Cerita Sex || Cerita Mesum ||Cerita Dewasa || Foto Cewek Hot
Terbaru || Foto Bugil Terbaru || Foto Mesum Terbaru || dan Seputar
Dewasa Sex Terbaru 2017
“Woalaaah…Bu Tuty masya enggak percaya
sih?” kata Bu Lina lagi. Aku sudah janda hampir 10 tahun, sejak
perkawinan suamiku dengann istri mudanya. Aku tak nuntut apa-apa, keculi
Julius putra tunggalku harus bersamaku dan rumah yang kami benagun
bersama, menjadi milikku. Aku sakit hati sekali sebenarnya. Justru
perkawinan suamiku, karena katanya aku tidak bisa melahirkan lagi, sejak
peranakanku diangkat, ketika aku dinyatakan terkena tumor rahim.
Suamiku mengakui, kalau permainan seksku masih sangat Ok. Dalam usia 37
tahun, aku masih keliahatan cantik dan seksi.
“Lihat tuh, Bu Tuty. Matanya asyik
melirik anak bu Tuty terus tuh,” kata Bu Salmah tetanggaku itu. Kini
aku jadi agak percaya, ketika aku melihat dengan jelas, Bu Wira
mengedipkan matanya ke putra tunggalku Julius. Rasanya aku mau marah,
kenapa Bu Wira mau mengincar putraku yang masih berusia hampir 15 tahun
berkisar 12 hari lagi.
Sepulang dari arisan, aku sengaja
mendatangi tetangga yang lain dan secara lembut menceritakan apa yang
diceritakan Bu Salmah kepadaku. Tetanggaku itu tertawa cekikikan. Dari
ceritanya, suami bu Wira sudah tak sanggup lagi, bahkan suaminya sudah
tahu kelakuannya itu. Bu Wira memang suka burung muda, kata mereka.
Bahkan putra tetanggaku titu pernah digarap oleh Bu Wira. Karean malu
ribut- ribut, lagi pula anaknya yang sudah berusia 18 tahun dibiarkan
saja.
“Laki-laki kan enggak apa-apa bu.
Kalau anak perempuan, mungkin perawannya bisa hilang. Kalau anak
laki-laki, siapa tahu perjakanya hilang,” kata tetanggaku pula. Bulu
kudukku berdiri, mendengarkan celoteh tetanggaku itu. Aku kurang puas
denga dua informasi itu. Aku bertandang lagi ke tetanggaku yang lain
masih di kompleks perumahan …..(Dirahasiakan) Indah. Tetangku itu juga
mengatakan, kalau itu soal biasa sekarang ini. Malamnya aku
ngobrol-ngobrol dengan putraku Julius. Julius mengatakan, kalau Tante
Wira sudah mengodanya. Bahkan sekali pernah menyalaminya dan
mempermainkan jari telunjuknya di telapak tangan putraku. Pernah sekali
juga, kata putraku, Tante Wira mengelus burung putraku dari balik
celananya, waktu putraku bermain ke rumah Tante Wira.
Aku sangat terkejut sekali
mendengar pengakuan putraku Julius menceritakan tingkah laku Bu Wira.
Tapi tetanggaku mengatakan, itu sudah rahasia umum, dan kini masalah itu
sudah biasa. Bahkan tetanggaku mengajakku untuk berburu burung muda
bersama-sama.
Malamnya aku tak bisa tidur. AKu
sangat takut, kalau putraku akan menjadi korban dari ibu-ibu di kompleks
itu. Sudah sampai begitu? Semua sudah menjadi rahasia umum dan tak
perlu dipermasalahkan? Lamat-lamat aku memperhatikan putraku. Trnyata
dia memang ganteng seperti ayahnya. Persis fotocopy ayahnya. Walau masih
15 tahun, tubuhnya tinggi dan atletis, sebagai seorang pemain basket.
Gila juga pikirku.
Rasa takutku marah-marah kepada Bu
Wira, karean aku juga mungkin pernah dia lihat berselingkuh dengan
teman sekantorku. Mungkin itu akan jadi senjatanya untuk menyerangku
kembali, pikirku. Hingga aku harus menjaga anak laki-lakiku yang
tunggal, Julius.
Ketika Julius pergi naik sepeda
mootr untuk membeli sesuatu keperluan sekolahnya, aku memasuki kamarnya.
Aku melihat majalah- majalah porno luar negeri terletak di atas
mejanya. Ketika aku menghidupkan VCD, aku terkejut pula, melihat film
porno yang terputar. Dalam hatiku, aku haru semnyelamatkan putraku yang
tunggal ini.
Sepulangnya dari toko, aku mengajaknya ngobrol dari hati ke hati.
“Kamu kan sudah dewasa, nak. Mami
tidak marah lho, tapi kamu harus jawab sejujurnya. Dari mana kamu dapat
majalah-majalah porno dan CD porno itu,” kataku. Julius tertunduk. Lalu
menjawab dengan tenang dan malu-malu kalau itu dia peroleh dari
teman-temannya di sekolah.
“Mama marah?” dia bertanya. AKu
menggelengkan kepalaku, karena sejak awal aku mengatakan, aku tidak akan
marah, asal dijawab dengan jujur. AKu harus menjadikan putra tunggalku
ini menjadi teman, agar semuanya terbuka.
“Kamu sudah pernah gituan sama
perempuan?” tanyaku. “Maksud mami?” “Apa kamu sudah pernah bersetubuh
dengan perempuan?” tanyaku lagi. Menurutnya secara jujur dia kepingin
melakukan itu, tapi dia belum berani. Yang mengejutkan aku, katanya,
minggu depan dia diajak kawan- kawannya ke lokalisasi PSK, untuk cari
pengalaman kedewasaan. Aku langsung melarangnya secara lembut sebagai
dua orang sahabat. Aku menceritakan bagaimana bahaya penyakit kelamin
bahkan ***-AIDS. Jika sudah terkena itu, maka kiamatlah sudah hidup dan
kehidupannya.
“Teman-teman Julius, kok enggak
kena ***, MI? Padahal menurut mereka, merekaitu sudah berkali-kali
melakukannya?’ kata putraku pula. Ya ampun….begitu mudahnya sekarang
untuk melakukan hal sedemikian, batinku. “Pokoknya kami tidak boleh
pergi. Kalau kamu pergi, Mami akan mati gantung diri,” ancamku. “Tapi
Mi?” “Tapi apa?” “Julius akan kepingin juga. Katanya nikmat sekali Mi.
Lalu bagaimana dong? Julius kepingin Mi. Katanya kalau belum pernah
gituan, berarti belum laki-laki dewasa, Mi?” putraku merengek dan sangat
terbuka. Aku merangkul putraku itu. Kuciumi keningnya dan pipinya denga
penuh kasih sayang. Aku tak ingin anakku hancur karean PSK dan
dipermainkan oleh ibu-ibu atau tante girang yang sering kudengar, bahkan
oleh Bu Wira yang tua bangka itu.
Tanpa terasa airmataku menetes,
saat aku menciumi pipi putraku. Aku memeluknya erat-erat. Aku akan gagal
mendidiknya, jika anakku semata wayang ini terbawa arus teman-temannya
ke PSK sana.
“Kamu benar-benar merasakannya,
sayang?” bisikku. “Iya Mi,” katanya lemah. Aku merasakan desahan
nafasnya di telingaku. Yah…malam ini kita akan melakukannya sayang. Asal
kamu janji, tidak mengikuti teman-temanmu mencari PSK, kataku tegas.
“Berarti aku sama dengan Tony dong, Mi?” “Tony? Siapa Tony?” tanyaku
ingin tahu, kenapa dia menyamakan dirinya dengan Tony. Menurut cerita
Julius putraku, Tony juga dilarang mamanya mengikuti teman-temannya
pergi mencari PSK, walau Tony sudah sempat juga pergi tiga kali bersama
teman-teman sekelasnya. Untuk itu, secara diam-diam Tony dan mamanya
melakukan persetubuhan. Katanya, Tony memakai kondom, agar mamanya tidak
hamil. Aku terkejut juga mendengarnya.
“Kamu tidak perlu memakai kondom,
sayang. Mami yakin, kalau mami tidak akan hamil,” kataku meyakinkannya.
Seusai makan malam, Julius tak sabaran meminta agar kami melakukannya.
AKu melihat keinginan putra begitu mengebu-gebu. Mungkin dia sudah
pengalaman melihat CD Porno dan majalah porno pikirku. AKu secepatnya ke
kamar mandi mencuci paginaku dan membuka BH dan CD ku. AKu memakai
daster miniku yang tipis. Di kamar mandi aku menyisiri rambutku serapi
mungkin dan menyemprotkan parfum ke bagian-bagian tubuhku. Aku ingin,
putraku mendapatkan yang terbaik dariku, agar dia tidak lari ke PSK atau
tante girang. Putraku harus selamat. Ini satu-satunya cara, karea
nampaknya dia sudah sulit dicegah, pengaruh teman-temannya yang kuat.
Jiwanya sedang labil-labilnya, sebagai seorang yang mengalami puberitas.
Begitu aku keluar dari kamar mandi, putraku sudah menanti di kamar. Dia
kelihatan bingung melihat penampilanku malam ini. Tidak seperti
biasanya.
“Kamu sudah siap sayang,” kataku.
Putraku mengangguk. Kudekati dia. Kubuka satu persatu pakaiannya. Kini
dai telanjang bulat. AKua melapaskan dasterku. Aku juga sudah telanjang
bulat. Aku melihat putraku melotot mengamati tubuhku yang telanjang.
Mungkin dia belum pernah melihat perempuan telanjang sepertiku di
hadapannya. Aku duduk di tempat tidur. Kutarik tangannya agar berdiri di
sela-sela kedua kakiku. Aku peluk dia. Aku kecip bibirnya dengan
mesara. Pantatnya kusapu-sapu dengan lembut, juga punggungnya.
Dengan cepat terasa burungnya
bergerak-gerak di perutku. Kujilati lehernya. dia mendesah kenikmatan.
Liodahku terus bermain di pentil teteknya. Lalu menjalar ke ketiaknya
dan sisi perutnya. Aku merasakan tangan anakku mulai memagang kepalaku.
Kuperintahkan dia untuk duduk di pangkal pahaku. Kini dia duduk di
pangkal pahaku, dengan kedua kakinya bertumpu ke pinggir tempat tidur.
Tiba-tiba aku merebahkan diriku ke tempat tidur. dia sudah berada di
atasku. Kuminta agar dia mengisap puting susuku. Mulutnya mulai beraksi.
Sementara burungnya terasa semakin keras pada rambut paginaku. Dengan
cepat pula, kurebahkan dirinya. Kini aku yang balik menyerangnya.
Kujilati sekujur tubuhnya. Batang burungnya, telur yang menggantung di
pangkal burungnya. Ku kulum burungnya dan kupermainkan lidahku pada
burung itu.
“Mami…geli,” putraku mendesah.
“Tapi enakkan, wayang,” tanyaku. “Enak sekali Mi,” katanya. Aku
meneruskan kocokanku pada burungnya. Dia menggelinjang-gelinjang.
Kuteruskan kucokanku. Kedua kakinya menjepit kepalaku
dan…croot.croot.crooooooot! Spermanya keluar. Kutelan sepermanya dan
kujilati batangnya agar spermanya tak tersisa. Aku senagaja
memperlihatkannya kepadanya.
Kini dia menjadi lemas. Terlalu
cepat dia keluar. Mungkin sebagai pemula, dia tak mampu mengontrol diri.
Kuselimuti dirinya. 20 menit kemudian, setelah nafasnya normal, aku
memberinya air minum segelas. Lalu aku membimbingnya ke kamar mandi
untuk membersihkan diri. Kusabuni burungnya dan kulap pakai handuk. Kini
kami sudah terbaring berdua di tempat tidur.
“Enak sayang?” tanyaku. Dia
menagngguk. “Tapi Mi, kita kan belum begituan. Katanya kalau begituan,
burung Julius masuk ke lubang mem*k Mami,” katanya polos. Aku menganguk.
Kamu harus segar dulu. Nanti kita ulangi lagi. Nanti kamu boleh
memasukkannya ke lubang Mami, kataku. “Kenapa nanti Mi? Kenapa tidak
sekarang?” dia mendesak. Dia sudah begitu menginginkannya pikirku.
Langsung kulumat bibirnya. Kujulurkan lidahku ke dala mulutnya. Dia
langsung meresponsnya. Kini dia berganti memberikan lidahnya padaku. Aku
mengemutnya dengan lembut. Tanganku terus membelai-belai tubuhnya dan
burungnya kuelus- elus. Sebentar saja burung itu bangkit.
“Naiki Mami, sayang,” kataku. Dia
naik ke tubuhku. “Masukkan,” pintaku. Dia mencari-cari lubangku.
Kuarahkan burungnya dengan tanganku. Setelah burung itu terasa di tengah
bibir paginaku, kuminta dia menekannya. Dia menakan burungnya dan
langsung masuk, karean paginaku sudah basah. Aku memang sudah sangat
lama merindukan ada burung memasuki paginaku.
Setelah terhenti 5 tahun
perselingkuhanku dengan seorang duda teman sekantorku (sejak dia pindah)
aku tak pernah lagi selingkuh. Burung yang besarnya cukup itu, terasa
sudah mengganjal di liang paginaku. KUkangkangkan kedua kakiku. Aku
membiarkan burung itu tenggelam di dalamnya. Tak lama kemudian, aku
merasakan putraku sudah mulai menarik-cucuk burungnya. Aku biarkan saja,
walaupun sebenarnya aku sudah agak gatal ingin meresponsnya. Lama
kelamaan, aku tak tahan juga. Aku pun meresponnya dengan hati-hati,
seakan aku hanya melayaninya saja, bukan karean kebutuhanku.
Sambil memompa burungnya, kuarahkan
mulutnya untuk mengisap-isap pentil payudaraku. Dia melakukannya. AKu
sudah melayang di buatnya. Sudah lama sekali aku tidak merasakan
kenikmatan itu, sementara usia yang 37 tahun, masih membutuhkannya.
Kujepit kedua kakiku ke tubuh putraku. Aku orgasme dengan cepat. Aku
tidak memperlihatkan, kalau aku sudah orgasme. Perlahan-lahan aku tetap
meresponsnya, sampai aku normal kembali.
“Jangan digenjot dulu, sayang.
Mami Capek. Isap saja tetek mami, sayang,” pitaku. Aku tak ingin dia
sudah orgasme, sementara aku masih jauh. Dia menjilati tetekku dan
mengisap-isapnya. Atas permintaanku, sekali-sekali dia juga menggigit
putingku. Libidoku bangkit. Aku mulai melayang. Aku mulai menggoyang
tubuhnya dari bawah.
Dia merespons dengan kemabli
menggejotku, menarik dan mencucuk burungnya ke dalam liang paginaku. Aku
mendengar, suara begitu becek pada paginaku. Aku sedikit malu, karena
selama ini, aku sudah tidak merawat lagi paginaku. Tapi dia semakin
semangat mengocokkan burungnya.
“Mami…aku sudah mau keluar nih…”
katanya. Saat itu aku juga sudah mau muncrat. Aku percepat goyanganku,
agar aku lebih dulu sampai pada puncak kenikmatan itu. Dan…dia memelukku
erat sekali. Bahuku digigitnya dan sebelah tangannya mencengkeram
rambutku. Ternyata kami bisa sama-sama sampai. Aku masih mampu mengatur
irama permainan ini, pikirku.
Aku keringat dan putraku juga
berkeringat. Perlahan dia ku baringkan ke sisiku dan aku menyelimuti
tubuh kami dengan selimut tipis, sekaligus melap tubuh kami dari
keringat. Setelah 15 menit aku bangkit dan meneguk segelas air putih.
Segelas kuberikan kepdanya. Julius berjanji untuk merahasiakan ini
kepada siapa saja, termasuk kepada teman dekatnya. Walau menurut Julius,
temannya sudah berhubungan dengan beberapa wanita di lokalisasi PSK,
namun behubungan dengan ibunya jauh lebih nikmat. Aku juga memberi yang
terbaik buat putraku, demi keselamatan hidupnya, terhidar dari PSK dan
tante giang.
Aku menyangupi, memberinya cara
lain bermain seks, seperti yang dia lihat di CD porno dan
majalah-majalah, seperti doggystyle dan sebagainya. Malam itu, Julius
juga bersumpah, tidak akan pergi mencari PSK, walau pun teman-temannya
menuduhnya laki-laki Kuper dan ketinggalan zaman, karea dia sudah
mendapatkannya dariku dengan baik. Sejak saat itu, kami selalu
melakukannya secara teratur, tidak serampangan. Tenatu saja di tempat
tidur, di dapur, di sofa dan tempat-tempat lai di rumah kami dengan
suasana yang indah. Bahkan kami pernah juga melakukannya di hotel,
ketika kami wisata ke bogor. Semua orang memuji kegantengan putraku yang
wajahnya imut-imut dan manja itu.
Kini putraku sudah SMA, AKu sudah
persis 40 tahun. Orang bilang aku masih tetap cantik, karean aerobik.
Sebeanranya, selain aerobik, aku juga melakukan hubungan seks yang
sangat terataur.
Minggu, 28 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar