Cerita ini terjadi beberapa bulan yang
lalu. Waktu itu saya harus dinas ke Surabaya, dari kantor saya mendapat
tiket kereta api Argo Bromo, karena kereta api akan sampai di Surabaya
pada pukul 04.00 pagi, maka saya hubungi teman saya yang kost dekat
kantor untuk dapat istirahat sambil menunggu jam kantor.
Seperti biasa saya sampai di kost teman
saya jam 04.45, saya langsung menuju ke kamar teman saya di lantai II,
untungnya terdapat dipan tambahan yang dapat saya pakai untuk istirahat.
Saya langsung tidur lagi karena sangat ngantuk dan saya baru ke kantor
nanti siang setelah istirahat makan. Jam 09.00 saya baru bangun, teman
saya sudah tidak ada lagi di kamarnya berangkat kerja, juga teman
kostnya yang lain. Lalu saya turun ke lantai I untuk mandi, karena
kebetulan kamar mandi di lantai II lagi rusak dan masih dibetulkan.
Selesai mandi (hanya menggunakan handuk
dililitkan di badan) saya keluar dari kamar mandi menuju lantai II. Pada
saat mau naik tangga saya dipanggil ibu kost teman saya, “Mas, itu
sudah disiapkan kopinya, silakan langsung di minum, mumpung masih
hangat”, ibu kost teman saya itu umurnya kira-kira 30 tahun lebih
sedikit, langsung saja saya menuju ke meja makan yang dimaksud dan duduk
untuk minum kopi yang sudah disediakan. Ibu kost itu juga menemani saya
di meja makan minum kopi. Sambil mijit-mijit pundaknya ibu kost
bertanya.
+ “Kopinya cukup manis nggak Mas?”
-“Sudah kok bu, pas banget, tetapi ibu kok kelihatan sakit?”
+ “Iya nich pundak ibu agak sakit”,
-“Biasa dipijit nggak bu?”
+ “Iya sich, tapi pembantu ibu lagi ke pasar.”
-“Kalau mau saya bisa bantuin pijit sebentar Bu supaya bisa agak baikan?”
“Boleh.”
“Boleh.”
Lalu saya pijat pundaknya sebentar, kelihatannya sich nggak terlalu banyak masalah dengan pundaknya. Dia bilang:
+ “Wah nikmat juga ya pijatan Mas ini, sebenarnya pinggang ibu juga agak keseleo sedikit”,
+ “Ibu mau dipijitin pinggangnya, tapi kalau pijit pinggang harus sambil tidur karena posisinya susah kalau sambil berdiri.”
+ “Boleh saja kalau Mas nggak keberatan kita ke kamar ibu saja ya?”
-“Yuuk.”
-“Yuuk.”
Sambil saya ikuti langkahnya menuju kamar dia.
Sampai di kamar langsung saja dia tidur
tengkurap di tengah tempat tidur, saya jadi bingung bagaimana caranya
mijit dia, rupanya dia mengerti kebingungan saya dia bilang “Mas
langsung saja naik di tempat tidur dan pijitin ibu, kalau butuh body
lotion itu ada di meja rias ibu.” Saya ambil body lotion yang dimaksud
dan menuju ke tempat tidurnya sambil saya bilang “Bu, bajunya tolong di
buka bagian atasnya supaya saya bisa pijit pinggang ibu.” Langsung dia
bangun lagi dari tempat tidurnya dan melepas dasternya ternyata di balik
dasternya itu sudah tidak ada apa-apa lagi alias bugil. Saya hanya bisa
bengong saja melihat pemandangan yang aduhai ini, bodinya termasuk
lumayan bagus, dengan payudaranya yang tidak terlalu besar dan putingnya
yang tegak menantang berwarna coklat kemerahan, dan bulunya yang di
potong pendek dan rapi berbentuk segitiga, dan pantatnya yang aduhai
bentuknya, walaupun wajahnya tidak terlalu cantik, tetapi bodinya yang
yahud bikin tegang pen|s saya. Sampai jakun saya naik turun melihat
pemandangan tersebut. Dia tersenyum saja melihat saya bengong melihati
dia.
+ “Mass, jangan bengong achh, cepet bantuin ibu.”
+ “Mas, cepet saja tuh handuk di lepas,
lihat tuch yang di dalam sudah pingin nongol lihat temennya”, karena
saya hanya pakai handuk yang dililitkan tentu saja pen|s saya yang sudah
tegang berat nongol dari lilitan dan kelihatan pen|s saya. Melihat saya
masih bengong saja, dia dekati saya sambil menarik lilitan handuk saya,
begitu handuk saya lepas pen|s saya langsung mengacung.
+ “Mas, gede juga ya penisnya”, sambil
dipijit-pijit dengan lembut dan dia jilati pen|s saya dan sekali-sekali
memasukkan pen|s saya ke mulutnya sampai 1/2 nya, saya sudah nggak bisa
mikir apa-apa lagi karena rasanya nikmat banget, saya sudah nggak sabar
lagi saya raih payudaranya dengan dua tangan, dan saya angkat badannya
yang masih jongkok ke ranjang.
Langsung saya ciumi bibirnya yang
langsung tanggap dengan mengeluarkan lidahnya, saya mainkan lidahnya
dengan lidah saya sambil tangan saya bergerilya memegang payudaranya,
dan tangannya rupanya tidak mau kalah, karena dia juga memegang pen|s
saya sambil di urut-urut. Lalu saya putar posisi 69, saya ciumi mulai
dari bibirnya, terus turun ke payudaranya, waktu saya jilat pentilnya
yang sudah keras dia juga jilat pentil saya, rasanya nikmat sekali.
Terus saya turun ke pusarnya, dan pelan-pelan menyusuri kakinya yang
sudah celentang, saya jilati dari pusar sampai ke pahanya dan
pelan-pelan balik lagi ke bulunya yang rapi dan ke paha satunya lagi dan
kembali ke vaginanya yang sudah basah.
Saya nggak mendengarkan desahannya
karena dia juga melakukan yang sama untuk saya, dia jilat habis pen|s
saya sampai ke zakar dengan sedikit di gigit-gigit, rasanya nikmat
banget, lama juga saya lakukan 69 itu.
+ “Mass, shh, shh, udach acchh, nggak kuat lagi, masukin dong, achh.”
Saya langsung balik badan dan arahkan pen|s saya ke vaginanya yang sudah basah, bless, terasa hangat dan licin, langsung saya kocok keras-keras pen|s saya. Terdengar ritihannya lagi
Saya langsung balik badan dan arahkan pen|s saya ke vaginanya yang sudah basah, bless, terasa hangat dan licin, langsung saya kocok keras-keras pen|s saya. Terdengar ritihannya lagi
+ “Mass, shh, shh aduhh, achh”, saya
lihat mukanya makin memerah dengan sedikit mengerut di dahinya, rupanya
dia menahan kenikmatan yang dialami. Kemudian dia berhenti goyang dan
mendorong badan saya dan dibalik, rupanya dia ingin main di atas. Sambil
goyang-goyang dia pegang payudaranya yang berayun-ayun seirama dengan
goyangannya, tiba-tiba dia sorongkan payudaranya ke muka saya. + “Mass,
diisep dong”, rupanya dia mau klimaks, saya hisap payudaranya sambil
saya remas yang satunya, gerakan dia lebih menggila lagi sambil
mendesah-desah “Sshh, scchh, aduhh, acchh”, lalu dia memeluk saya “Mass,
aku keluar acchh”, saya peluk dia sambil mencium pipinya, lalu saya
cabut pen|s saya yang basah kena cairannya, karena saya belum selesai
dan dia sudah kelelahan saya sikat dia dari belakang dengan doggy style,
pelan-pelan saya masukan dan keluarkan pen|s saya, sampai hampir keluar
semua, rupanya gerakan saya yang panjang-panjang ini juga dinikmati
olehnya, karena saya dengar desahannya “Shh, shh, achh, achh”, nggak
lama kemudian saya juga keluar “sruut, srruut sruut, sruut”, nggak pakai
tanya saya keluarkan saja di dalam habis nikmat. Setelah itu saya
rebahan di ranjangnya. Kemudian mandi lagi bersamanya.
Sejak itu saya jadi senang kalau di tugaskan ke Surabaya oleh kantor. Sekarang ini saya lagi siap-siap guna nanti malam berangkat ke Surabaya lagi dan saya sudah telepon dia untuk siap-siap manuver lagi. END
0 komentar:
Posting Komentar