nggak kuat.. ahh.. Ayo Den.. keluar bareng Den Ovi.."
"Bi aku mau keluar.. Sekarang Bi.."
"Ouh Den.. Enak Den.. Bibi enak Den.. Keluarin Den.. Keluarin pejunya di
vagina bibi Den.. Ouh.. Anget Den.. Peju Den ovi anget.. Jangan dicabut
dulu Den penisnya.. Ouh ouh.. Den ovii.. Enak Den.."
Lalu kucabut penisku dan dilapnya penisku oleh Bi Inah. Bi Inah mencium
penisku dan menghisapnya sebentar dan membiarkanku istirahat.
"Makasih ya Bi Inah, vagina bibi enak banget."
"Sama Ibu enak mana?" aku hanya tersenyum.
"Sama enaknya koq Bi.. Tadi malam Bibi ngintip ya?"
"Lho koq Den ovi tahu?" wajahnya menunjukan keterkejutannya.
"Aku liat koq Bi Inah ngintip dari pintu dapur."
"iya Den.. Maaf ya.. Abis tadi malem bibi nggak bisa tidur.. Pas mau nonton TV, eh liat Den Ovi lagi diisepin ama Ibu."
"Jadi bibi lama dong ngintip aku ama ibu lagi 'main'?"
"Iya.. Makanya bibi jadi nafsu banget tadi malem, apalagi waktu Den Ovi ngocok depan muka ibu.."
Bi Inah memakaikan celanaku dan membereskan pakaiannya lalu dia berjalan
ke belakang. Terdengar suara air dibelakang, rupanya Bi Inah sedang
membersihkan badan. Aku segera mandi dan berganti pakaian. Selesai mandi
Bi Inah sudah mengenakan pakaiannya kembali, rambutnya yang panjang
digelung ke atas dan sedang menyiapkan makan siang.
"Makasih ya Bi Inah." sambil kupeluk dari belakang dan kuremas peyudaranya dan kucium lehernya.
"Iya Den, sama sama. Bibi sudah lama nggak kayak tadi, jangan bilang Ibu
ya, nanti Ibu marah sama saya." sambil menggelendot manja padaku.
Aku mengangguk dan menciumnya sekali lagi. Tubuhnya wangi sabun dan
rambutnya digelung ke atas sehingga menampakan lehernya yang bersih. Bi
Inah memang selalu merawat tubuhnya. Hanya nasib yang membedakan Bi Inah
dengan Mbak Amy. Menurutku jika Bi Inah dandan dan mengenakan baju
mahal, dia tidak tampak seperti pelayan. Menjelang sore Mbak Amy datang
dan membangunkan aku yag tertidur di depan TV. Aku segera mandi dan
keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk. Mbak Amy hanya mengenakan
daster pendek dan sedang membereskan lemari pakaiannya. Kupeluk Mbak Amy
dari belakang dan kuciumi lehernya yang putih sambil kuremas remas
kedua payudaranya yang tidak mengenakan bra.
"Ouuhh.. Vvii.. Sshh.. Mmm.. Terus.. Say.. Ouh.. Sshh.. Mmpphh.."
Tangan Mbak Amy menarik handukku, memegang penisku dan mengelus elus
penisku yang sudah tegang. Kudorong tubuhnya menghadap tembok lalu
kuangkat dasternya dan kuciumi serta kujilati pantatnya sambil kutarik
turun CD-nya.
Mbak Amy membalik tubuhnya, kujilati serta kuciumi bulu tipis dibawah
perutnya sementara ibu jariku memainkan klitorisnya dan jari tengahku
bermain didalam vaginanya. Mbak Amy mendesah tak karuan dan mendorong
kepalaku agar menjilati vaginanya. Setelah kujilati beberapa lama
tubuhnya menegang, tangannya menekan kepalaku dan Mbak Amy mendesah
sedikit berteriak menikmati orgasmenya. Aku duduk disofa dan Mbak Amy
menghisap penisku tiba tiba Bi Inah membuka pintu dan masuk membawa
pakaian Mbak Amy, tampak kaget dan menjatuhkan pakaiannya kelantai.
"I.. Ibu?" dengan nada terkejut.
"Sini Bi.."
Bi Inah duduk disamping Mbak Amy.
"Maaf bu, saya ndak tahu kalau ibu.." sambil menundukan kepala.
"Ya sudah ndak pa pa koq Bi. Tapi lain kali ketok pintu dulu ya."
Mbak Amy memegang dan membimbing tangan Bi Inah ke penisku. Bi Inah tampak malu.
"Sudah Bi, ndak usah malu. Ayo sini." Mbak Amy sambil menarik Bi Inah
menggantikan posisinya dihadapanku. Tangan Bi Inah mengelus penisku dan
Mbak Amy memeluknya dari belakang. Bi Inah tersenyum melihatku dan mulai
mengocok penisku, Mbak Amy membuka baju Bi Inah. Bi Inah hanya
mengenakan bra dan CD saja, Mbak Amy memegang penisku dan tangannya yang
satu lagi menarik kepala Bi Inah agar menghisap penisku.
"Ouh. Bi. Oh. Yeess.. Jilat Bi.. Ouh. Ouh. Aahh." Bi Inah menjilati dan
mengulum penisku, Mbak Amy meremas remas payudara Bi Inah dan membuka
bra-nya.
"Terus jilat penis ovi Bi, isep Bi." Bi Inah mengikuti semua perkataan
majikannya. Bi Inah mengulum penisku, Mbak Amy meremas payudara Bi Inah,
menciumi tubuhnya dan menelanjanginya. Bi Inah dan Mbak Amy bergantian
menghisap dan menjilati penisku. Kuraih tubuh Bi Inah, kududukan dia
diatas sofa, kucium bibirnya, lehernya, kuremas payudaranya dan kuhisap
putingnya bergantian. Mbak Amy disebelahnya juga meremas payudara Bi
Inah dan memainkan klitoris dan vaginanya sendiri. Aku lalu menjilati
vagina Bi Inah dan Mbak Amy bergantian. Kedua tanganku memainkan vagina
mereka. Terkadang kuhisap puting payudara Mbak Amy dan Bi Inah
bergantian.
"Ouh Vii. Yes. Isep say.. Isep putingku.. Ouh.."
"Denn.. Kocok vagina bibi.. Aahh.. Enak Den.. Uh uhh.."
Mereka mendesah tak karuan dan Bi Inah menarik kepalaku agar menjilati vaginanya.
"Oh oh.. Denn.. Jilat Den. Jilat vagina bibi.. Bibi mau dapet.. Ah.."
tubuhnya menegang dan vaginanya berdenyut, Bi Inah mencapai orgasmenya
yag pertama lalu aku menjilati vagina Mbak Amy.
"Ouh Vii.. Mphh.. Mmpphh. Jilat say.. Jilat klentitku. Isep say.. Aah..
Vii." tubuh Mbak Amy menegang dan bergetar, kedua kakinya menjepit
kepalaku, tak berapa lama jepitannya mengendur.
"Ayo Vii.. Entot aku sayang. Aku sudah nggak tahan nih.."
"Iya Den.. Bibi juga mau rasain penis Den ovi.."
Aku merebahkan mereka berdua diatas kasur, kugesekan penisku divagina
Mbak Amy. Bi Inah meremas payudara Mbak Amy dan sesekali menghisap
putingnya.
"Uh.. uh.. Vii. Masukin sayang.. Ouh.. Ouh. Isep Bi.. Isep tetekku..
Vii.." tubuh Mbak Amy melengkung ketika aku memasukan penisku hingga
mentok ke dinding rahimnya.
"Vii.. Ahh terus sayang.. Yang kenceng. Ahh. Aahh.. Bii Inaahh.. Isep.."
Mbak Amy mendesah tak karuan, tangannya memegang kepala Bi Inah di
payudaranya dan tangannya satu lagi memainkan klitorisnya sendiri. Aku
terus memompa Mbak Amy sambil memainkan vagina Bi Inah dengan dua
jariku. Aku kocok vaginanya dan ibu jariku memainkan klitorisnya.
"Ouh denn.. Enak Den.. Mmpphh mmpphh.. Terus Den.." Bi Inah mendesah dan rambutnya yang disanggul ditarik lepas oleh Mbak Amy.
"Ouh Mbak. Yess.. Aku mau keluar Mbak.. Aku mau keluar.. Mbak Amy.. Ouh.. Yess.."
"Vii.. Bareng Vi.. Aku sudah diujung nih.. Bi isep terus.. Ouhh.. Yess..
Aahh." tubuh Mbak Amy bergetar, kakinya menjepit pinggulku, vaginanya
terasa berdenyut dan membasahi vaginanya. Penisku terasa lebih dijepit
vaginanya. Terus kugenjot tubuh Mbak Amy dan kuputar tubuhnya sehingga
membuat posisi doggy style, kutarik tubuh Bi Inah dan kucium bibirnya
sambil terus kugenjot tubuh Mbak Amy.
"Terus Vii.. Keras Vi.. Lebih kenceng say.. Aku mau keluar lagi..
Yeess." desahnya dan tangannya mencengkeram sprei, kepalanya bergerak
tak beraturan. Aku terus berciuman dengan Bi Inah dan tangan Bi Inah
memijat buah zakarku menambah kenikmatanku.
Aku rebahkan Mbak Amy dan kakinya kuletakan dipundakku, kupompa tubuh Mbak Amy dengan keras.
"Ouhh.. Vii.. Terus say.. Aahh.. Aku mau dapett.. Ovii.. terus say.. terus vi.. Ahh ahh.. Ouhh ouuhh.. Yeess.."
"Uh uh Mbak Ammyy.. AaARRGGHH.. AH AAHhh." aku mendesah panjang
berbarengan dengan Mbak Amy juga tumpahnya air maniku di vagina Mbak
Amy.
Aku merebahkan diri disampingnya. Kucium bibirnya lembut. Aku menarik
tubuh Bi Inah agar mengangkangi mukaku dan kujilat vaginanya serta
kuhisap hisap klitorisnya. Bi Inah mendesah dan mengerang keenakan,
rambutku dijambaknya agar terus menjilati vaginanya.
"Jilat Den.. Isep klitoris bibi.. Ouh uh denn.. Bibi mau dapet.."
Bi Inah menggoyang pantatnya, vaginanya terasa basah dan kuhisap cairan
yang menetes dari vaginanya. Kurebahkan Bi Inah disamping Mbak Amy dan
kumasukan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah.
"Ouhh Den Ovii.. Enak Den.. terus Den.. Ouh ah ah ah.. Denn ovii." aku
terus menggenjot vaginanya dan kuputar pinggulku. Aku miringkan tubuhnya
dan kuangkat kakinya satu kepundakku. Setelah beberapa lama kuputar
tubuhnya dan kuangkat pantatnya sehingga Bi Inah dalam posisi tengkurap
dan pantatnya menungging lalu kumasukan panisku ketubuhnya.
"Ouh Denn.. Enak Den.. Enak banget.. Oh oh.. Bibi mau dapet denn.. Bibi mau dapet lagi.. Ayo Den keluar bareng.. Ouh ouh.."
Bi Inah mencengkeram pinggir tempat tidur, Mbak Amy terus meremas remas payudara Bi Inah dan sesekali mencium bibirnya.
"Ayoo Den.. Bibi sudah nggak kuatt.. Aahh aahh.. Denn.. Cepett.. Bibi
sudah nggak tahann.." desahnya berbarengan dengan denyut vaginanya dan
terasa basah, rupanya Bi Inah mencapai orgasmenya lebih dulu. Aku terus
memompa vaginanya.
"Bibii.. Aahh aahh.. Aku mau keluar.. Bi Inahh.. Aahh.." aku cabut
penisku dan kukocok penisku, Mbak Amy memutar tubuh Bi Inah agar
terlentang dan mencium bibirnya serta meremas payudaranya dan aku
menyaksikan adegan ciuman antara Bi Inah dan Mbak Amy. Aku genjot
kembali tubuh Bi Inah.
"Bi Inahh.. Oouuhh.." desahku dan tumpahlah air maniku didalam vagina Bi
Inah, kucabut penisku lalu Mbak Amy dan Bi Inah bergantian mengulum
penisku membersihkan mengharapkan sisa sisa air maniku. Aku mencium Mbak
Amy dan merebahkan diriku diatas tubuh Bi Inah.
"Makasih ya Bi, vagina bibi enak banget."
"Iya Den, penis Den Ovi gede pas di vagina bibi." lalu aku memeluk Mbak Amy dan mencium lembut bibirnya.
"Makasih ya Mbak."
"Iya vii sama sama, kamu sudah ngasih Mbak kepuasan." sambil memelukku dan mencium keningku.
Aku sempat melakukannya sekali lagi dengan Mbak Amy dikamar mandi.
Kemudian aku memesan taksi dan berpamitan untuk pulang. Demikianlah
kisahku yang lain dengan Mbak Amy.
E N D
Senin, 05 Juni 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar