Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
Setelah tamat dari SMU, aku mencoba merantau ke Jakarta. Aku berasal
dari keluarga yang tergolong miskin. Di kampung, orang tuaku bekerja
sebagai buruh tani. Aku anak pertama dan memiliki dua orang adik
perempuan, yang nota bene nya masih bersekolah.
Aku ke Jakarta hanya berbekal ijazah SMU. Dalam perjalanan ke
Jakarta, aku selalu terbayang akan suatu kegagalan. Apa jadinya aku yang
anak desa ini hanya berbekal Ijazah SMU mau mengadu nasib di kota buas
seperti Jakarta.
Selain berbekal Ijazah yang nyaris tiada artinya itu, aku memiliki
keterampilan hanya sebagai supir angkot. Aku bisa menyetir mobil, karena
aku di kampung, setelah pulang sekolah selalu diajak paman untuk narik
angkot. Aku menjadi keneknya, paman supirnya. Tiga tahun pengalaman
menjadi awak angkot, cukup membekal aku dengan keterampilan setir mobil.
Paman yang melatih aku menjadi supir yang handal, baik dan benar
dalam menjalankan kendaraan di jalan raya. Aku selalu memegang teguh
pesan paman, bahwa : mengendarai mobil di jalan harus dengan sopan
santun dan berusaha sabar dan mengalah. Pesan ini tetap kupegang teguh.
Di Jakarta aku numpang di rumah sepupu, yang kebetulan juga bekerja
sebagai buruh pabrik di kawasan Pulo Gadung. Kami menempati rumah petak
sangat kecil dan sangat amat sederhana. Lebih sederhana dari rumah type
RSS ( Rumah Susah Selonjor). Selain niatku untuk bekerja, aku juga
berniat untuk melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi.
Dua bulan lamanya aku menganggur di Jakrta. Lamar sana sini, jawabnya
selalu klise, ” tidak ada lowongan “. Pada suatu malam, yakni malam
minggu, ketika aku sedang melamun, terdengar orang mengucap salam dari
luar.
Ku bukakan pintu, ternya pak RT yang datang. Pak RT minta agar aku
sudi menjadi supir pribadi dari sebuah keluarga kaya. Keluarga itu
adalah pemilik perusahaan dimana pak RT bekerja sebagai salah seorang
staff di cabang perusahaan itu. Sepontan aku menyetujuinya.
Esoknya kami berangkat kekawasan elite di Jakarta. Ketika memasuki
halaman rumah yang besar seperti istana itu, hatiku berdebar tak karuan.
Setelah kami dipersilahkan duduk oleh seorang pembantu muda di ruang
tamu yang megah itu, tak lama kemudian muncul seorang wanita yang
tampaknya muda.
Kami memberi hormat pada wanita itu. Wanita itu tersenyum ramah
sekali dan mempersilahkan kami duduk, karena ketika dia datang, sepontan
aku dan pak RT berdiri memberi salam ” selamat pagi”. Pak RT
dipersilahkan kembali ke kantor oleh wanita itu, dan diruangan yang
megah itu hanya ada aku dan dia si wanita itu.
” Benar kamu mau jadi supir pribadiku ? ” tanyanya ramah seraya
melontarkan senyum manisnya. ” Iya Nyonya, saya siap menjadi supir
nyonya ” Jawabku. ” jangan panggil Nyonya, panggil saja saya ini Ibu,
Ibu Maya ” Sergahnya halus. Aku mengangguk setuju.
” Kamu masih kuliah ?” ” Tidak nyonya eh…Bu ?!” jawabku. ” Saya baru
tamat SMU, tapi saya berpengalaman menjadi supir sudah tiga ahun”
sambungku. Wanita itu menatapku dalam-dalam. Ditatapnya pula mataku
hingga aku jadi slah tingkah.
Diperhatikannya aku dari atas samapi kebawah. ” kamu masih muda
sekali, ganteng, nampaknya sopan, kenapa mau jadi supir ?” tanyanya. ”
Saya butuh uang untuk kuliah Bu ” jawabku. ” Baik, saya setuju, kamu
jadi supir saya, tapi haru ready setiap saat. gimana, okey ? ” ” Saya
siap Bu.” Jawabku.
” Kamu setiap pagi harus sudah ready di rumah ini pukul enam, lalu
antar saya ke tempat saya Fitness, setelah itu antar saya ke salon,
belanja, atau kemana saya suka. Kemudian setelah sore, kamu boleh
pulang, gimana siap ? ” ” Saya siap Bu” Jawabku. ” Oh..ya, siapa namamu ?
” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya. Sepontan aku menyambut dan
memegang telapak tangannya, kami bersalaman.
” Saya Leman Bu, panggil saja saya Leman ” Jawabku. ” Nama yang bagus
ya ? tau artinya Leman ?
” Tanyanya seperti bercanda. ” Tidak Bu ”
Jawabku. ” Leman itu artinya Lelaki Idaman ” jawabnya
sambil tersenyum
dan menatap mataku. Aku tersenyum sambil tersipu.
lama dia menatapku. Tak terpikir olehku jika aku bakal mendapat
majikan seramah dan se santai Ibu Maya. Aku mencoba juga untuk bergurau,
kuberanita diri untuk bertanya pada beliau. ” Maaf, Bu. jika nama Ibu
itu Maya, apa artinya Bu ? ”
” O..ooo, itu, Maya artinya bayangan, bisa juga berarti khayalan,
bisa juga sesuatu yang tak tampak, tapi ternyata ada.Seperti halnya
cita-citamu yang kamu anggap mustahil ternyata suatu saat bisa kamu
raih, nah,,,khayalan kamu itu berupa sesuiatu yang bersifat maya, ngerti
khan ? ” Jawabnya serius.
Aku hanya meng-angguk-angguk saja sok tahu, sok mengerti, sok seperti
orang pintar. Jika kuperhatikan, body Ibu Maya seksi sekali, tubuhnya
tidak trlampau tinggi, tapi padat berisi, langsing, pinggulnya seperti
gitar sepanyol.
Yang lebih, gila, pantatnya bahenol dan buah dadanya
wah…wah…wah…puyeng aku melihatnya. Dirumah yang sebesar itu, hanya
tinggal Ibu Maya, Suaminya, dan dua putrinya, yakni Mira sebagai anak
kedua, dan Yanti si bungsu yang masih duduk di kelas III SMP, putriny
yang pertama sekolah mode di Perancis.
Pembantunya hanya satu, yakni Bi Irah, tapi seksinya juga luar biasa,
janda pula ! Ibu Maya memberi gaji bulanan sangat besar sekali, dan
jika difikir-fikir, mustahil sekali. Setelah satu tahu aku bekerja,
sudah dua kali dia menaikkan agjiku, Katanya dia puas atas disiplin
kerjaku. Gaji pertama saja, lebih dari cukup untuk membayar uang
kuliahku. Aku mengambil kuliah di petang hari hingga malam hari disebuah
Universitas Swasta.
Untuk satu bulan gaji saja, aku bisa untuk membayar biaya kuliah
empat semster, edan tenan….sekaligus enak…tenan….!!! dasar rezeki, tak
akan kemana larinya. Masuk tahun kedua aku bekerja, keakraban dengan Ibu
Maya semakin terasa. Setelah pulang Fitness, dia minta jalan-jalan
dulu.
Yang konyol, dia selalu duduk di depan, disebelahku, hingga terkadang
aku jadi kagok menyetir, eh…lama lama biasa. Disuatu hari sepulang dari
tempat Fitnes, Ibu Maya minta diatar keluar kota. Seperti biasa dia
pindah duduk ke depan. Dia tak risih duduk disebelah supir pribadinya.
Ketika tengah berjalan kendaraan kami di jalan tol jagorawi,
tiba-tiba Ibu maya menyusuh nemepi sebentar. Aku menepi, dan mesin mobil
BMW itu kumatikan. Jantungku berdebar, jangan-jangan ada kesalahan yang
aku perbuat. ” Man,?, kamu sudah punya pacar ? ” Tanyanya. ” Belum Bu ”
Jawabku singkat. ” Sama sekali belum pernah pacaran ?”
” Belum BU, eh…kalau pacar cinta monyet sih pernah Bu, dulu di
kampung sewaktu SMP” ” Berapa kali kamu pacaran Man ? sering atau cuma
iseng ?” tanyanya lagi. Aku terdiam sejenak, kubuang jauh-jauh
pandanganku kedepan. Tanganku masih memegang setir mobil.
Kutarik nafas dalam-dalam. ” Saya belum pernah pacaran serius Bu,
cuma sebatas cintanya anak yang sedang pancaroba” Jawabku menyusul. ”
Bagus…bagus…kalau begitu, kamu anak yang baik dan jujur ” ujarnya puas
sambil menepuk nepuk bahuku. Aku sempat bingung, kenapa Bu Maya
pertanyaannya rada aneh ? terlalu pribadi lagi ?
apakah aku mau dijodohkan dengan salah seorang putrinya ? ach….enggak
mungkin rasanya, mustahil, mana mungkin dia mau punya menantu anak
kampung seprti aku ini ?! Setelah itu kami melanjutkan perjalanan
kepuncak, bahkan sampai jalan-jalan sekedar putar-putar saja di kota
Sukabumi.
Aku heran bin heran, Bu Maya kok jalan-jalan hanya putar-putar kota
saja di Sukabumi, dan yang lebih heran lagi, Bu Maya hanya memakai
pakaian Fitness berupa celana training dan kaos olah raga. Setelah
sempat makan di rumah makan kecil di puncak, hari sudah mulai gelap dan
kami kembali meneruskan perjalanan ke Jakarta.
Ditengah perjalanan di jalan yang gelap gulita, Bu Maya minta untu
berbelok ke suatu tempat. Aku menurut saja apa perintahnya. Aku tak
kenal daerah itu, yang kutahu hanya berupa perkebunan luas dan sepi
serta gelap gulita.
Ditengah kebun itu bu Maya minta kaku berhenti dan mematikan mesin
mobil. Aku masih tak mengerti akan tingkah Bu Maya. Tiba-tiba saja
tangan Bu Maya menarik lengaku. ” Coba rebahkan kepalamu di pangkuanku
Man ?” Pintanya, aku menurut saja, karena masih belum mengerti.
Astaga….setelah aku merebahkan kepalaku di pangkuan Bu Maya dengan
keadaan kepala menghadap keatas, kaki menjulur keluar pintu, Bu Maya
menarik kaosnya ketas. Wow…samar-samar kulihat buah dadanya yang besar
dan montok.
Buah dada itu didekatkan ke wajahku. Lalu dia berkata ” Cium Man
Cium…isaplah, mainkan sayang
…?” Pintanya. Baru aku mengerti, Bu Maya
mengajak aku ketempat ini sekedar melampiaskan nafsunya. Sebagai
laki-laki normal, karuan saja aku bereaksi, kejantananku hidup dan
bergairah. Siapa nolak diajak kencan dengan wanita cantik dna seksi
seperti Bu Maya. Kupegangi tetek Bu Maya yang montok itu, kujilati
putingnya dan kuisap-isap.
Tampak nafas Bu Maya ter engah-engah tak karuan, menandakan nafsu
biarahinya sedang naik. Aku masih mengisap dan menjilati teteknya. Lalu
bu Maya minta agar aku bangun sebentar. Dia melorotkan celana
trainingnya hingga kebawah kaki. Bagian bawah tubuh Bu Maya tampak
bugil.
Samar-samar oleh sinar bulan di kegelapan itu. ” Jilat Man jilatlah,
aku nafsu sekali, jilat sayang ” Pinta Bu Maya agar aku menjilati
memeknya. Oh….memek itu besar sekali, menjendol seperti kura-kura.
tampaknya dia sedang birahi sekali, seperti puting teteknya yang ereksi.
Aku menurut saja, seperti sudah terhipnotis.
Memek Bu Maya wangi sekali, mungkin sewaktu di restauran tadi dia
membersihkan kelaminnya dan memberi wewangian. Sebab dia sempat ke
toilet untuk waktu yang lumayang lama. Mungkin disana dia membersihkan
diri. Dia tadi ke tolilet membawa serta tas pribadinya.
Dan disana pula dia mengadakan persiapan untuk menggempur aku.
Kujilati liang kemaluan itu, tapi Bu Maya tak puas. Disuruhnya aku
keluar mobil dan disusul olehnya. Bu Maya membuka bagasi mobil dan
mengambil kain semacam karpet kecil lalu dibentangkan diatas rerumputan.
Dia merebahkan tubuhnya diatas kain itu dan merentangnya kakinya. ”
Ayo Man, lakukan, hanya ada kita berdua disini, jangan sia-siakan
kesempatan ini Man, aku sayang kamu Man ” katanya setengah berbisik, Aku
tak menjawab, aku hanya melakukan perintahnya, dan sedikit bicara
banyak kerja. Ku buka semua pakaianku, lalu ku tindih tubuh Bu Maya.
Dipeluknya aku, dirogohnya alat kelaminku dan dimasukkan kedalam
memeknya. Kami bersetubuh ditengah kebun gelap itu dalam suasana malam
yang remang-remang oleh sinar gemintang di langit. Aku menggenjot memek
Bu Maya sekuat mungkin. ” jangan keluar dulua ya ? saya belum puas ”
Pintanya mesra.
Aku diam saja, aku masih melakukan adegan mengocok dengan gerakan
penis keluar masuk lubang memek Bu Maya. Nikmat sekali memek ini,
pikirku. Bu Maya pindah posisi , dia diatas, dan bukan main
permainannya, goyangnyanya. ” Remas tetekku Man, remaslah….yang kencang
ya ?” Pintanya.
Aku meremasnya. ” Cium bibirku Man..cium ? Aku mencium bibir indah
itu dan kuisap lidahnya dalam-dalam, nikmat sekali, sesekali dia
mengerang kenikmatan. ” Sekarang isap tetekku,
teruskan…terus…..Oh….Ohhhh…..Man…Leman…Ohhh…aku keluar Man….aku kalah”
Dia mencubiti pinggulku, sesekali tawanya genit. ” kamu curang….aku
kalah” ujarnya. ” Sekarang gilirang kamu Man….keluarkan sebanyak mungkin
ya? ” pintanya. ” Saya sudah keluar dari tadi Bu, tapi saya tetap
bertahan, takut Ibu marah nanti ” Jawabku.
” Oh Ya?…gila..kuat amat kamu ?!” balas Bu Maya sambul mencubit
pipiku. ” Kenapa Ibu suka main di tempat begini gelap ?” ” Aku suka alam
terbuka, di alam terbuka aku bergairah sekali. Kita akan lebih sering
mencari tempat seperti alam terbuka.
Minggu depan kita naik kapal pesiarku, kita main diatas kapal pesiar
di tengah ombak bergulung. Atau kita main di pinggir sungai yang sepi,
ah… terserah kemana kamu mau ya Man ?” Selesai main, setelah kami
membersihkan alat vital hanya dengan kertas tisue dan air yang kami
ambil dari jiregen di bagasi mobil, kami istirahat.
Bu Maya yang sekarang tidur di pangkuanku. Kami ngobrol panjang
lebar, ngalor ngidul. Setelah sekian lama istirahat, kontolku berdiri
lagi, dan dirasakan oleh kepala Bu maya yang menyentuh batang
kejantananku. Tak banyak komentar celanaku dibukanya, dan aku dalam
sekejap sudah bugil.
Disuruhnya aku tidur dengan kaki merentang, lalu Bu Maya membuka
celana trainingnya yang tanpa celana dalam itu. Bu Maya mengocok-ngocok
penisku, diurutnya seperti gerakan tukang pjit mengurut tubuh pasiennya.
Gerakan tangan Bu Maya mengurut naik-turun. Karuan saja penisku semakin
membesar dan membesar.
Diisapnya penisku yang sudah ereksi besar sekali, dimainkannya lidah
Bu Maya di ujung penisku. Setelah itu, Bu Maya menempelkan buah dadanya
yang besar itu di penisku. Dijepitkannya penisku kedalam tetek besar
itu, lalu di goyang-goyang seperti gerakan mengocok.
” Giaman Man ? enah anggak ? ” ” Enak Bu, awas lho nanti muncrat Bu”
jawabku.. ” Enggak apa, ayo keluarkan, nanti kujilati pejuhmu, aku mau
kok ?!” . Bu Maya masih giat bekerja giat, dia berusaha untuk memuaskan
aku.
Tak lama kemudian, Bu Maya naik keposisi atas dan seperti menduduki
penisku, tapi lobang memeknya dimasuki penisku. Digoyang terus…hingga
aku merasakan nikat yang luar biasa. Tiba -tiba Bu Maya terdiam,
berhenti bekerja, lalu berjata :” Rasakan ya Man ? pasti kamu bakal
ketagihan
” Aku membisu saja. dan ternya
Ohh….memek Bu Maya bisa melakukan gerakan empot-empot,
menyedot-nyedot dan meng-urut-urut batang kontolku dari bagian kepala
hingga ke bagian batang bawah, Oh….nikmat sekali, ini yang namanya empot
ayam, luar biasa kepiawaian Bu Maya dalam bidang oleh seksual. ” Enak
syang ?” tanyanya.
Belum sempat aku menjawab, yah….aku keluar, air maniku berhamburan
tumpah ditengah liang
kemaluan Bu Maya. ” Itu yang namanya empot-empot
Man, itulah gunanya senam sex, berarti aku sukses l;atihan senam sex
selama ini ” Katanya bangga. ” Sekarang kamu puasin aku ya ? ” Kata Bu
Maya seraya mengambil posisi nungging.
Ku tancapkan lagi kontolku yang masih ereksi kedalam memek bu Maya,
Ku genjot terus. ” Yang dalam man…yang dalam ya..teruskan sayang…?
oh….enak sekali penismu…..oh….terus sayang ?!” Pinta Bu Maya. Aku masih
memuaskan Bu Maya, aku tak mau kalah, kujilati pula lubang memeknya,
duburnya dan seluruh tubuhnya.
Ternyata Bu Maya orgasme setelah aku menjlati seluruh tubuhnya. ”
kamu pintar sekali Man ? belajar dimana ? ” ” Tidak bu, refleks saja”
Jawabku. Sebelum kami meninggalkan tempat itu, Bu Maya masih sempat
minta satu adegan lagi. Tapi kali ini hanya sedikit melorotkan celana
trainingnya saja. demikian pula aku, hanya membuka bagian penis saja.
Bu Maya minta aku melakukanya di dalam mobil, tapi ruangannya sempit
sekali. Dengan susah payang kami melakukannya dan akhirnya toh juga
mengambil posisinya berdiri dengan tubuh Bu Maya disandarkan di mobil
sambil meng-angkat sedikit kaki kanannya.
Sejak saat malam pertama kami itu, aku dan Bu Maya sering bepergian
keluar kota, ke pulau seribu, ke pinggir pantai, ke semak-semak di
sebuah desa terpencil, yah pokoknya dia cari tempat-tempat yang
aneh-aneh. Tak kusadari kalau aku sebenarnya menjadi gigolonya Bu Maya.
Dan beliaupun semakin sayang padaku, uang mengalir terus ke kocekku,
tanpa pernah aku meminta bayaran.
Dia menyanggupi untuk membiayai kuliah hingga tamat, asal aku tetap selalu besama Bu Maya yang cantik itu
Sabtu, 27 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar